Memaknai Wacana Politik Identitas

  • Bagikan
Hanna

CERDAS (Cerita Edukasi dan LiteraSi)

Oleh : Hanna

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Dalam menghadapi tahun 2024, banyak spekulasi literasi yang muncul terkait politik identitas. Dalam suatu diskusi seorang pakar memberikan argumentasi tentang kemungkinan akan adanya politik identitas menurut hasil anlisisnya. Dimana-mana apakah itu pemilihan caleg, bupati, gubernur atau presiden akan terjadi politik identitas.

Dalam diskusi itu seorang dari peserta menanggapi sang pakar, bahwa yang terjadi bukan politik identitas, tapi politik uang, apapun namanya jika tidak ada uang. "Itu nonsen, caritaji," kata orang itu.

Kedua pedebat di atas semuanya bisa kita terima, satu yang melihat dari sudut padang kaca mata kepakaran dan satu memandang dalam kaca mata praktis, yang menjadi pertanyaan kenapa politik identitas, dan kenapa politik identitas menjadi ramai dibicarakan?.

Identitas berasal dari kata identity yang artinya memiliki tanda, ciri atau jati diri yang melekat pada suatu individu, kelompok atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Dengan kata lain, identitas merupakan ciri-ciri atau gambaran khusus mengenai seseorang, benda, atau tempat tertentu.

Setiap manusia dibekali dengan identitas yang tidak sama dengan manusia yang lain. Secara umum, identitas digolongkan menjadi dua jenis, yakni identitas individu dan identitas kelompok.

Perlu dipahami bahawa politik identitas adalah sebuah alat politik suatu kelompok seperti etnis, suku, budaya, agama atau yang lainnya untuk tujuan tertentu, misalnya sebagai bentuk perlawanan atau sebagai alat untuk menunjukan jati diri suatu kelompok tersebut.

Dalam konteks ini, sebenarnya tidak perlu ada masalah, karena identitas itu melekat pada diri seseorang atau organisasi sebagai instrumen penanda semua orang atau organiasi yang tidak bisa dipungkri, apakah itu dijadikan sebagai instrument politik, instrumen sosial atau instrumen lainnya.

Yang mungkin perlu kita khawatirkan dari politik identitas ini adalah kekhawatiran kita terhadap seseorang pemilik identitas itu akan menggiring publik ke dalam sebuah opini mekanisme yang tidak sevisi dengan kehidupan masyarakat sesuai dengan amanah dalam konstitusi.
Selama itu tidak menggiring, ok ok saja. Yang mugkin tidak bisa kita lakukan adalah ketika kita menggiring publik lain bahwa orang yang tidak beridentitas sama dengan mereka tidak pantas untuk menjadi pemimpin. Ini tentu saja akan menyebabkan kehilangan identitas yang tentu saja sangat buruk dalam dunia politik kita, bahkan bisa kita katakan merusak identitas seseorang.

Politik identitas juga dimaknai sebagai predikat yang melekat pada diri seseorang yang mengedepankan identitas seperti suku, ras, agama, dan identitas kedaerahan untuk meraih suara terbanyak ketimbang program kerja yang paling baik untuk kepentingan masyarakat atau politik yang berorientasi kerja.

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah mengapa politik identitas terjadi? Tentu saja adanya cara pandang yang heterogen melihat faktor penyebab politik identitas yaitu adanya pemahaman yang belum tuntas soaI menjaga toleransi dan eksistensi tiap identitas dalam ruang politik. Padahal seperti yang telah saya tulis di atas bahwa identitas sangat perlu dalam setiap langkah manusia atau organisasi termasuk politik identitas

Pentingnya identitas itu sebagai landasan organiasi atau pijakan negara, sebagai pembeda dari negara lainnya, dan juga sebagai alat untuk mempersatukan bangsa. Fungsi sebagai landasan negara yaitu dapat membantu negara tersebut untuk berkembang, serta dapat mewujudkan cita-cita bangsa tersebut.

Kita perlu damai artinya, dengan cara menjadikan politik identitas dianggap sebagai senjata yang kuat untuk menaikkan popularitas dan keterpilihan rival politik dengan isu yang konstruktifis dan edukatif adil dan jujur sebagaimana amanah dalam UUD 1945 juga disebutkan bahwa pelaksanaan Pemilu harus berlandaskan pada asas Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil (Luber Jurdil). (*)

Memaknai Wacana Politik Identitas

  • Bagikan

Exit mobile version