Direct Impact Nikel Terhadap Capaian Ekonomi Sulawesi Tenggara

  • Bagikan
Harningsih, S.St, (Statisti muda BPS Provinsi Sulawesi Tenggara)

Oleh: Harningsih, S.St, (Statisti muda BPS Provinsi Sulawesi Tenggara)

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Nikel merupakan salah satu anugerah kekayaan alam yang memiliki banyak manfaat. Masa depan produksi Nikel semakin cerah, salah satunya digunakan sebagai bahan pembentuk logam yang elastis dan lebih mudah dibentuk menjadi berbagai barang produk industri. Di bidang otomotif sebagai baja tahan karat, nikel dapat digunakan membuat kendaraan karena memiliki daya tahan yang kuat serta tidak mudah terkena korosi. Naik daunnya kendaraan listrik saat ini, juga membutuhkan nikel yang dapat digunakan sebagai bahan dasar batu baterai kendaraan listrik. Sebagai Baja tahan karat, nikel juga memiliki peran penting di bidang konstruksi. nikel menjadi salah satu bahan dasar logam dalam membuat suatu bangunan dengan daya tahan lama.

Menara eifel adalah salah satu bangunan berbahan dasar logam yang telah berdiri lebih dari 100 tahun. Untuk peralatan dan perlengkapan rumah tangga, nikel digunakan sebagai bahan dasar stainless steel dalam membuat peralatan dapur seperti sendok, garpu, panci, wajan dan lainnya karena karakter logam yang kuat dan mampu menjadi penghantar panas serta tidak mudah teroksidasi oleh air dan udara. Sebagai negara penghasil nikel, Indonesia menempati posisi pertama diikuti filipina dan rusia yang merupakan negara penghasil nikel terbesar di dunia.

Berdasarkan data US Geological Survey (USGS) , produksi nikel Indonesia diperkirakan 1 juta metrik ton atau 37,04 persen dari produksi nikel di seluruh dunia pada tahun 2021. Melansir dari katadata.co.id bahwa sebanyak 90 persen cadangan nikel tanah air tersebar di beberapa wilayah yaitu Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara. Berdasarkan data kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral lima perusahaan dengan produksi bijih nikel terbesar adalah PT Vale Indonesia yang memiliki wilayah tambang di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, PT. Bintang delapan mineral di Sulawesi tengah, PT ANTAM Tbk di Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara, PT Makmur Lestari Primatama di Sulawesi tenggara dan PT Citra Silika Mallawa di Sulawesi tenggara.

Mengutip dari nikel.co.id terdapat 138 perusahaan tambang nikel di Sulawesi Tenggara yang masing-masing tersebar di Kabupaten Kolaka 13 perusahaan, Kabupaten Kolaka Utara 23 perusahaan nikel, kolaka timur 1 perusahaan nikel, konawe 14 perusahaan nikel, Konawe Utara 50 perusahaan nikel, konawe kepulauan 5 perusahaan nikel, Konawe Selatan 14 perusahaan nikel, buton 1 perusahaan nikel, Buton Tengah 2 perusahaan nikel dan bau-bau 1 perusahaan nikel.

Harta yang terpendam di tanah sulawesi tenggara diharapkan dapat menjadi sumber kehidupan masyarakatnya. Nikel mampu membangkitkan ekonomi Sulawesi tenggara hingga mencatat total ekonomi 19,67 milyar atau 14,14 persen dari total PDRB Sulawesi Tenggara pada tahun 2021. Nilai ini mampu menggenjot pertumbuhan Sulawesi tenggara hingga mencapai 4,10 persen di tengah pandemi covid-19. Pada tahun 2020 saat wabah corona mulai merebak, pertumbuhan industri logam dasar tercatat 24,99 persen sehingga dapat mengangkat pertumbuhan Sulawesi tenggara untuk tidak kontraksi lebih dalam lagi. Kontribusi sektor pertambangan bijih logam dan sektor industri logam dasar mencapai 14,14 persen dari Produk Domestik Regional Bruto Sulawesi Tenggara.

Nilai ini cukup signifikan dalam penciptaan nilai tambah di Sulawesi Tenggara. Bila ditelisik lebih lanjut sumber pertumbuhan yang disumbangkan oleh produksi nikel pada tahun 2021 adalah 0,27 persen yang berarti tanpa nikel Sulawesi tenggara hanya tumbuh 3,83 persen. Nilai ini cukup besar dari 54 sub kategori lapangan usaha yang membentuk pdrb. Dari sisi pengeluaran maka nikel juga merupakan komoditas penyumbang ekspor terbesar Sulawesi Tenggara. Sebesar 98,83 persen pada tahun 2021 ekspor Sulawesi tenggara disumbang oleh besi baja (Nikel) dengan mencapai nilai 4,2 milyar US$. Nilai ini meningkat 589,39 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Wacana Pemerintah yang akan memberlakukan kebijakan pajak ekspor progresif olahan nikel dapat menambah penerimaan negara. Dalam konfrensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSKK) tanggal 3 November 2022, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan bahwa pengenaan pajak ekspor nikel dan feronikel merupakan dukungan pemerintah dalam mendorong dan meningkatkan hilirisasi komoditas dalam negeri. Kebijakan ini tentunya dapat semakin memperkuat struktur perekonomian Indonesia umumnya dan Sulawesi Tenggara khususnya sebagai salah satu dari lima provinsi pengeskpor nikel terbesar di negeri ini. Hilirisasi merupakan strategi meningkatkan nilai tambah komoditas karena barang yang dieskpor telah memiliki nilai yang lebih besar berupa barang setengah jadi atau barang jadi.

Hilirisasi selain dapat meningkatkan nilai tambah yang diciptakan dari produksi nikel tentunya juga berdampak positif pada penyerapan tenaga kerja di provinsi Sulawesi Tenggara. Sejak tahun 2016 ketika produksi nikel mulai marak di daerah Sulawesi Tenggara, merujuk pada data SAKERNAS yang dirilis oleh Badan pusat Statistik pada tahun 2017 yang lalu menunjukkan jumlah penduduk berumur 15 Tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha pada sektor pertambangan naik 12,99 persen dan di sektor industri naik 67,42 persen.

Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja tersebut cukup fantatis yang diharapkan dapat menaikkan taraf hidup masyarakat Sulawesi Tenggara pada masa itu. Tentunya kondisi ini dapat semakin optimal dengan adanya dukungan pemerintah dalam membuat kebijakan tenaga kerja dengan memaksimalkan tenaga kerja penduduk lokal, sehingga dapat meningkatkan daya beli masyarakat sebagai salah satu langkah dalam memperkuat ekonomi daerah menjelang ancaman resesi saat ini. Dengan kebijakan yang tepat, masyarakat Sulawesi Tenggara akan semakin makmur dan sejahtera. (*)

  • Bagikan