Merajut Asa Perempuan di Pemilu 2024

  • Bagikan


--Pengamat : Meningkatnya Partisipasi
Perempuan Terbuka Lebar

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Peran perempuan sesungguhnya sangat besar dalam menentukan arah bangsa dan negara ke depan. Peran itu dapat diaktualisasikan dalam ranah politik, maupun penyelenggaraan Pemilu. Kaitannya dengan Pemilu 2024, partisipasi perempuan mutlak. Beragam peran dapat ditunaikan kaum perempuan. Sebut saja, menjadi Pemantau Pemilu, menjadi komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan calon legislatif (caleg) DPRD, DPR RI maupun menjadi anggota DPD RI. Kini, saatnya merajut asa perempuan menuju Pemilu 2024.

Khusus pada ranah politik, berkaca dari pengalaman pemilu sebelumnya, partisipasi perempuan di Pemilu kurang optimal. Padahal regulasi Undang-Undang (UU) tentang Pemilu nomor 7 tahun 2017 mengatur keterwakilan perempuan minimal 30 persen. Hal itu sangat penting, terutama dalam pengambilan keputusan politik yang berkaitan kepentingan dan keberpihakan kepada perempuan.

Terkait partisipasi perempuan ranah partai politik jelang Pemilu 2024, pengamat politik Sultra Dr.Najib Husain punya pandangan tersendiri. Ia mengatakan partisipasi perempuan diperhelatan politik masih terbilang rendah. Hal itu disebabkan kurang percaya diri kaum perempuan untuk tampil dikancah perpolitikan.

Pemilu 2019, calon legislatif perempuan yang maju di Pilcaleg maupun perempuan tampil Pilkada masih bisa dihitung dengan jari. Meskipun ada yang terpilih dan menduduki kursi di DPRD baik tingkat Kabupaten maupun Provinsi, namun tidak begitu signifikan.

“Kurangnya pengalaman juga menjadikan kaum perempuan tidak begitu terdorong untuk bersaing dengan kaum laki-laki di panggung perpolitikan. Termasuk para pemilih di Sultra pada umumnya, masih sangat stagnan mengarahkan pilihannya kepada kaum perempuan,” kata Dr. Najib Husain kepada Kendari Pos, kemarin.

Eksistensi peran kaum perempuan, kata dia, sangat penting di ruang perpolitikan. Salah satunya, untuk memudahkan terakomodir aspirasi kesetaraan gender dan perlindungan anak dari sisi kekerasan dan stunting. Kurangnya keterwakilan kaum perempuan di kursi DPRD menyebabkan sulitnya alokasi anggaran yang mengarah kepada kepentingan mereka terakomodir dengan optimal.

“Saat ini kekerasan terhadap perempuan dan anak masih menjadi pekerjaan rumah bersama. Termasuk angka stunting di Sultra yang masih konsisten tinggi menandakan bahwa betapa pentingnya kaum perempuan tampil sebagai bagian dari wakil rakyat untuk memperjuangkan berbagai polemik tersebut,” ujar Dr.Najib Husain.

  • Bagikan