Oleh : M. Radhan Algindo Nur Alam - Kader Partai NasDem Konawe Selatan
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- “Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia. Berikan aku sepuluh pemuda, akan ku goncangkan dunia,” Soekarno. Kutipan pidato Bung Karno itu selalu tersemat dalam memori pikiran saya. Sebuah kalimat yang mampu memompa motivasi pemuda agar bisa berbuat lebih untuk tanah air serta bangsa dan negaranya. Saya pun tergerak dan terlecut untuk bisa turut serta memberikan kemampuan yang terbaik untuk kampung halaman saya, Konawe Selatan. Peran pemuda sangat sering dikaitkan dengan kemajuan suatu bangsa.
Jika dahulu peran pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara diukur dengan keikutsertaan berjuang melawan penjajah, di era kini pemuda dituntut berperan dalam mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif yang berimbas kepada kemajuan negara (daerahnya). Salah satu peran pemuda zaman now adalah sebagai agen perubahan.
Para pemuda diharapkan turut mendukung perubahan- perubahan dalam lingkungan masyarakat. Kemajuan sebuah daerah dapat dilihat dari kiprah dan keberhasilan generasi mudanya untuk melakukan perubahan-perubahan positif yang dapat dilakukan dan menaklukan segala tantangan yang akan dihadapi. Konawe Selatan patut berbangga memiliki sosok pemuda bernama Saddil Ramdani. Pemuda kelahiran Raha yang besar di Konawe Selatan ini sukses membawa nama harum Konawe Selatan dan Indonesia di pentas internasional melalui sepak bola.
Saddil Ramdani besar di Andoolo, Konawe Selatan. PS Persando yang kini bernama PS Ariando asal Andoolo merupakan klub sepak bola pertama Saddil sebelum menjadi pemain tim nasional Indonesia. Spirit pemuda Konawe Selatan juga pernah menjadi ilham inspirasi bagi sutradara film Andibachtiar Yusuf. Dalam film Garuda 19 garapannya yang diproduksi tahun 2014 silam, dia memasukkan sosok Yusuf Randaula, pemuda asal Desa Torobulu, Kecamatan Laeya, Konawe Selatan dalam skenario film yang menceritakan perjuangan Tim Nasional Indonesia U 19 dalam menggapai prestasi juara AFF Cup U19. Yusuf Randaula memang hanya tokoh fiktif yang diciptakan oleh sang sutradara, namun dalam sebuah pengakuannya, Andibachtiar Yusuf menyebut sosok tersebut sengaja diciptakan untuk menunjukkan semangat besar yang dimiliki pemuda-pemuda Konawe Selatan dalam mencapai cita-citanya, khususnya di bidang sepak bola.
Tahun 2008, seorang pemuda Konawe Selatan asal Kecamatan Konda yang masih berusia 41 tahun (lahir 9 Juli 1967) dilantik menjadi Gubernur Sulawesi Tenggara pertama yang dipilih melalui pemilihan umum langsung oleh rakyat. Pemuda itu bernama Nur Alam, yang terpilih untuk memimpin Provinsi Sulawesi Tenggara selama dua periode kepemimpinan dari 2008-2013 dan 2013-2018.
Darah segar dan pemikiran khas pemuda menjadi pembeda bagi sosok Nur Alam dalam memimpin Sulawesi Tenggara. Nur alam mengusung program kerja yang memiliki tujuan menyejahterakan masyarakat Sulawesi Tenggara bernama Bahteramas atau Membangun Kesejahteraan Masyarakat. Program ini memiliki lima agenda utama, yakni meningkatkan kualitas sumber daya manusia. revitalisasi pemerintah daerah, pembangunan ekonomi, pemantapan pembangunan budaya daerah, dan mempercepat pembangunan infrastruktur kewilayahan.
Kisah Nur Alam dan Saddil Ramdani seolah menjadi inspirasi bagi saya dan kalangan pemuda lain di Konawe Selatan untuk bisa berkreasi dan mengembangkan kemampuan dirinya untuk memberi kontribusi lebih kepada masyarakat sekitar. Usia bukan menjadi halangan bagi kita untuk maju. Tidak boleh lagi ada kalimat “Usia kalian masih terlalu muda!” yang berimplikasi menurunkan semangat pemuda untuk melangkah maju.
Sudah saatnya Konawe Selatan dan daerah-daerah lain di Sulawesi Tenggara dipimpin oleh sosok muda yang memiliki kapabilitas dan visi ke depan dalam upaya memajukan dan mengembangkan daerahnya menjadi lebih baik. Pemimpin-pemimpin muda yang memiliki semangat menjaga dan mampu mengelola kekayaan sumber daya alam yang dimiliki. Jangan sampai kita menjadi “jongos” di negeri sendiri yang kaya raya ini. Sulawesi Tenggara, khususnya Konawe Selatan mempunyai kekayaan alam yang melimpah dengan berbagai komoditas unggulan.
Di sektor pertanian ada komoditas kakao, kacang mete, kelapa, cengkeh, kopi, jagung, pisang, pinang, lada, vanili, dan lainnya. Belum lagi dari sektor kehutanan, perikanan, peternakan, dan pertambangan. Kekayaan alam inilah yang seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya demi kemakmuran masyarakat. Kalau bukan kita yang menjaga dan mengelolanya, lalu kepada siapa kita berharap untuk kemajuan Konawe Selatan? (*)