Bohemian Rhapsody: Antara Freddie Mercury dan Kendari

  • Bagikan
Sitya Giona Nur Alam, Ketua DPW Garnita Malahayati NasDem Sultra

Oleh: Sitya Giona Nur Alam (Ketua Garda Wanita Malahayati NasDem Sulawesi Tenggara)

Mamaaa, just killed a man.
Put a gun against his head, pulled my trigger now he's dead.

Mamaaa, life had just begun.
But now I've gone and thrown it all away.
Mama, oooh… didn't mean to make you cry.

If I'm not back again this time tomorrow.
Carry on, carry on as if nothing really matters.

Di atas adalah lirik lagu dari Queen, grup band asal Inggris. Judulnya Bohemian Rhapsody, diciptakan oleh Freddie Mercury untuk album grup band mereka A Night at the Opera yang rilis pada 31 Oktober 1975.

Meski sudah berusia hampir setengah abad, sampai sekarang lagu tersebut masih menjadi mahakarya seni papan atas yang mengguncang dunia. Bahkan lagu itu masih sering dinyanyikan oleh generasi muda era kini.

Tidak mudah menciptakan sebuah karya yang terus diingat dan dimainkan oleh beberapa generasi setelahnya. Freddie Mercury adalah satunya. Melalui lagu Bohemian Rhapsody ini, Freddie Mercury yang memiliki nama asli Farrokh Bulsara tergolong ke dalam kelompok manusia yang memiliki kreativitas tinggi.

Dalam makalah ilmiahnya terkait studi perkembangan otak manusia, Martha Bain menuliskan bahwa dalam proses pembelajaran, jalur saraf atau brain the highway akan semakin tebal dan memproduksi lebih banyak garis yang menghubungkan simpul-simpul sehingga membuat proses pembelajaran dengan analogi berefek pada lompatan asosiasi.

Penjelasan Martha Bain yang seorang ahli saraf menguatkan alasan mengapa sosok Freddie Mercury bisa sangat kreatif menggabungkan lirik-lirik yang melankolis, relijius, dan penggambaran suasana jiwa dengan musik pop, akapela, rock, hingga opera. Sebuah penggabungan yang mengejutkan dunia. Freddie Mercury mengajarkan kepada kita bahwa kreativitas tidak melulu soal bakat.

Kreativitas bisa dipelajari, asal tekun dan dengan kemauan keras.

Lalu apa hubungannya dengan Kendari?

Beberapa bulan terakhir ini Kendari mendapat ‘serbuan’ dari artis-artis top tanah air. Ada Fabio Asher, Rizky Febian, Vierratale (dulu bernama Vierra), yang manggung sekitar sebulan lalu, hingga Yura, Mahalini, dan Feby Putri Nilam Cahyani yang bersiap tampil dalam hitungan hari ke depan.

Kehadiran artis-artis ini harus menjadi pemicu kreativitas generasi muda Kendari dan Sulawesi Tenggara, khususnya para musisi dan pegiat musik. Saat ini mulai bermunculan artis-artis asal Kendari dan Sulawesi Tenggara di blantika musik tanah air, sebut saja Andry (eks Band Piho & Hyna), Sri KDI, Fildan KDI, Guruh Perdana, dan Deborah Hanna. Mereka mulai menyusul kesuksesan grup band Zivilia yang lebih dulu tenar.

Di sisi lain, hadirnya artis-artis tersebut juga menjadi pemuas dahaga hiburan masyarakat Kendari. Pasca merebaknya pandemi Covid di awal tahun 2020 lalu, praktis panggung hiburan yang menjadi tempat berkumpulnya massa menjadi hal terlarang untuk digelar. Kini setelah secara perlahan pemerintah mencabut larangan kegiatan massal, panggung hiburan di Kendari pun mulai bergeliat kembali.

Sebagai warga Kendari, saya pun tidak mau ketinggalan untuk mengikuti hiruk panggung hiburan yang digelar di Kendari. Saya sempat memborong sejumlah tiket Vierratale yang tampil di area parkir Café X Bro di Jalan Made Sabara. Saya ajak teman-teman dan saudara menonton penampilan Kevin Aprilio, Widy Soediro Nichlany, dan Raka Cyril Damar untuk sekadar melepas rasa rindu akan hiburan.

Membludaknya penonton di konser Rizky Febian, Fabio Asher, dan Vierratale membuktikan jika masyarakat Kendari haus akan hiburan, terutama pentas-pentas seni dan musik. Animo masyarakat Kendari akan musik sepertinya tidak kalah dengan daerah lain di tanah air. Kami sudah membuktikannya!

Saya kira perlu ada wadah untuk mengeksplorasi bakat-bakat seni yang ada di Kendari sekaligus menjadi sarana hiburan untuk masyarakat seperti festival band antarsekolah atau festival band umum di Kendari seperti dulu di era 1990-an Log Zhelebour menggelar festival rock band.

Pemenangnya mendapat hadiah dan berhak mengikuti rekaman album musik. Entah apa nama yang cocok untuk even ini di Kendari. Nanti kita rundingkan bersama.

Lokasinya bisa saja digelar di sekitar kawasan Jembatan Bahteramas. Jika ini terjadi, kita akan bukan saja mendapat manfaat double, tapi juga triple. Menemukan potensi dan bakat musisi Kendari, hiburan untuk masyarakat Kendari, dan mempromosikan Jembatan Bahteramas sebagai ikon wisata Kendari.

Benefit lain yang timbul adalah perekonomian masyarakat Kendari akan bergerak. Ada parkir, lapak dagangan warga, dan sebagainya.

Kita tidak perlu muluk-muluk memimpikan festival musik seperti Summerfest dan Woodstock di Amerika Serikat atau Sziget Festival di Hungaria dan Pinkpop Festival di Belanda. Jika di Jawa Timur ada Jazz Gunung yang digelar di kawasan Gunung Bromo, mungkin Kendari bisa menggelar Jazz Teluk di sekitar Jembatan Bahteramas.

Atau meminta panitia kembali menggelar acara Soundrenalin keliling kota-kota di Indonesia seperti tahun 2002-2014 sebelum menetap di Garuda Wisnu Kencana, Bali sejak tahun 2015. Kita minta Kendari sebagai salah satu kota lokasi pegelaran Soundrenalin. Mumpung pandemi Covid mulai melandai, kita bisa memulainya sesegera mungkin. (***)

  • Bagikan

Exit mobile version