KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID--Presentase produksi ikan di Sulawesi Tenggara terus mengalami penyusutan. Mulai tahun 2017 hingga tahun 2022 angka penuruan produksi ikan bertengger hingga 16 ribu ton dari sebelumnya mencapai 30 ribu ton per tahun produksi.
Kepala Kantor Pelabuhan Perikanan Samudra Kota Kendari Syahril Abd Raup mengatakan, pada tahun 2017 lalu, produksi ikan yang dihasilkan oleh para nelayan rata-rata 30 ribu ton atau lebih tiap tahunnya. Hingga dari tahun ke tahun sampai 2022 ini terus mengalami degradasi produksi yang sangat signifikan. Bahkan berkurang hampir setengah dari capaian 2017 lalu.

"Saat ini hasil produksi nelayan tiap tahunnya hanya menyentuh angka 16 ribu ton per tahunnya. Sangat berbeda jauh dibandingkan dengan hasil produksi ikan lima tahun lalu," kata Syahril Abd Raup kepada Kendari Pos, Selasa (15/11).
Syahril menguraikan, kondisi berkurangnya produksi ikan di Sultra mesti menjadi perhatian bersama khususnya lingkup Pemprov Sultra melakui Dinas Perikanan, lembaga perguruan tinggi dan stakaholder lainnya.
"Kami tidak bisa bekerja sendiri untuk memecahkan masalah ini dalam menghadirkan solusi agar produksi ikan kita kembali meningkat. Harus ada sinergi seluruh stakaholder agar bisa segera tertuntaskan," ujar Syahril.
Alumni Universitas Hassanudin ini berpandangan, ada tiga kemungkinan alasan atau penyebab berkurangnya jumlah produksi ikan di Sultra. Pertama, kurangnya Sumber Daya Manusia atau nelayan yang melaut dan beralih ke profesi lain. Kedua, karena ada pengaruh regulasi tertentu. Ketiga karena jumlah ikan di laut semakin berkurang sehingga hasil tangkapan pun tidak ikut berpengaruh.
"Untuk memecahkan atau mengetahui persis apa penyebabnya, maka harus melalui riset. Agar semua bisa terjawab dan melahirkan solusi. Sehingga presentase produksi ikan di Sultra kembali meningkat. Dan pasti mentimulus perekonomian nelayan, daerah maupun negara," tandasnya.
Sementara itu, pengamat ekonomi nasional Abdul Rahman Alfarisi mengatakan, polemik menurunnya hasil produksi ikan di Sultra mestinya harus direspon sigap oleh seluruh stakeholder. Selanjutnya menempuh langkah-langkah preventif agar tidak terus terjadi penurunan produksi.
"Ini tidak boleh dibiarkan terus menerus. Karena sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat dan nelayan. Pemprov Sultra melalui Dinas Perikanan mesti harus ikut serta turun tangan dalam menyelesaikan masalah degradasi produksi ikan di Sultra," kata Abdul Rahman Farisi kepada Kendari Pos, Selasa (15/11).
Dalam waktu dekat, kata dia, polemik berkurangnya hasil produksi ikan tersebut akan coba disampaikan ke Komisi IV DPR RI yang membidangi hal tersebut. Dengan muara untuk bersama-sama mencoba menemukan solusi terbaik, agar tidak terjadi pembiaran penyusutan produksi ikan di Sultra.
"Mudah-mudahan melalui komunikasi dengan Komisi IV DPR RI bisa segera melahirkan solusi cemerlang atas masalah turunnya hasil tangkapan ikan di Sultra," ujar Abdul Rahman Farisi.
Abdul Rahma Farisi menjelaskan, potensi ekonomi Pelabuhan Perikanan Samudera Kota Kendari sangat besar. Jika dikelola dengan optimal, bisa menjadi sentrum atau miniatur perekonomian Sulawesi Tenggara, bahkan kawasan Indonesia Timur di sektor perikanan.
"Cakupan wewenang Pelabuhan Perikanan Samudera ini sangat luas. Bahkan menyentuh lima Provinsi. Nah, saat ini masih belum begitu dilirik. Ini menjadi tugas semua pihak agar tata kelola PPS Kendari terus ditingkatkan untuk mendongkrak perekonomian daerah," tandasnya. (ali).