Oleh : Sitya Giona Nur Alam - Ketua DPW Garda Wanita Malahayati NasDem Sulawesi Tenggara
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- “Sistem transportasi di kawasan perkotaan harus smart, integrated serta sustainable sehinggan meminimalkan perjalanan masyarakat serta membuat angkutan umum menjadi pilihan utama dalam berpergian dan mesti aksesibel untuk segala kelompok masyarakat,” – Budi Karya Sumadi (Menteri Perhubungan). Konsep smart city dan smart mobility menjadi salah satu konsep yang paling relevan untuk diterapkan di kawasan perkotaan mengingat pengembangan sistem transportasi sangat penting dilakukan untuk melayani konektivitas.
Konsep ini sangat efisien dan efektif untuk melayani mobilitas masyarakat perkotaan yang mengutamakan penggunaan angkutan massal pintar, terintegrasi, dan berkelanjutan. Smart city didefinisikan sebagai kawasan perkotaan yang mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi dalam tata kelola sehari-hari dengan tujuan mempertinggi efisiensi, memperbaiki pelayanan publik dan meningkatkan kesejahteraan warga. Sedangkan smart mobility merupakan sistem transportasi dengan menggunakan teknologi elektronik, komputer, dan telekomunikasi agar memberikan kemudahan dan efisiensi dari segi waktu, biaya, ataupun tenaga serta ramah lingkungan.
Pernyataan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi tentang smart city dan smart mobility itu pastinya juga ditujukan untuk Kendari yang sejak tahun 1995, tepatnya tanggal 27 September, berstatus sebagai kota berdasar Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1995. Kendari harus bersiap jika tidak ingin tertinggal dari kota-kota lain di Indonesia, khususnya yang berstatus sebagai ibu kota provinsi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kendari tahun 2021 menyebutkan, Kendari yang memiliki luas 271,8 kilometer persegi, dihuni oleh 350.267 jiwa penduduk. BPS pusat merilis data pada tahun 2045 jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan diprediksi akan menyentuh angka 70 persen.
Terkait hal itu, pesatnya pertumbuhan penduduk di perkotaan harus diberengi dengan perbaikan tata kota serta sistem transportasinya. Saya melihat masyarakat Kendari saat ini cenderung lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dibanding angkutan umum. Akibatnya muncul beberapa permasalahan seperti kemacetan dan polusi udara. Untuk itu, perbaikan sistem transportasi perlu dilakukan untuk meningkatkan tingkat layak hidup masyarakat, perekonomian dan juga kualitas lingkungan di kawasan perkotaan. Hal itu bisa terwujud melalui konsep smart city dan smart mobility.
Saya memahami dan memaklumi jika masyarakat Kendari lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi, baik roda dua maupun roda empat dalam aktivitas sehari-harinya. Problematika transportasi di Kendari cukup kompleks. Saya pernah menuliskan balada transportasi umum di Kendari ini. Banyak hal yang perlu diperbaiki dalam menata perihal transportasi umum ini. Melihat kondisi Kendari saat ini, butuh perjuangan ekstra keras untuk mewujudkan gagasan dan cita-cita smart city dan smart mobility untuk Kendari.
Bukan hanya soal sisi teknologinya saja, tetapi juga kualitas sumber daya manusia yang akan mengelola dan bersinggungan langsung dengan itu. Jangan kaget ketika kita berkendara di jalan-jalan raya Kendari banyak menjumpai hal-hal ekstrem oleh pengguna jalan. Jangan syok jika tiba-tiba ada motor atau bahkan mobil (umum dan pribadi) nyelonong dari sisi kiri jalan langsung berbelok ke kanan memotong jalur kendaraan kita. Jangan pula kita terkejut ketika melintas di perempatan, lampu lalu lintas yang ada di sana dalam keadaan rusak dan mati hingga menyebabkan kemacetan di sekitar. Atau jangan pula kita jengkel jika banyak persimpangan jalan yang macet lantaran tidak adanya lampu lalu lintas sehingga kendaraan saling serobot ingin menjadi yang pertama melintas.
Saya memiliki mimpi. Kendari akan menjadi smart city dan smart mobility seperti di kota-kota lain seperti Jakarta, Surabaya, Singapura, Tokyo, dan kota-kota lain di negara yang sudah maju. Saya ingin Kendari mengadopsi sistem transportasi massal seperti Jakarta yang menerapkan integrasi moda transportasi dengan menghubungkan stasiun Mass Rapid Transit (MRT), Light Rail Transit (LRT), dan Commuter Line dengan terminal bus TransJakarta. Penerapan ini dapat memudahkan perpindahan antarmoda transportasi untuk masyarakat pengguna moda transportasi umum.
Selain itu, integrasi moda transportasi juga dapat dilakukan dengan memberikan jalur khusus bagi moda transportasi seperti TransJakarta. Jalur khusus TransJakarta tersebut dapat digunakan oleh jenis transportasi lainnya seperti bus tingkat Jakarta City Tour atau bus lokal lainnya yang lebih kecil. Penerapan model transportasi seperti ini akan memudahkan mobilitas masyarakat menjangkau area-area yang lebih luas dan lebih banyak serta yang sulit diakses oleh bus TransJakarta. Lho…? Kendari kan belum memiliki MRT, LRT, Commuter Line, bahkan bus kota seperti TransJakarta? Justru itulah impian saya. Kendari bisa memiliki moda transportasi seperti kota-kota yang ada di Pulau Jawa.
Saya berharap Kendari memiliki pemimpin muda yang visioner, yang memiliki kemampuan membawa Kendari maju seiring dengan perkembangan zaman. Koneksitas moda-moda transportasi itu juga wajib diimbangi pengembangan sistem pembayarannya dengan menggunakan uang elektronik sebagai pengganti uang tunai. Pemerintah Kota (Pemkot) Kendari bisa menjalin kerjasama dengan bank-bank yang ada. Selain memudahkan, pembayaran secara digital juga sangat efisien untuk menekan kebocoran pendapatan pemerintah. Pembayaran digital juga dapat mengurangi timbulnya sampah yang dihasilkan dari penggunaan tiket fisik. Satu catatan pentingnya adalah tarif yang ditetapkan harus terjangkau oleh masyarakat pengguna.
Jika ini terwujud, saya yakin pengguna kendaraan pribadi agar beralih menggunakan kendaraan umum. Dampaknya apa saja? Kemacetan menjadi berkurang, arus lalu lintas menjadi lancar sehingga berimbas pada penurunan polusi. Baik itu polusi udara akibat asap kendaraan maupun polusi suara karena bunyi klakson kendaraan. Jika disederhanakan, konsep smart mobility dapat dikatakan berhasil jika dilihat dari tersediannya sejumlah fasilitas pendukung seperti moda transportasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sistem pembayaran menggunakan sistem digital, tersedianya smart parking dengan mengatur zona wilayah. Saya mengusulkan semakin dekat pusat kota, biaya parkir untuk kendaraan-kendaraan pribadi harusnya semakin mahal.
Terakhir konsep smart mobility bisa dilihat dengan tersedianya pilihan moda transportasi mikro seperti otoped, sepeda, ketersediaan bike sharing dan terdepat Advance Traffic Management System (ATMS), yaitu manajemen lalu lintas yang terintegrasi yang dapat memastikan kelancaran lalu lintas dan kenyamanan pengguna jalan. Jika semua terwujud, tidak akan malu kita mengatakan #KuSukaKendari. (*)