Tokoh Inovatif Pemerintahan
Dr. Ir. H. Ruksamin, ST, M.Si, IPU, Asean Eng
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Bupati Konawe Utara, Ruksamin tak hanya piawai dalam tata kelola pemerintahan. Hal paling fundamental bagi Ruksamin adalah menyatukan ide dan gagasan dalam satu kesatuan suku bangsa yang terlahir dari rahim yang sama, ibu pertiwi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Perbedaan etnis, budaya dan agama harus dijadikan modal utama sebagai instrumen pembangunan. Olehnya itu, pondasi tersebut terus diperkuat dan dirawat penuh totalitas. Keberagaman agama, etnis dan budaya di Kabupaten Konawe Utara khususnya dan Provinsi Sulawesi Tenggara pada umumnya sangat kompleks. Eksistensi tersebut menjadi modal utama dalam membangun daerah dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika. Sehingga menjadikan Konawe Utara sebagai Kabupaten yang cinta dengan kedamaian.
Konsep Bhineka Tunggal Ika di Sulawesi Tenggara menjadikan Bupati Konawe Utara, Ruksamin terus berupaya menggaungkan dan mengaktualisasikan melalui karya nyata. Momentum penyatuan etnis budaya dan agama dilakukan melalui komunitas paguyuban se Sultra yang terus dijaga dan dirawat keberagamannya, sekaligus saling mengenal kebudayaan masing-masing paguyuban.
Ruksamin menuturkan jika puncak peringatan hari jadi ke-15 Konut pada 2 Januari 2022 lalu, Pemkab secara khusus mengundang seluruh paguyuban etnis yang ada di Sulawesi Tenggara. "Kehadiran paguyuban tersebut menampilkan pawai budaya nusantara yang diikuti peserta dari berbagai daerah di Sultra dengan menampilkan beragam ornamen khas budaya masing-masing paguyuban. Ini sangat luar biasa," kata Bupati Konut, Ruksamin. Ada komunitas etnis Bali, Papua, Maluku, Yogjakarta, Sulawesi Selatan dan paguyuban yang ada di Sulawesi Tenggara seperti etnis Tolaki, Jawa, Bugis, Muna, Buton, Toraja, Bajau dan beragam suku bangsa yang mendiami daratan Bumi Anoa. Pertemuan tersebut turut dirangkaikan dengan penandatanganan deklarasi damai antar etnis dan umat beragama yang ada di Sultra pada umumnya dan Konut khususnya, sebagai bentuk komitmen dalam menjaga ketenteraman dan kedamaian.
"Deklarasi ini dilakukan untuk menciptakan kerukunan dan kedamaian di Bumi Anao. Dengan begitu dapat menunjang pembangunan daerah, menuju Konawe Utara yang lebih sejahtera dan berdaya saing," sambung Ruksamin.
Kehadiran sejumlah paguyuban nusantara yang ada di Sultra pada momentum HUT Konut dengan ikhlas mengikuti kegiatan deklarasi damai, menandakan Konawe Utara cinta dengan perdamaian tanpa pertikaian. Bupati dua periode itu berpandangan jika perbedaan etnis, budaya dan agama yang ada mesti dijadikan sebagai rahmat bagi bangsa dan negara sebagai pemersatu dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.
Nah, sebagai pemerintah harus menjadi motor penggerak dalam menjembatani dan memfasilitasi paguyuban etnis, baik yang ada di daerah ini, maupun yang hadir dari luar Sultra. Sehingga tercipta tali silaturahmi antara sesama maupun paguyuban etnis lainnya. Kunci sebuah kesuksesan, menurut pandangan Ketua DPW PBB Sultra, dengan intens menjalin silaturahmi dengan sesama insan manusia melalui hubungan komunitas dan paguyuban. "Kami sebagai Pemerintah Daerah yang diamanahkan negara dan sebagaimana pesan lagu Indonesia Raya, yang memegang kendali pemerintahan. Siapapun dia dan dimanapun dia. Bangun jiwanya bangun badannya. Artinya membangun sumber daya manusia, sama dengan membangun karakter bangsa. Maka kita harus bangun budayanya, itulah Indonesia seutuhnya,"pungkas mantan Ketua DPRD Konut itu.