-Pj Bupati Mubar Bahri Totalitas Membangun
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Kabupaten Muna Barat (Mubar) memiliki banyak potensi. Baik di sektor pertanian maupun kelautan. Hal itu didukung kondisi geografis wilayah, berupa darat dan laut. Wilayah daratan Mubar cukup luas dan memiliki tanah subur. Sehingga, sangat cocok menjadi lahan pertanian. Makanya, Pemkab Mubar memaksimalkan sektor pertanian. Salah satunya, melalui komoditas singkong (ubi kayu) dan jagung.
Penjabat (Pj) Bupati Mubar, Bahri mengatakan, hasil pertanian ubi dan jagung sangat menjanjikan. Tanah subur, membuat hasil panen masyarakat berlimpah. Sehingga, mengakibatkan surplus dan terjadilah penurunah harga. Untuk itu, pihaknya mencoba memaksimalkan potensi pertanian ubi dan jagung dengan menggaet investor.
"Kelebihan di Mubar adalah hasil panen banyak, sehingga terjadi surplus. Akibatnya, ada penurunan harga paska panen. Harga jual tidak dapat menutupi biaya produksi. Kondisi ini dimanfaatkan tengkulak. Melihat situasi ini, rencana kita akan datangkan investor," ungkap Bahri kepada Kendari Pos, kemarin.
Menurutnya, komunikasi langsung dengan investor telah dilakukan. Mereka siap menanamkan modalnya di Mubar. Untuk itu, Pemkab Mubar mulai melakukan sejumlah persiapan. Salah satunya, menyampaikan kepada petani. Intinya, seluruh petani di Mubar, akan difasilitasi menanam ubi dan jagung. "Investor jagung perusahaannya dari Jakarta. Sementara, investor ubi dari China," jelasnya.
Investor China, lanjut dia, akan menanamkan modalnya di Mubar. Mereka akan menampung hasil pertanian singkong untuk dijadikan tepung tapioka. Pola kerja sama dengan petani akan dibangun sistim patnership. Dalam artian, seluruh masyarakat Mubar, memiliki KTP Mubar, memiliki lahan, dan bersedia mengikuti program tersebut akan difasilitasi. Setiap satu hektar tanah yang ditanami ubi akan dibantu Rp 8 juta untuk biaya pengelolaan, bibit dan pupuk. Biaya itu disiapkan oleh Pemda.
"Pada saat panen, setiap hektar akan mendapatkan Rp 45 juta. Dari hasil panen itu, masyarakat mengembalikan Rp 8 juta yang diberikan Pemda. Maka dalam konteks itu, kita akan bentuk BUMD untuk memastikan petani ubi dibiayai oleh Pemda," terangnya. Sementara investor China akan membangun pabrik tepung tapioka. Kemudian, setiap harinya harus menyediakan sekira 1.000 ton ubi untuk dibawa dan diolah di pabrik.
Sementara untuk jagung yang selama ini diketahui hanya untuk jenis makanan tertentu, ternyata bisa menghasilkan minyak. Nantinya, bisa dijadikan bahan bakar kendaraan. Sehingga, pengusaha asal Jakarta tertarik untuk berinvestasi. Karena hasil pertanian jagung di Mubar cukup besar. Akan tetapi jenis jagungnya masih akan diteliti untuk diberikan ke petani. "Kita sudah tentukan siapa penerimanya dan lokasinya. Tetapi investor ini, mau ambil jagung lewat koperasi. Nanti koperasi yang menjual ke investor. Makanya kita juga akan membentuk koperasi," bebernya.
Dua komoditas pertanian itu, tambah dia, akan menjadi fokus perhatian Pemda Mubar untuk dianggarkan pada APBD 2023. Untuk mendukung kebutuhan petani singkong Rp 8 juta, dikali produksi yang harus dihasilkan (1.000 ton perhari), Pemda Mubar harus menyiapkan anggaran puluhan miliar. "Estimasi kita sekira Rp 32 miliar. Itu khusus untuk pengembangan singkong. Sementara untuk jagung, paling hanya menyiapkan bibit, jonder dan alat-alat pertanian," terangnya.
Direktur Perencana Keuangan Daerah Kemendagri itu menambahkan, selain komoditas ubi dan jagung, Pemda Mubar juga sedang menggenjot potensi pertanian komoditas padi. Hasil tinjauan lapangan, Pemda Mubar mencatat ada sekira 800 hektar lahan yang potensi untuk menjadi area persawahan. Untuk menggarap lahan itu, telah mengajukan proposal bantuan cetak sawah ke Pemerintah Provinsi Sultra seluas 400 dan ke Kementrian Pertanian seluas 400 hektar. "Kemudain pada APBD-P ini, kita siapkan anggaran untuk mencetak sawah 200 hektar," pungkasnya. (b/ahi)