-Pelindo Regional IV Kendari Masuk 10 Pelabuhan Terapkan NLE
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Aktivitas bongkar muat produk ekspor dan impor di Kendari New Port yang dikelola perusahaan berbendera PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Regional IV Kendari, kian menggeliat. Pelabuhan yang tuntas dibangun triwulan pertama tahun 2019 silam dengan anggaran Rp 936 miliar kini terus bertransformasi, setelah merger tahun 2021 lalu.
Pelindo Regional IV Kendari New Port masuk dalam 10 pelabuhan di Indonesia yang menerapkan National Logistic Ecosystem (NLE). Sehingga diharapkan bisa mewujudkan ekosistem maritim yang terintegrasi dan berkelas dunia. Kendari New Port juga segera memanfaatkan tekonologi digital untuk memudahkan layanan jasa. Aplikasi berbasis digital itu bernama Phinisi.
General Manager Pelindo Regional IV Kendari New Port, Suparman,Kendari New Port ditetapkan sebagai salah satu pelabuhan yang menerapkan NLE tak lepas dari kerja keras seluruh pihak, terutama dukungan penuh Pelindo Regional IV Makassar yang selalu mengupayakan peningkatan kapasitas, fasilitas maupun peralatan pelabuhan.
Contohnya, kata dia, dalam mendukung bisnis bongkar muat peti kemas di Kendari New Port, didukung dengan fasilitas pelabuhan yang memadai. Misalnya ditopang dengan dermaga yang cukup luas dengan ukuran 300 m² serta ditopang Container Yard (lapangan) seluas 5 hektar yang bisa menampung sekira 250 ribu teus/tahun. "Dibangun dengan standar pelabuhan peti kemas. Sehingga kami bisa layani kegiatan ekspor maupun impor," ungkap Suparman, kemarin.
Sementara untuk peralatan pelabuhan, KNP ditopang oleh peralatan canggih di antaranya 2 unit container crane, 4 unit Rubber Tyred Gantry (RTG), dan 3 unit Reach Stacker (RS) "Jadi kalau RTG trouble, ada reach stacker. Kami juga memiliki forklift sebanya 1 unit untuk kapasitas (angkut) 32 ton, dan 3 unit untuk 7 ton untuk mendukung kinerja pelabuhan," kata Suparman.
Suparman berharap, penerapan NLE mampu mendukung kinerja pelabuhan terutama dalam
mewujudnya efisiensi biaya, waktu, transparansi dan ease of doing business. "Kalau ini terwujud maka semangat dalam menurunkan biaya logistik bisa terwujud yang tentunya sangat positif bagi perekonomian bangsa," katanya.
Ia menambahkan aplikasi Phinnisi yang akan diterapkan merupakan modifikasi dari empat aplikasi sebelumnya yakni aplikasi Indonesia Gateway Master Terminal (IGMT), Marine Operating System (MOS), Vasa dan Vessp4. Phinnisi menyempurnakan sistem layanan jasa yang ada sebelumnya.
"Aplikasi Phinnisi dapat meningkatkan efisensi dan efektivitas sistem pelayanan. Contohnya cetak nota tagihan yang biasanya dua hari menjadi hanya sehari. Ini tentunya sangat baik bagi pelaku usaha yang memanfaatkan jasa pelabuhan karena bisa mendorong kelancaran bongkar muat di pelabuhan," kata Suparman saat ditemui, di kantornya, kemarin.
Ia mengungkapkan Pelindo mengakomodasi hasil perkebunan Sultra untuk didistribusikan ke seluruh daerah di Indonesia. Semisal, kakao, mete, kelapa, kopi, cengkih, dan lada. Juga melayani bongkar muat hasil bumi dan diekspor. Di antaranya, aspal dari Buton, nikel dari Kolaka Utara dan Konawe Emas dari Bombana, dan minyak dari Kabupaten Buton Utara. (ags/b)