Lasman, Srikandi Tangguh Pesisir Buton Binaan Rare

  • Bagikan
Lasman, Srikandi tanggung pejuang ekonomi keluarga dari Desa Mopaano, Kecamatan Lasalimu Selatan, Kabupaten Buton, bersiap mengais rupiah di pasar sore Ambuau Togho. Sang suami, La Rami (belakang) membantu menyiapkan keperluan dagangan Lasman.

Bukan hanya kapasitas jualannya yang semakin besar, kondisi perekonomian keluarga juga berangsur membaik. Lasman bersama suami dan tiga anaknya menempati rumah papan berukuran 4,5x8 meter.

Saat ini, ia tengah membangun rumah beton seluas 96 meter persegi. Proses pembangunan sudah hampir selesai. Tak lama lagi, Lasman bisa menempati rumah yang lebih luas dan nyaman.

Kondisi tersebut tak lepas dari peran program PAAP (Pengelolaan Akses Area Perikanan) yang dihadirkan Rare Indonesia, sebuah NGO yang bergerak dibidang konservasi laut.
Di Kabupaten Buton, PAAP mulai disosialisasikan pada tahun 2019. Lasman salah satu perempuan pesisir Buton yang merasakan manfaat PAAP.

Akhir tahun 2020, ia bergabung menjadi anggota PAAP Lasinta Lape-Lape, kelompok nelayan yang menaungi tujuh desa di Kecamatan Siotapina dan Lasalimu Selatan. PAAP, melalui salah satu lini kegiatannya, yakni Koperasi Simpan Pinjam (KSP), telah mengubah pola pikir Lasman dalam mengelola keuangan. Lasman merupakan anggota KSP Penyu Lestari. Satu dari dua KSP di Desa Mopaano.

“Sebelumnya, belanja dulu, sisanya baru ditabung. Sekarang, dengan adanya kegiatan KSP, menabung dulu, sisanya baru dibelanjakan,” kata Lasman menjelaskan perubahan dalam mengelola keuangan yang telah membawa dampak besar bagi kehidupannya.

Tidak hanya melek literasi keuangan, PAAP telah menyadarkan Lasman untuk saling membantu sesama perempuan nelayan. Women supporting women sudah dipraktikkan Lasman dengan sangat baik.

Sebelumnya, mamalele di Desa Mopaano hanya Lasman seorang diri. Melihat kemajuan yang dialaminya, beberapa orang terinspirasi. Lasman pun mengajak teman-teman perempuan lain untuk menjual ikan. Hitung-hitung, bisa menambah penghasilan dan menopang kebutuhan keluarga.

Dulu, hasil tangkapan suami akan dijual ke tengkulak yang biasanya didominasi kaum adam. Belakangan ia sadar, dengan menjual sendiri, keuntungannya akan lebih besar. Melalui forum-forum literasi KSP, para mamalele biasanya berkumpul untuk bersama-sama belajar tentang pengelolaan keuangan yang baik. “Suami tidak melaut, biarlah kita perempuan yang bantu cari uang,” ucapnya, percaya diri.

Lasman meyakini, perempuan punya peran yang sangat penting dalam pengelolaan perikanan. Contoh paling sederhana, membantu suami menyiapkan keperluan melaut. Walau terlihat sepele, kegiatan tersebut cukup merepotkan. Bakat berbicara yang umumnya melekat pada para ibu juga tersalurkan dalam upaya memelihara perairan Buton.

Tak jarang, Lasman dan rekan-rekannya menyosialisasikan program-program PAAP. Misalnya, tentang lokasi tertentu tempat pemijahan ikan sehinga dilarang untuk dimanfaatkan. Di pasar, Lasman sering memberikan pemahaman kepada pengunjung agar tak merusak ekosistem laut. (*)

"Artikel ini didukung oleh Mongabay Indonesia dan Rare Indonesia"

  • Bagikan