Pengamat : Politik Identitas Masih Berpengaruh

  • Bagikan

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sultra bakal digelar November 2024. Politik identitas masih berpengaruh bagi pemilih untuk menentukan pilihannya. Politik identitas berangkat dari rasa persamaan dari identitas kelompok sebagai kendaraan politik. Dalam kontestasi pilkada di Sultra, wacana putra daerah kerap dihembuskan. Begitu pula di kontestasi Pilgub Sultra 2024.

Pengamat politik Sultra, Dr. Najib Husain mengungkapkan, putra daerah menjadi isu yang marak “dijual” dalam Pilkada. Isu tersebut dikemas sedemikian rupa dan melekat dalam persoalan calon pemimpin dari daratan atau kepulauan. “Pemilih yang ada di Sultra terbagi menjadi dua kategori, yakni daratan dan kepulauan. Sehingga dengan adanya perpaduan kekuatan ini menjadi sebuah daya tarik bagi pemilih untuk memberikan suaranya kepada mereka yang merasa terwakili dengan kedekatan geografis seperti itu. Sehingga isu putra daerah dan non putra daerah menjadi isu yang marak “dijual” di Pilgub Sultra,” ujarnya saat diwawancara Kendari Pos, Minggu (5/3), kemarin.

Dr.Najib tak menampik jika keterpilihan putra daerah dari daratan dan kepulauan sudah menjadi tradisi politik dalam Pilgub Sultra. Terbukti, selama beberapa kali Pilgub Sultra, bakal calon (Bacalon) gubernur dari daratan dan kepulauan selalu terpilih. “Pertimbangan geopolitik itu menjadi dasar bagi para pasangan calon memantapkan diri bertarung di arena Pilgub Sultra,” ungkapnya.

Atas dasar itu, Dr. Najib memastikan tingkat keterpilihan putra daerah sangat tinggi. Meski tingkat keterpilihan putra daerah dominan, itu tidak menutup peluang bagi calon bukan putra daerah. Menurutnya, strategi politik bagi calon bukan putra bisa ditempuh dengan berpasangan dengan putra daerah. “Wakil (Calon) dari luar Sultra itu pasti berusaha menutupi sisi kelemahan itu dengan mengambil pasangan dari putra daerah di Sultra. Itu kemudian didukung dengan pengabdian dan kontribusi yang telah dipersembahkan untuk masyarakat. Peluang (bukan putra daerah) dalam Pilgub tetap ada,” tutur Dr.Najib.

Ketua Jurusan Politik Pemerintahan FISIP Universitas Halu Oleo (UHO) itu menambahkan, keterpilihan bacalon dalam Pilgub tak bisa hanya diukur dengan status sosialnya (putra daerah atau bukan). Akan tetapi lebih dipengaruhi dengan keterlibatan (partisipasi) bacalon di tengah masyarakat. “Tidak ada jalan lain, mereka (Bacalon Gubernur Sultra) harus turun dilapangan dan mampu menangkap apa yang menjadi kebutuhan masyarakat disetiap daerah di Sultra. Mereka harus bekerja mengelilingi semua wilayah di Sultra,” jelas Dr.Najib.

Di sisi lain, kekuatan besar untuk memenangkan pilgub, kata Dr. Najib adalah perpaduan antara mesin politik dan mesin relawan. “Mesin politik adalah sebagai SIM bagi mereka untuk bertarung dan mesin relawan yang bekerja maksimal di lapangan. Karena bisa jadi partai mendukung tapi kader sama sekali tidak mendukung. Tanpa kerja sama ini tentu akan menjadi masalah,” kata Dr. Najib.

Keterpilihan bacalon dalam Pilgub Sultra adalah kemampuan para calon meraih simpati pemilih pemula. Pasalnya, jumlah pemilih pemula dalam pemilu nanti cukup banyak. “Jumlah pemilih pemula itu jumlahnya sangat besar pada Pillada 2024. Sehingga serangan tidak hanya lewat darat, tapi juga lewat udara oleh karena itu bagaimana konsultan media mereka agar bekerja secara maksimal sehingga bisa menggarap titik pemanfaatan media sosial (medsos) yang digunakan pemilih pemula seperti Facebook, Instagram, dan medsos lainnya,” imbuh Dr.Najib.

Berdasarkan hasil survei, lanjut Dr.Najib, terdapat tiga bacalon yang berpeluang memenangkan Pilgub Sultra 2024. Mereka adalah Lukman Abunawas (Wakil Gubernur Sultra), Kery Saiful Konggoasa (Bupati Konawe), dan Ridwan Bae (Anggota DPR RI). Kendati demikian, bacalon potensial lainnya berpeluang memenangkan pertarungan seperti Hugua, Tina Nur Alam, Ruksamin, dan Andi Sumangerukka (ASR). “Pada dasarnya ini menjadi ajang pertarungan bagi para jagoan di daerah masing- masing yang akan tampil dipentas Pilgub. Hampir semua bacalon adalah orang-orang yang sudah pengalaman dalam Pilkada. Semua berpeluang untuk menang, semua tergantung strateginya,” tutup Dr. Najib. (ags/b)

  • Bagikan