KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Tenggara (Sultra) terus mendorong pencegahan stunting di Bumi Anoa. Angka stunting di Sultra menurun. Edukasi mengenai cegah stunting kepada masyarakat intens digalakkan.
Kepala BKKBN Sultra, Asmar mengatakan, kolaborasi kepada semua stakeholder penting dilakukan untuk mencegah stunting. Sehingga ragam pihak yang berperan mengedukasi usia remaja, pasangan calon pengantin serta ibu hamil dan menyusui agar cegah stunting. “Dengan begitu, masyarakat memberikan perhatian khusus mengenai kesehatan, kebersihan dan asupan gizi yang menjadi faktor utama menekan risiko stunting. Inilah yang terus kita dorong bersama Pemprov Sultra. Sehingga angka stunting di Sultra, tahun ini bisa turun,” kata Asmar saat sosialisasi percepatan penurunan stunting melalui kegiatan momentum bersama TNI/Polri/Mitra strategis lainya tingkat Provinsi Sultra, di Same hotel Kendari, Senin (27/2).
Secara nasional, kata dia, Sultra menempati posisi sembilan kasus stunting. Itu menurun, bila dibandingkan tahun 2022, yang menempatkan Sultra berada didaftar 5 besar provinsi dengan tingkat penyebaran stunting terbesar. “Kita bergeser ke 9 dari angka 30,2 persen menjadi 27,7 persen. Jadi ada penurunan sekira 2,5 persen. Saya kira ini sudah cukup bagus, tapi harus lebih dioptimalkan lagi. Sebab 2024 sesuai amanah presiden harus berada diposisi 14 persen. Kita mesti bekerja lebih keras lagi di tahun ini, “tegasnya.
Tentunya, menekan angka stunting perlu sinergisitas semua pihak. Apalagi Pemda bisa menyampaikan ke claon orang tua tentang upaya-upaya pencegahan stunting. “Saat ini kita tengah mendorong, bagaimana para ibu-ibu kita setelah menikah harus mempersiapkan diri sebelum hamil. Dan sesudah hamil mereka juga harus pastikan dalam kondisi sehat, sehingga tak ada lagi stunting baru. Karena mencegah lebih efektif daripada mengobati, karena itu kita fokus dengan para calon pengantin, “ujarnya.
Tentunya pemicu stunting, bukan hanya berbicara masalah gizi tetapi juga masalah infeksi berulang. Kalau anak setiap saat sakit dan terinfeksi, secara otomatis anak malas makan dan diare sehingga ini menyebabkan anak kekurangan gizi dan menjadi stunting. “Saat ini pun kita tengah mendorong masyarakat untuk konsumsi ikan segar sehingga dapat mendorong pertumbuhan anak agar lebih baik. Juga utamakan berikan anak makanan yang bergizi seimbang. Kita berharap, upaya-upaya pencegahan yang kita lakukan dapat menurunkan stunting lebih optimal lagi di tahun ini, “ pungkasnya. (rah/b)