KEDNARIPOS.CO.ID -- Prevalensi stunting di Kabupaten Buton Tengah (Buteng) mengalami penurunan dari 42,80 persen di tahun 2021 menjadi 41,70 persen di tahun 2022, berdasarkan survei status gizi Indonesia (SSGI). Kendati demikian, Buteng masih menempati posisi pertama dengan prevalensi stunting tertinggi di Sultra.
Penjabat (Pj) Bupati Buteng, Muhammad Yusup menginstruksikan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) agar proaktif melaksanakan tugasnya. Menurutnya, keberhasilan upaya menekan angka stunting di Buteng tergantung seberapa baik koordinasi lintas organisasi perangkat daerah (OPD). “Saya minta kepada TPPS baik di tingkat kabupaten, kecamatan serta desa/kelurahan untuk menangani stunting dengan baik,” ujar Muhammad Yusup, kemarin.
Sebelumnya, Muhammad Yusup telah mengimbau TPPS mendeteksi secara cermat by name by address anak-anak yang menderita stunting untuk dipetakan. Dari hasil pemetaan itu, TPPS perlu memberikan penanganan serius melalui pemanfaatan dana desa dan Dana Aloksai Khusus (DAK). Dia juga telah meminta laporan dari setiap OPD, kecamatan, serta desa/kelurahan terkait pelaksanaan program stunting sebagai bahan evaluasi. Pasalnya, secara nasional, penurunan angka stunting di Indonesia hanya mencapai angka tiga persen setiap tahunnya.
Sehingga, Buteng harus berusaha lebih keras untuk mencapai target stunting nasional yaitu 14 persen pada tahun 2024. “Saya berharap kepada TPPS yang sudah terbentuk agar bekerja dengan sungguh-sungguh sehingga target penurunan angka stunting di Buteng bisa tercapai,” pungkasnya. (uli/b)