Agen Perubahan Dalam Glokalisasi Pendidikan di Indonesia

  • Bagikan
Anlianna

Penulis : Anlianna (Guru SD Negeri 1 Kendari, Mahasiswa S3 Pendidikan Dasar
Universitas Negeri Surabaya)

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Globalisasi memiliki pengaruh di semua bidang kehidupan seperti ideologi, politik, ekonomi, terutama pada bidang pendidikan. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan peningkatan arus globalisasi memberikan dampak tersendiri bagi dunia. Banyak sekolah di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mulai terdampak globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada sekolah-sekolah yang dikenal dengan bilingual school (program sekolah khusus penggunaan dua bahasa), dengan diterapkannya bahasa asing seperti bahasa inggris dan bahasa mandarin sebagai mata pelajaran wajib sekolah, sebagai contoh sekolah internasional Sampoerna Academyyang berada di Jakarta, Surabaya, dan Medan, menyelenggarakan Pendidikan dasar (SD), Pendidikan menengah pertama (setingkat SMP), dan Pendidikan menengah atas (setingkat SMA), menerapkan pembelajaran berbasis STEAM (science, technology, engineering, art, mathematics), yaitu sebuah pendekatan pembelajaran terpadu yang mendorong siswa untuk berfikir lebih luas tentang masalah-masalah yang terjadi di dunia nyata (berbasis konteks kehidupan),menekankan pada hubungan pengetahuan dan keterampilan sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika.

Sampoerna Academy mempersiapkan siswa berwawasan global yang berkualifikasi akademik diakui secara internasional, menjunjung tinggi pemikiran global namun tetap menyisipkan nilai-nilai budaya Indonesia. Wacana yang berkembang, bahwa sebagian tenaga pendidik kita belum siap menghadapi globalisasi dalam bidang pendidikan. Bertolak dari hal tersebut, bukan berarti bangsa kita akan pasif dan menjadi penonton bagi kemajuan pendidikan negara lain. Indonesia masih dalam masa transisi dan memiliki potensi yang sangat besar untuk memainkan peran dalam globalisasi khususnya pada konteks tradisi dan kebudayaan daerah setempat, dengan tetap memanfaatkan teknologi sebagai wadah untuk kemajuan pendidikan. Hal ini menjadi salah satu tantangan dalam dunia pendidikan kita yaitu menghasilkan sumber daya manusia yang kompetitif dan berdaya saing.

Pemerintah telah merespon arus globalisasi pendidikan, berbagai strategi telah dilaksanakan, terutama peningkatan sumber daya manusia (SDM). Pemerintah menyiapkan kepala sekolah dan guru sebagai agen perubahan pendidikan, sesuai dengan Kepmendikbudristek No.162 Tahun 2021 tentang program sekolah penggerak.Pemerintah melaksanakan program sekolah penggerak yang dilaksanakan untuk semua satuan pendidikan di Indonesia, tentu saja melalui tes dan uji kompetensi. Melalui program kepala sekolah penggerak, Kementrian Pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi (kemendikbudristek) terus mendorong kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi yang merupakan bagian dari rangkaian kurikulum merdeka. Kepala sekolah dituntut untuk menjadi seorang leader yang mampu disegala bidang, baik sebagai manager maupun sebagai supervisor. Program guru penggerak memberikan kesempatan kepada guru-guru terbaik bangsa untuk menghadirkan perubahan nyata bagi pendidikan di Indonesia. Guru penggerak dapat meningkatkan kompetensinya sebagai pemimpin pembelajaran yang berpusat pada murid, juga menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.

Agen perubahan yang diprogramkan Kemdibudristek sudah dilaksanakan oleh beberapa negara di dunia, seperti halnya negara Norwegia, yaitu salah satu negara yang memanfaatkan kompetensi guru sebagai agen perubahan (change agent) dalam pendidikan. Tuntutan kurikulum untuk pendidikan dasar dan menengah di Norwegia sangat mempengaruhi proses pembelajaran di sekolah, hal yang sama berlangsung di negara kita. Kebijakan pendidikan menuntut fokus pada pengetahuan untuk mengendalikan dan menahan efek negatif dari arus masuk globalisasi, yaitu dengan mendidik siswa untuk lebih memahami dan menerapkan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari sesuai profil pelajar pancasila, serta mencintai kearifan lokal budaya bangsa sehingga peserta didik memiliki identitas budaya yang menjadi bagian dari proses globalisasi dan glokalisasi. (*)

  • Bagikan