Meluruskan Bengkoknya Arah Pendidikan

  • Bagikan
Hanna


Oleh : Hanna

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- I do believe that it is necessary to stress that for most country today, human resources development and human capital formation are either extremely important, absolutely vital, or matter of life and death. In the case of Malaysia…we think it is a matter of life or death.

Tahun 2005, saya ke Kuala Lumpur, Malaysia, untuk mempersiapkan kerja sama pendidikan Kabupaten Enrekang dan Institut Aminuddin Baki Kuala Lumpur. Di lobi hotel, saya membaca sebait tulisan yang katanya dari Perdana Menteri Malaysia, Abdullah Bin Ahmed Badawi. Saya mencoba untuk memahami maknanya.

Yang terbetik dalam pikiran saya saat itu, bahwa pendidikan dan pembangunan sumber daya manusia (SDM) bukan sekadar sesuatu yang mutlak atau sangat vital, tetapi persoalan hidup dan matinya Malaysia. Jika kita kaitkan dengan peningkatan pendidikan dan memiliki pandangan yang sama terkait peran SDM yang berkualitas, berkarakter, maka tidak ada jalan yang lain, kecuali mempersiapkan anak didik menuju ke suatu titik perubahan cara pandang tentang pendidikan.

Cara pandang yang saya maksud bahwa diperlukan persiapan sebelum masuk kerja bagi pelaku pendidikan, apakah itu manajemen, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
Persiapannya adalah instrumen pekerjaan yang dapat membuat pelaku pendidikan berinovasi.

Ada kebiasaan buruk bagi seorang pendidik atau orang tua, yaitu memaksa anak didik memahami materi yang diajarkan. Padahal tidak seharusnya seperti itu. Guru perlu memahami karakter siswa agar bisa mengalami perubahan belajar, bukan dengan cara memaksa.

Banyak orang menilai pendidikan kita di dekade ini gagal membentuk manusia Indonesia yang cemerlang. Padahal seharusnya pendidikan merupan ruh kemajuan bangsa. Tidak ada kemajuan bagi suatu bangsa tanpa ditopang oleh pendidikan. Pendidikan juga merupakan satu strategi terpenting dalam mengokohkan visi misi perjuangan bangsa.

Pendidikan yang dimaksud adalah segenap kekuatan pendukung yang dapat menjadikan bangsa menjadi lebih maju di berbagai sektor; sistem birokrasi pemerintahan akar rumput sampai atas, permasalahan ekonomi mikro sampai makro, pertahanan negara dalam hubungan lokal sampai internasional dan sebagainya.

Pendidikan yang mampu memajukan bangsa adalah pendidikan yang berakar pada budaya bangsa. Budaya bangsa merupakan bahan baku dalam pengembangan kurikulum kebangsaan. Slogan kearifan lokal semestinya harus ditinggalkan segera namun diganti dengan implementasinya yang realistis dan berkelanjutan.

Setidaknya ada beberapa catatan penting dalam masa perjalanan bangsa Indonesia dalam penentuan kurikulum negeri tercinta ini. Kegagalan dalam persoalan pengembangan pendidikan di Indonesia berawal dari perekrutan pemangku kebijakan yang tidak memenuhi kualifikasi akademik.

Pemangku kebijakan pendidikan yang seharusnya memiliki wawasan berkemajuan dan dapat mencerahkan pendidikan. Wawasan berkemajuan dalam arti senantiasa mengambil kebijakan yang mengukur masa depan pendidikan yang berkelanjutan tidak berdasarkan siapa dan apa.

Tragedi perubahan nomenklatur pendidikan yang terjadi di negeri ini telah menguras pikiran dan waktu yang hasilnya ditunggu oleh masyarakat juga belum terpenuhi dan dampknya adalah masyarakat kecil selaku pengikut kebijakan pendidikan masi geleng-geleng kepala.

Wawasan yang mencerahkan seharusnya dimiliki oleh pemangku kebijakan pendidikan juga. Hal ini dimaksudkan bahwa sangpemangku kebijakan harus memberikan peta pendidikan yang jelas dari segi kebermanfaatan pendidikan itu dalam konteks kebutuhan industri.

Suatu kutipan literasi dalam dunia pendidiian adalah tidak ada ilmu yang baik melainkan ilmu yang dapat diamanfaatkan di tingkat masyarakat. Pendidikan harus senantiasa memberikan solusi atas masalah-masalah di lingkungan sekitar dan pemerintahlah yang harus menjaga kebijakan itu agar para pembelajar dapat tersalurkan dengan tepat di tempat yang sesuai kompetensinya.

Kita tidak bisa pungkiri dengan statemen orang bahwa teori-teori luar negeri itu hebat. Tetapi dalam pandangan kearifan lokal, kita perlu pahami bahwa kehebatan teori yang disampaikan oleh para pakar luar negeri (Barat), tidaklah semua benar dapat diaplikasikan di negara kita yang memiliki ribuan, bahkan ratusan ribu budaya lokal yang sangat membutuhkan satu pendekatan dengan basis kearifan lokal dalam pengembangan pendidikan kita.

Kita terlalu bangga dengan teori-teori barat dan kita telah abai sejarah pendidikan yang telah dicanangkah oleh nenek moyang kita, yang tentu saja perbedaan karakter peserta didik yang sangat hetrogen.

Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang sosial ekonomi, dan lingkungan, membuat peserta didik berbeda dalam aktifitas, kreatifitas, intelegensi, dan kompetensinya.

Dalam hal ini, pendidik juga harus memahami ciri-ciri peserta didik yang harus dikembangkan dan yang harus diarahkan kembali. Proses belajar sesungguhnya tergantung individu masing-masing meskipun kegiatannya dilakukan secara bersama atau berkelompok.
Konsep belajar yang harus dimiliki adalah upaya untuk mengingat dan upaya untuk memahami, serta untuk menerapkan (melakukan, keterampilan, praktik). Belajar merupakan pengembangan diri yang dimiliki manusia, sehingga proses pembelajaran ini akan bermakna di mana guru memfasilitasi siswa dalam hal proses mental melalui tindakan yang nyata.

Proses pembelajaran pada hakekatnya adalah untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan berbagai pengalaman belajar. Dalam hal ini guru hendaknya menerapkan strategi atau model pembelajaran yang inovatif. Namun dalam pelaksanaannya masih banyak kegiatan pembelajaran yang hanya berkutat pada memberi dan menerima informasi, dimana guru masih menggunakan strategi pembelajaran yang cenderung monoton yang berdampak tidak baik untuk perkembangan belajar siswa. (*)

Meluruskan Bengkoknya Arah Pendidikan

  • Bagikan