KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Salah satu ciri khas dari hidupnya perekonomian ibu kota adalah transaksi jual beli berkelanjutan di pasar modern dan tradisional. Pasarwajo punya pasar, tetapi dinilai tak representatif dan hanya beroperasi setengah hari. Merespon kondisi itu, Pemkab Buton sebenarnya sudah membangun pasar tradisional yang layak di lokasi yang representatif yakni di Kelurahan Wagola dengan luasan lahan kurang lebih 2 hektare. Hanya saja, sejak dibangun tahun 2020 dan tuntas 2021, namun belum difungsikan hingga saat ini.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Buton, Safaruddin, mengatakan, pemanfaatan Pasar Ompu segera dilakukan. “Senin besok (hari ini) kunci kios sudah bisa diambil di pasar oleh pedagang. Nanti hari Selasa kita lot lagi untuk lodsnya. Pedagang sudah boleh menempatinya,” katanya, Minggu (11/9).
Safaruddin membenarkan Pasar Ompu telah menghabiskan anggaran yang cukup besar. Sumbernya dari dana pinjaman sebesar Rp 3,2 miliar. Kemudian ditambah lagi dengan suntikan APBN senilai Rp 5 miliar. Pembangunannya sudah rampung sejak akhir Desember lalu. “Pasar Ompu dibangun 2020. Pinjaman daerah dua lokal (bangunan) ditambah dua lokal dari TP,” terang Safaruddin.
Sementara itu Pj. Bupati Buton, Basiran, menginginkan pasar yang sudah dibangun dengan anggaran sebesar itu bisa dimanfaatkan. Namun begitu, penggunaan pasar harus dibarengi oleh tata kelola pemerintah atau perwakilannya. “Pasar harus ada petugas yang mengelola, supaya bisa ditata. Ada yang jaga keamanannya, mengatur penempatan supaya tidak seenaknya orang di dalam,” katanya.
Ia pun menegaskan jika perekonomian ibu kota bisa bergerak lebih cepat jika pasar itu diaktifkan. “Kalau pegawai sudah tinggal di Pasarwajo, belanjanya juga pasti di sini. Tidak mungkin mau ke Baubau hanya beli ikan atau kelor. Jadi mari bangun daerah kita ini dengan hati dan niat yang tulus,” imbuhnya. (b/lyn)