Dalam kunjungan ke desa tersebut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, yang didampingi Anggota Komisi X DPR RI Daerah Pemilihan Sulawesi Tenggara, Hj. Tina Nur Alam, merasakan betapa susahnya mendapatkan sinyal selular di lokasi tersebut. Padahal ini sudah tahun 2022, atau 37 tahun sejak Steve Jobs mengungkap prediksinya soal internet. Pak Menteri pun langsung memerintahkan Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf melakukan koordinasi dengan operator penyedia jaringan internet agar memberi penguatan sinyal selular di sekitar Air Terjun Moramo.
Sebagai warga Konawe Selatan saya menyambut antusias rencana itu. Desa Sumber Sari dengan Air Terjun Moramo-nya merupakan tempat wisata yang sangat lengkap karena mengandung aspek konservasi serta paket sumber energi baru dan terbarukan melalui pemanfaatan sumber microhydro yang dijadikan listrik. Tempat seindah ini tentu menjadi spot favorit untuk foto-foto dan selfie. Jelas butuh jaringan internet yang stabil untuk bisa segera upload di media sosial.
Suatu sore saya melintas di Desa Lalobao, Kecamatan Andoolo, Konawe Selatan. Saya melihat beberapa anak berkerumun di tepi sawah. Anak-anak ini rupanya sedang bermain game online. Mereka rela kakinya terbalut lumpur demi mendapat sinyal agar bisa internetan. Saya merasa miris melihat kenyataan tersebut. Kecamatan Andoolo merupakan ibu kota kabupaten yang menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Konawe Selatan. Padahal banyak aktivitas Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan yang membutuhkan jaringan internet.
Kebutuhan dan kegunaan internet di Konawe Selatan tidak berhenti sampai di situ saja. Jika tidak ingin tertinggal semakin jauh dengan daerah lain dalam pemanfaatan teknologi, utamanya yang berkaitan dengan internet, Konawe Selatan harus berbenah. Penggunaan teknologi dan informasi dalam bidang perdagangan telah berkembang dengan sangat pesat melalui bentuk teknologi digitalisasi, mobilitas modal dan liberalisasi informasi.
Perdagangan di zaman teknologi internet lebih dikenal dengan istilah e-commerce telah marak dengan kemunculan ribuan pedagang yang memasarkan barang dagangannya lewat website.Terwujudnya pemanfaatan dan penggunaan teknologi internet diharapkan bisa memberikan implikasi yang maksimal terhadap dunia perdagangan yang semakin kompetitif. Salah satu jenis implementasi teknologi dalam hal meningkatkan persaingan bisnis dan penjualan barang-barang adalah dengan menggunakan e-commerce untuk mempromosikan berbagai macam produk atau jasa, baik dalam bentuk fisik maupun digital.
Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan seharusnya bisa mengajak perusahaan operator selular untuk membantu ketersediaan jaringan internet agar masyarakat Konawe Selatan tidak lagi menderita tuna sinyal. Caranya? Meminta semua perusahaan operator selular yang menjual produknya di Konawe Selatan untuk membangun Base Transceiver Station (BTS). Tentu dengan kemudahan syarat dari pemerintah seperti perizinan dan lain-lain, termasuk mungkin memberikan lahan milik pemerintah untuk dipergunakan membangun BTS tanpa dikenakan uang sewa.
Perusahaan-perusahaan operator selular itu juga wajib memberikan dana Corporate Social Responsibility (CSR) kepada masyarakat Konawe Selatan. Dalam bentuk apa? Saya memimpikan setiap desa memiliki free hotspot wifi agar tidak ada lagi tuna sinyal di Konawe Selatan. Free hotspot wifi itu bisa saja diletakkan di setiap balai desa yang ada di Konawe Selatan sehingga masyarakat setempat bisa memanfaatkan untuk belajar daring, menonton berita streaming, berdagang online, bahkan juga bermain game online sebagai sarana hiburan.
Saya yakin itu bisa selama kita memiliki niat yang sama untuk memajukan teknologi dan informasi di Konawe Selatan. Harus ada kerjasama dari seluruh stake holder dan pengambil kebijakan di Konawe Selatan agar permasalahan susah sinyal ini segera terselesaikan dan kita bisa dengan bangga mengucap #KonselKampungKita! (***)