KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Kekerasan tidak hanya terjadi dalam keluarga atau lingkungan sosial kemasyarakatan. Sekolah juga kerap menjadi titik lokasi terjadinya tindakan tersebut. Untuk itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Baubau melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) mengelar sosialisasi anti kekerasan yang melibatkan para siswa dan guru. Dengan mengangkat tema "Pelajar tanpa kekerasan membangun jiwa dan raga untuk Indonesia cerdas", pertemuan itu berlangsung di gedung Arsalana, Kecamatan Murhum, Senin, (20/2).
Wali Kota Baubau, La Ode Ahmad Moninse, membuka langsung kegiatan sosialisasi tersebut. Dalam kesempatan itu, ia menyebut, sesuai hasil penelitian lembaga internasional yang bekerja untuk pendidikan Indonesia Plan International dan ICRW, pada tahun 2015 ada 84 persen siswa di negara ini pernah mengalami tindak kekerasan di lingkungan sekolah. "Saya rasa ini angka yang sangat memprihatinkan. Kekerasan ini dapat disebabkan relasi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, serta siswa dan masyarakat. Artinya kekerasan yang mendera anak-anak kita datang dari berbagai sumber-sumber itu," katanya.
Olehnya itu, Monianse meminta semua pihak jeli melihat kondisi tersebut. Jika penyebabnya diketahui, maka tidak sulit menemukan solusinya, bahkan mampu dicegah. Dalam lembaga pendidikan ini seiring dengan pesan dari Permendikbud 82 tahun 2015 tentang perlunya pencegahan di lingkungan pendidikan, maka harus ditindaklanjuti dengan membentuk Tim Pencegahan. "Semoga di Baubau ini bisa terus menjaga anak-anak kita untuk tidak terlibat dalam hal-hal yang bersifat kekerasan. Sudah ada beberapa kasus dan itu jangan terulang," pungkasnya, menegaskan.
Sementara itu, Kadis Dikbud Kota Baubau, La Ode Aswad, mengatakan, kegiatan sosialisasi ini didasari karena adanya problem-problem tawuran atau kekerasan utamanya di Satuan Pendidikan tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama bahkan Sekolah Menengah Atas yang tersebar. Melalui kegiatan tersebut diharapkan bisa memberi pemahaman serta menyamakan persepsi terhadap bahaya tawuran serta kekerasan bagi anak didik itu sendiri.
"Kita berharap melalui sosialisasi ini dapat meningkatkan pengetahuan kepada pihak sekolah dalam hal ini tenaga pendidik (guru) maupun anak-anak kita tentang kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah. Sehingga kasus kekerasan tersebut bisa dicegah," ungkapnya.
Mantan Kepala Bappeda Kota Baubau itu juga merinci, kegiatan tersebut diikuti perwakilan 19 SMPN serta 5 dari SMP swasta, ditambah 7 SMA/SMK. "Sebanrnya kita ingin lebih banyak. Tapi karena kapasitas sangat terbatas, maka setiap sekolah mengirim perwakilan masing-masing saja," terangnya.
Selain para siswa, turut hadir pengawas, guru pembimbing serta kepala sekolah agar dapat menambah referensi bagaimana pencegahan dan dampak negatif dari kekerasan tawuran atau praktik apapun namanya yang bisa mengganggu proses belajar mengajar di semua Satuan Pendidikan. Diharapkan juga adanya pemahaman yang sama antara guru dan siswa. (b/mel/lyn)