Warga Sultra Nyaris jadi Korban Perdagangan Manusia

  • Bagikan


--Handphone Disita, Hidup Berpindah-pindah
--BP3MI Gagalkan Dugaan Eksploitasi Perdagangan Manusia

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Empat warga Sulawesi Tenggara (Sultra) nyaris menjadi korban dugaan eksploitasi perdagangan manusia (human trafficking) bermodus pekerja migran (baca : TKI). Mereka diiming-imingi kerja di jazirah negara minyak, Timur Tengah. Diduga agen penyalurnya ilegal.

Empat calon pekerja migran itu adalah Isnawati (38), warga Desa Motaha Kecamatan Angata Kabupaten Konsel dan Susi (39) warga Desa Benua Utama Kecamatan Benua, Konsel. Dua orang lainnya warga Kabupaten Konawe, yakni Anis (34) warga Desa Wonua Monapa Kecamatan Pondidaha, dan Lala Santriani (29) warga Desa Anggotoa Kecamatan Wawotobi.

Kepala Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Sultra, La Ode Askar, mengungkapkan, peristiwa itu terungkap berkat laporan Agus (53), suami salah satu korban, Isnawati kepada BP3MI Sultra. "Pada hari Senin 30 Januari 2023, Agus melaporkan istrinya sebagai calon pekerja migran Indonesia (PMI) berada dalam masalah," ujar Askar di ruang kerjanya, Kamis (2/2), kemarin.

Askar menjelaskan, berdasarkan laporan Agus, sang istri Isnawati meninggalkan kampung halaman menuju Jakarta pada 4 Januari 2023. Isnawati berangkat bersama tiga korban lainnya untuk diberangkatkan di Arab Saudi. Namun, Agus curiga istrinya diberangkatkan secara ilegal. Sebab, Isnawati dan korban lainnya berangkat dan hidup berpindah-pindah tempat sebelum diberangkatkan ke Arab Saudi.

“Selama dua minggu di Jakarta, Isnawati bersama tiga rekannya itu diberangkatkan ke Surabaya menggunakan bus. Empat korban ini diinapkan di salah satu indekos di Kabupaten Sidoarjo. Anehnya handphone disita terduka pelaku yang sampai saat ini belum diketahui identitasnya. Isnawati pun mulai curiga,” kata Askar mengutip pengakuan Agus.

Seminggu kemudian, Isnawati menelepon sang suami berbekal telepon pinjaman dari pemilik indekos di Sidoarjo. Isnawati menceritakan kondisinya bersama rekannya kepada Agus. Di Surabaya, empat warga Sultra dikumpul bersama 25 calon PMI lainnya yang juga siap diberangkatkan secara ilegal menuju Arab Saudi. "Bahkan dari informasi Isnawati, ada calon PMI ditahan di Bandara Juanda karena tidak memiliki surat resmi. Setelah mendapat informasi itu, Agus menuju Kendari dan melaporkan kepada kami,” jelas Askar.

Setelah mendapat informasi tersebut, BP3MI Sultra berkoordinasi dengan BP3MI Jawa Timur (Jatim). Informasi itu diteruskan BP3MI Surabaya ke Polda Jatim. Tim gabungan itu bergerak menuju lokasi para calon PMI.

"Kami kirimkan alamat sesuai yang disampaikan Isnawati, istri pelapor Agus. Di penginapan itu, Polda dan BP3MI Jatim menemukan 29 calon PMI-termasuk empat warga Sultra-yang siap diberangkatkan ke Arab Saudi untuk menjadi tenaga cleaning service. Mereka dari Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sultra," tutur Askar.

Askar mengungkapkan, puluhan calon PMI itu sudah dipulangkan ke daerah asalnya masing-masing. "Hari ini 2 Februari (kemarin,red), empat warga kita diberangkatkan ke Sultra. Biaya pemulangan ditanggung pemerintah kabupaten masing-masing, Pemkab Konsel dan Konawe,” imbuhnya.

Mantan Kepala SMA Negeri 9 Kendari ini menjelaskan, para pelaku yang diduga pengurus calon PMI tersebut masih dalam pengejaran petugas BP3MI dan Polda Jatim. "Yang terpenting saat ini adalah keselamatan para korban. Dan kesemua calon PMI tersebut selamat berkat informasi dari Agus dan BP3MI Sultra,” terang Askar.

Askar menambahkan, atas kejadian itu, pihaknya meminta pemerintah daerah masing-masing agar menyosialisasi pencegahan terjadinya dugaan eksploitasi tenaga calopn PMI. “Kita juga layangkan surat di beberapa daerah di Sultra agar bisa menyosialisasi pencegahan secara dini dengan memberikan pemahaman kepada seluruh masyarakat Sultra agar tidak mudah terperdaya dengan calo-calo migran yang saat ini masih berkeliaran di Sultra,” tegasnya.

Askar memastikan, keberangkatan dua warga Konsel itu ilegal sesuai hasil koordinasi BP3MI Sultra dengan Disnakertrans Konsel. Sebab, keduanya tidak pernah terdata sebagai calon PMI di Disnakertrans Konsel.

“Kita sudah cek di Disnakertrans Konsel, keberangkatan dua warga Konsel itu tidak resmi. Karena idealnya setiap orang yang akan menjadi pekerja migran itu, pasti melapor ke Dinasketrans,” tutur Askar.

Sebagai informasi tambahan, lanjut Askar, korban bernama Isnawati sudah pernah menjadi pekerja migran di Arab Saudi tahun 2007. “Tahun ini rencana dia akan kembali ke sana. Bahkan ada izin dari sang Suami. Tapi saya belum gali informasi soal prosedur keberangkatannya," jelas Askar.

Menurut Askar, keberangkatan Isnawati ke Arab Saudi kali ini atas ajakan seseorang bernama Rosmawati Dondo asal Kabupaten Konawe. "Kalau Rosmawati ini kami ketahui pernah menjadi pengirim PMI. Yang kami tahu, saat ini dia berada di PT. Afko. Sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengiriman PMI Sultra,” kata Askar.

Atas kejadian tersebut, Askar berharap seluruh masyarakat Sultra, tetap waspada ketika ada oknum yang mengajak jadi pekerja migran di luar negeri. Sebaiknya kroscek kebenarannya dengan berkoordinasi ke pemerintah termasuk ke BP3MI Sultra. "Kami juga berharap pemerintah daerah lebih intensif memberikan informasi dan edukasi masyarakat terkait bahaya menjadi calon pekerja migran di luar negeri, bahaya melancong dan semua kegiatan yang berhubungan ke luar negeri,” pungkas Askar. (kam/b)

  • Bagikan