Buteng Bebas Frambusia, Muh. Yusup Terima Penghargaan

  • Bagikan
Pj.Bupati Buteng, Muhammad Yusup (kanan) tampil dipanggung nasional dan menerima penghargaan sertifikat Bebas Frambusia dari Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin (tengah) di Jakarta, Selasa (21/2).

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Penjabat (Pj) Bupati Buton Tengah (Buteng), Muhammad Yusup tampil dipanggung nasional. Ia sukses menjadikan Kabupaten Buteng bebas dari bayang-bayang penyakit Frambusia. Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin mengundang Pj.Bupati Buteng, Muh.Yusup dan memberikan penghargaan di Jakarta, Selasa (21/2).

Penghargaan yang diterima Pj.Bupati Muh.Yusup dari Menkes Budi Gunadi berupa sertifikat Bebas Frambusia dalam rangka peringatan Hari Neglected Tropical Deseases (NTDs) sedunia. Penghargaan itu diserahkan kepada 103 bupati dan wali kota se-Indonesia. Di Sultra, hanya Pemkab Buteng dan Konawe Kepulauan (Konkep) yang menerima penghargaan tersebut.

“Kita dianggap mampu bekerja mencegah penyakit Frambusia. Ini penyakit yang terjadi di daerah-daerah tropis. Pemkab Buteng, utamanya Dinas Kesehatan telah bekerja dengan baik untuk mencegah munculnya penyakit ini,” ujar Pj.Bupati Buteng, Muh.Yusup kepada Kendari Pos, kemarin.

Pj.Bupati Muh.Yusup berharap Buteng tetap mempertahankan status bebas Frambusia. Ia berkomitmen bekerja keras meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Buteng. Meskipun dengan segala keterbatasan, dia meyakini Buteng dapat mempertahankan prestasi-prestasi di bidang kesehatan. Di saat yang sama terus memperbaiki hal-hal yang masih menjadi PR bersama. Tentunya dengan dukungan semua pihak dan partisipasi aktif masyarakat.

“Ini menjadi tanggung jawab kita bersama terkait bagaimana mencegah penularan penyakit Frambusia. Termasuk penyakit-penyakit lainnya yang dapat mengancam kualitas hidup masyarakat kita,” pungkas Pj.Bupati Muh.Yusup.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Buteng, Kasman menjelaskan, daerah penerima Sertifikat Bebas Frambusia sudah melewati beberapa tahapan. Pertama, kabupaten/kota telah membuktikan tidak ditemukan kasus Frambusia baru berdasarkan surveilans berkinerja baik. Kedua, rekomendasi provinsi setelah melakukan sertifikasi Frambusia. Ketiga, assessment time sertifikasi pusat.

"Frambusia dapat tumbuh dan berkembang di daerah yang tropis, panas, dan hujan. Kebersihan lingkungan merupakan faktor penting mencegah penyakit ini," ujar Kasman.

Pada penyakit ini, bakteri tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi masuk melalui luka lecet, goresan, atau luka infeksi kulit lain. Frambusia merupakan jenis infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum Pertenue. Infeksi ini biasanya terjadi di wilayah tropis yang memiliki sanitasi kurang baik.

“Frambusia adalah penyakit kulit menular yang identik dengan daerah yang terbelakang. Frambusia sudah tidak ada di Buteng. Tinggal bagaimana pemerintah menunjukkan dukungannya untuk mempertahankan agar tidak muncul kasus baru,” kata Kasman.

Penyakit tersebut bisa menular melalui kontak langsung dengan ruam pada kulit yang terinfeksi. Jika dibiarkan terus menerus, Frambusia dapat menyerang tulang dan sendi. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit menular tersebut, di antaranya dengan menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan melakukan surveilans aktif atau deteksi dini untuk menurunkan risiko penularan.

“Frambusia jika kronis bisa sampai merusak tulang dan mengganggu aktivitas. Seiring dengan perbaikan sanitasi, kebersihan lingkungan, dan diiringi dengan perbaikan gizi, penyakit ini bisa kita cegah,” tandas Kasman. (uli/b)

  • Bagikan