KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara mencatat, angka kelahiran total (TFR) di Sultra terus mengalami penurunan. Data itu diperoleh melalui Long Form Sensus Penduduk (SP) 2020 yang dilaksanakan di tahun 2022. Statistisi Ahli Madya BPS Sultra, Ahmad Luqman mengatakan, angka TFR menggambarkan rata-rata, jumlah anak yang akan dilahirkan oleh seorang perempuan, hingga mencapai akhir masa reproduksinya.
Hasil Long Form SP2020 mencatat, TFR Provinsi Sultra sebesar 2,57. Hal ini menggambarkan, rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan usia reproduksi 15 sampai 49 tahun, hanya sekitar 2 hingga 3 anak. “Hasil ini tentu menurun, jika dibandingkan Sensus Penduduk 1971, yang mencatat angka TFR Provinsi Sultra sebesar 6,45, yang berarti seorang perempuan di Sultra secara rata-rata akan melahirkan 6 hingga 7 anak selama masa reproduksinya. Nilai-nilai ini sejak awal terus menurun di setiap SP. Mulai 1971, 1980, 1990, 2000, 2010 hingga SP 2020,” beber Lukman, kemarin.
Dia menambahkan, saat ini, angka kelahiran Sultra menurut kelompok umur tertentu (ASFR) tertinggi, berada pada kelompok umur 25 sampai 29 tahun dengan angka sebesar 142,79. Hal tersebut bermakna ada 142-143 kelahiran per 1.000 perempuan umur 25-29 tahun. “Sementara angka kematian bayi (AKB) Infant Mortality Rate (IMR) mencapai 23,29.
Artinya, terdapat sekitar 23 bayi meninggal sebelum berusia 1 tahun di antara 1.000 bayi yang lahir hidup di Provinsi Sultra,” jelasnya.
Lebih jauh Lukman menjelaskan, begitu pula dengan migrasi seumur hidup yang berasal dari Sultra sebesar 16,47. Artinya, terdapat sekitar 16 sampai 17 orang dari 100 penduduk Sultra lahir di provinsi lain. “Kemudian migrasi risen Sultra sebesar 3,06 persen. Artinya, terdapat sekitar 3 orang dari 100 penduduk Sultra, bertempat tinggal di provinsi lain pada 5 tahun sebelumnya, “ terangnya.
Di sisi lain, kata Luqman, prevalensi di stabilitas pada penduduk usia 5 tahun ke atas berjenis kelamin perempuan lebih tinggi sekira 1,58 persen. Bila dibandingkan laki-laki sekira 1,38 persen. “Bahkan, penduduk Sultra usia 2 tahun ke atas, saat ini lebih banyak menggunakan bahasa daerah di lingkungan keluarga sekira 46,66 persen. Bila dibandingkan di lingkungan tetangga/kerabat yang hanya 42,21 persen,” imbuhnya. (rah/b)