Oleh : Hanna
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Masalah pendidikan akhir-akhir ini tidak pernah berhenti dibicarakan. Ada yang menyoal kualitas. Ada yang menyoal tentang regulasi. Bahkan, tidak sedikit menyoal tentang ketidaksingkronnya antara dunia industri yang menyebabkan lahirnya pengangguran.
Merdeka.com–menulis bahwa pengangguran menjadi salah satu masalah di Indonesia yang hingga kini belum terselesaikan. Bahkan, per Agustus 2019, angka pengangguran di tanah air naik 50.000 orang menjadi 7 juta pengangguran. Angka ini cukup besar atau setara dengan populasi penduduk di Hong Kong (data 2017).
Kita tidak bisa pungkiri bahwa pengangguran disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : pertama, ketidakseimbangan antara pekerjaan dan jumlah tenaga kerja yang meningkat, persaingan ketat diantara para fresh graduate maupun yang sudah berpengalaman membuat fenomena baru yang menyebabkan ketidakseimbangan tersebut terjadi.
Bahkan lulusan magister pun semakin kesulitan memiliki pekerjaan karena jumlah pekerjaan yang tersedia sedikit dan tidak diiiringi dengan kemampuan dari para individu tersebut. Hal tersebut menyebabkan banyaknya lulusan muda yang menganggur untuk menunggu pekerjaan, diikuti kebutuhan utama seperti sandang pangan tidak bisa menunggu.
Kedua, kemajuan teknologi merupakan suatu kebanggaan karena kinerja manusia pastinya akan lebih cepat dan mudah. Namun hal tersebut juga harus diwaspadai karena dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara pekerja yang telah digantikan posisinya oleh robot yang biayanya jauh lebih murah dengan kerja cepat dan akurat. Jika manusia tidak mampu menguasai teknologi maka secara otomatis susah mendapatkan pekerjaan, meski berpendidikan tinggi sekalipun.
Ketiga, yang tidak kalah pentingnya adalah kriteria para pencari kerja yang tidak sesuai dengan permintaan industri. Industri membutuhkan karyawan yang sesuai dengan kriteria kebutuhan. Hal tersebut biasanya menjadi kendala pada saat perusahaan membutuhkan karyawan dengan keterampilan tinggi. Secara otomatis, hanya ada beberapa pelamar yang memiliki kesempatan untuk diterima.
Keempat, masalah keterampilan dan pendidikan para pelamar. Kurangnya keterampilan seseorang menjadi sulit untuk dijadikan sebagai tenaga kerja. Akibatnya, kebanyakan orang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan tinggi biasanya hanya menjadi buruh kasar. Jika pekerjaan kasar tidak ada dan tidak adanya jiwa seorang pengusaha, maka seseorang dapat menjadi pengangguran permanen. Selain itu, keterampilan juga penting untuk melatih kemampuan mereka untuk memasuki dunia kerja.
Berdasarkan kondisi riil tersebut di atas, Politeknik Tridaya Virtue Morosi hadir pada waktu yang tepat untuk memberikan solusi dari pengangguran tersebut. Politeknik ini disiapkan untuk me- link and match-kan, atau mentitik temukan antara dunia industri dengan dunia pendidikan.
Politeknik Tridaya Virtue Morosi baru saja menerima surat izin operasional dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) yang diserahkan oleh Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Wimsa Bharuna kepada Ketua Yayasan Andrew Zhu & Tony Zhou Pondation. Penyerahan surat izin operasional Politkenik Tridaya Virtue Morosi disaksikan Gubenur Sultra di aula Jasmine Hotel Claro, 29 Januari 2023.
Yayasan itu bertujuan untuk mendidik dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan generasi muda dalam mewujudkan masyarakat Sultra yang lebih unggul, cerdas, terampil dan dapat bersaing dengan negara lain. Politeknik Tridaya Virtue Morosi memiliki tiga program studi (Prodi), yakni (1) teknologi metalurgi industri logam, (2) teknik kelistrikan industri logam dan (3) teknik sipil.
Politenik ini memiliki staf pendidik andal dan berkualifikasi S2 dari dalam dan luar negeri yang akan mengantar mahasiswa mengetahui, memahami dan terampil dalam mewujudkan ilmu metalurgi, listrik dan sipil serta ilmu teknologi lainnya yang menjadi kekuatan utama dalam menguasai dan mengatur peradaban dunia.
Hal ini disebabkan karena metode, strategi dan pendekatan mengajar diatur sedemikian rupa agar mahasiswa secara sadar mau mendalami ilmu, karena kurikulumnya dirancang berdasarkan kurikulum merdeka belajar yang lebih banyak praktek di dunia industri daripada kuliah teori.
Bukan hanya itu, pengalaman-pengalaman kerja yang dimiliki oleh mahasiswa terkait mata kuliah ditawarkan dapat dikonversi ke dalam mata kuliah untuk mempercepat proses penyelesaian mahasiswa, agar selesai jauh lebih cepat dari target kurikulum. Selama kuliah mahasiswa akan difasilitasi dengan bantuan dari beberapa sponsor.
Ilmu yang didapatkan dari Politeknik, dapat digunakan bekerja pada perusahaan metalurgi dan sejenisnya yang berkelas dunia. Dimana Politeknik ini secara langsung menerapkan pembelajaran secara learning by doing. "Sehingga lulusan ini menjadi lulusan yang berkualitas dan terampil,” Wisma Bharuna di Kendari, Minggu (29/1/2023).
Menurut Bharuna, hilirisasi industri nikel yang berkembang begitu pesat perlu ditopang dan disokong oleh SDM yang berkualitas, sehingga ke depannya putra-putri bangsa mampu menjadi penggerak membawa Indonesia melompat maju dari negara penerima teknologi menjadi pelopor.
Persolan link and match menjadi konsep pendidikan yang didengungkan sejak puluhan tahun, namun wujudnya masih dalam konsep karena ketidaksiapan sarana dan prasarana. Politeknik Tridaya Virtue Morosi menyiapkan generasi muda Sultra untuk menguasai teknologi canggih.
Bharuna berharap, Politeknik ini dapat menjadi ekosistem pengetahuan akademis dan teknologi yang mampu membentuk SDM bangsa Indonesia yang unggul dalam mengelola industri smelter. (*)
Politeknik Tridaya Virtue Morosi