Oleh : Sitya Giona Nur Alam (Ketua DPW Garda Wanita Malahayati NasDem Sulawesi Tenggara)
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Kesehatan badan, keolahragaan, dan kesigapan fisik adalah salah satu bagian mutlak dari pembangunan bangsa )nation building). Olahraga juga menjadi wicara lewat kekuatan raga untuk menarasikan kekuatan bangsa, (Soekarno, 1963). Bagi Bung Karno, olahraga merupakan salah satu alat pemersatu bangsa dan antarbangsa terjajah. Pemikiran dan jejak Bung Karno yang menjadikan olahraga sebagai alat diplomasi, masih relevan dan aktual untuk dilaksanakan pada masa kini. Bung Karno membangun aliansi politik lewat olahraga.
Strategi Bung Karno tersebut ditiru oleh Australia yang saat ini sedang membangun aliansi politik dengan negara-negara tetangganya menggunakan olahraga. Australia berusaha merangkul Selandia Baru, Fiji, Vanuatu dan beberapa negara lain di kawasan Oceania melalui olahraga. Sekarang Fiji dan Vanuatu banyak membangun fasilitas olahraga dan kiprah atlet-atlet mereka mulai menampakkan prestasinya.
Bidang olahraga menjadi sorotan penting pada masa pemerintahan Bung Karno. Bukti keseriusan Bung Karno di bidang olahraga adalah dengan menyelenggarakan pesta olahraga internasional setara olimpiade yang diberi nama Games of the New Emerging Forces (Ganefo) atau pesta olahraga negara-negara berkembang. Dalam pidato kenegaraaan 17 Agustus 1957, Bung Karno menyatakan pentingnya pendidikan jasmani dan olahraga bagi nation building.
Selain memperhatikan pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah-sekolah, pemerintah juga harus menempatkan pendidikan jasmani sebagai staatszorg (urusan negara) dan staatsplicht (keharusan negara). Spirit Bung Karno tentang keolahragaan dapat menjadi sebuah dasar pemikiran untuk membangun Kota Kendari. Membicarakan prestasi atlet asal Kendari, kita boleh sedikit berbangga. Selain cabang olahraga dayung yang selama ini menjadi kebanggaan Kendari dan Sulawesi Tenggara pada umumnya, Kendari juga memiliki sejumlah atlet berkelas nasional dan bahkan internasional.
Salah satu yang menjadi perhatian saya adalah Ade Resky Dwicahyo. Pebulu tangkis asal Kendari ini tampil di ajang Olimpiade Tokyo 2020 lalu di nomor tunggal putera dan ganda putera. Sayangnya Ade tampil di ajang olimpiade dengan membawa bendera negara Azerbaijan. Ade lahir di Kendari pada 14 Mei 1988. Ada juga Muhammad Faiz dan Wa Ode Dwi Aulia. Dua atlet sepatu roda asal Kendari Inline Skate itu masuk dalam seleksi tim nasional sepatu roda Indonesia yang akan turun di ajang Asian Games 2022 di Hangzhou, Cina, pada September 2023 nanti. Faiz merupakan siswa SMP Negeri 13 Kendari saat ini masih berusia 15 tahun.
Sementara Wa Ode Dwi Aulia yang berusia 18 tahun tercatat sebagai siswi SMA Negeri 1 Kendari. Kita pasti juga mengetahui kiprah atlet-atlet asal Sulawesi Tenggara dari cabang olahraga dayung dan e-sport yang turut menyumbang medali untuk kontingen Merah-Putih di ajang Sea Games 2021 Vietnam lalu. Dalam mengelola dan menjadikan olahraga sebagai objek untuk memperkenalkan suatu daerah, tidak ada salahnya Kendari belajar dari Pulau Madura dan Kabupaten Banyuwangi.
Melalui olahraga, dua daerah di Jawa Timur ini mampu mengangkat citra daerahnya menjadi lebih baik. Dulu, Madura hanya dikenal melalui peci, sarung, karapan sapi, garam, pondok pesantren, pedagang ulet, atau juga carok. Tapi saat ini semuanya berbeda. Ada Madura United, klub sepak bola asal Madura yang mengubahnya. Madura United menjadi pembeda bagi Madura. Kini, ketika menyebut Madura, semua akan langsung tertuju pada Madura United, klub sepak bola asal Madura yang membawa dampak disebutkannya ribuan kali nama Madura setiap harinya di media massa, baik saat siaran langsung di televisi maupun dari media cetak, radio, dan media siber.
Madura United menjadi ikon baru Madura yang sangat dibanggakan oleh masyarakat Madura sekaligus menjadi alat pemersatu masyarakat Madura, baik yang berada di Madura maupun di perantauan. Bagaimana dengan Banyuwangi? Kabupaten paling timur di Pulau Jawa tersebut menjadikan olahraga sebagai sarana promosi daerahnya kepada pihak luar dengan menggelar event-event olahraga kelas nasional dan internasional. Ada lomba balap sepeda Tour de Banyuwangi Ijen, lomba lari Banyuwangi Half Marathon, hingga kejuaraan bertaraf internasional seperti Banyuwangi International BMX dan World Surf League Championship Tour yang merupakan liga selancar dunia. Saya yakin Kendari pasti bisa melakukan hal serupa seperti Madura dan Banyuwangi, bahkan melebihinya. Kendari memiliki bibit-bibit pesepakbola berpotensi yang tidak kalah kualitasnya dengan pemain dari daerah lain.
Dulu, ayah saya Nur Alam pernah bercerita bagaimana kejayaan sepak bola Kendari melalui tim PSK Kendari. Selain melahirkan banyak pesepak bola andal, PSK Kendari juga bisa berbicara di level nasional dalam kompetisi liga. Beberapa hari lalu saya berkesempatan mendampingi Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara, Lukman Abunawas, membuka turnamen sepak bola usia dini U-13 antar Sekolah Sepak Bola (SSB) se-Kendari di Lapangan Aleena Mini Soccer.
Harapan saya membuncah menyaksikan semangat yang luar biasa dari adik-adik kita dalam menggiring dan menendang bola. Ada tatapan keyakinan di mata mereka bahwa mereka kelak akan menjadi pemain-pemain sepak bola yang hebat seperti Mohammad Salah, Cristiano Ronaldo, atau Lionel Messi. Sayang, sampai saat ini tidak ada stadion di Kendari yang representatif dan layak untuk menggelar pertandingan sepak bola berskala nasional, apalagi level internasional.
Dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki, saya sangat optimistis Kendari bisa melakukan hal yang lebih dibanding saat ini. Kita punya Teluk Kendari yang bisa kita jadikan lokasi lomba dayung, lomba ski air, layar, selancar angin, dan olahraga air lainnya yang berskala nasional hingga internasional. Kita juga bisa membuat event lari maraton atau balap sepeda yang rutenya melintasi kawasan-kawasan ikonik Kendari seperti Masjid Al Alam, Tugu MTQ, Kendari Beach hingga Jembatan Bahteramas. Bisa kah? Kita pasti bisa! Kendari pasti bisa! (*)