Catatan Sitya Giona Nur Alam (Ketua Garda Wanita Malahayati NasDem Sultra)
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- "Kendari tidak layak dijadikan tempat kongres partai, utamanya soal ketersedian hotel dan akses transportasi. Lokasi kongres harus segera dievaluasi karena tidak representatif. Selain transportasi darat di Kendari, jalur penerbangan menuju Kendari sangat terbatas dan mengurangi kenyamanan peserta kongres serta masyarakat umum yang menggunakan moda transportasi udara."
Nur Alam, 2020
Pernyataan ayah saya menjelang kongres sebuah partai politik tahun 2020 silam memang ada benarnya.
Transportasi publik di Kendari pada khususnya bergerak stagnan bahkan menuju kemunduran.
Salah satu ciri kota maju adalah memiliki sarana transportasi umum yang memadai dan terintegrasi. Masalah transportasi publik menjadi problematika yang belum terpecahkan di Kendari.
Komika Abdurrahim Arsyad sempat menyentil dalam video yang diunggah di akun media sosialnya. Abdur yang menginap di salah satu hotel di Jalan Edi Sabara mengeluhkan tidak adanya angkutan kota (angkot) yang melintasi jalan tersebut.
Abdur pun terpaksa menggunakan moda transportasi umum berbasis online untuk mengantarnya berkeliling Kendari ke beberapa titik tujuan.
Dari beberapa definisi tentang transportasi, saya cenderung sepakat dengan pernyataan Papacostas dalam bukunya yang berjudul Fundamental of Transportation Engineering.
Papacostas mendefinisikan transportasi sebagai suatu sistem yang terdiri dari fasilitas tertentu beserta arus dan sistem kontrol yang memungkinkan orang atau barang dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain secara efisien dalam setiap waktu untuk mendukung aktivitas manusia.
Tidak ada salahnya Kendari belajar dari kota lain terkait transportasi umum, khususnya transportasi darat. Saya pernah tinggal beberapa waktu di Singapura saat menyelesaikan studi.
Yang saya rasakan, Singapura memiliki sistem transportasi luar biasa yang didukung dengan kondisi infrastruktur yang baik. Selain Mass Rapid Transit (MRT), bus di Singapura juga tertata dan terintegrasi dengan rapi. Daerah satu terkoneksi dengan daerah lain melalui sarana transportasi umum.
Permasalahan transportasi umum di Kendari sangat kompleks. Mulai dari armada yang kurang layak, kesadaran pengemudi yang rendah dalam berlalu-lintas, halte yang kurang memadai, hingga tidak terintegrasinya sarana transportasi umum ini dari satu kawasan ke kawasan lain. Bahkan ada beberapa kawasan di Kendari tidak dilalui angkutan umum.
Lantas bagaimana memecahkan permasalahan transportasi umum di Kendari yang bagai mengurai benang kusut ini? Tentu harus ada kerjasama semua pihak terkait.
Stake holder Kota Kendari, Organisasi Angkutan Darat (Organda), sopir/pemilik angkot dan tokoh masyarakat harus duduk satu meja untuk menemukan rumusan mengatasi problematika ini.
Salah satu impian dibenak saya terkait tata laksana transportasi umum di Kendari adalah dengan membuat trayek-trayek angkot baru. Yang mana, bisa melintasi daerah yang selama ini belum terjamah lalu-lintas angkot.
Trayek baru ini harus terintegrasi dengan trayek yang sebelumnya ada agar masyarakat yang membutuhkan transportasi umum tidak kesulitan sampai tujuannya.
Kita tidak perlu malu menyontoh Jakarta dan Surabaya dalam penyediaan transportasi publik. Di Jakarta, pemerintah setempat menggandeng sejumlah angkot yang dipergunakan sebagai alat transportasi umum gratis yang disebut JakLingko.
Penumpang digratiskan. Kendaraan yang dipakai menggunakan sistem sewa dan sopir mendapat gaji dari Pemprov DKI Jakarta.
Sementara di Surabaya, Pemkot setempat menerapkan alat transportasi umum bus kota yang pembayarannya menggunakan botol plastik bekas. Pemkot Surabaya ingin kotanya bebas sampah plastik. Botol-botol ‘pembayaran’ bus kota lalu didaur ulang untuk dijadikan komoditas lainnya.
Pemkot Kendari bisa saja mengadakan kerjasama dengan pemilik angkot. Kerjasama itu berupa sewa angkot yang dipergunakan untuk mengangkut penumpang, khususnya anak sekolah.
Sementara sopir angkot digaji pemerintah menggunakan anggaran yang tersedia.
Di sisi lain, sarana transportasi sangat penting peranannya dalam menyediakan akses bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa sehari-hari, serta meningkatkan kehidupan sosial ekonomi.
Dibangunnya sarana transportasi yang baik membuat kegiatan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan pembangunan di kawasan yang mempunyai potensi ekonomi tinggi akan lebih mudah dikembangkan.
Kegiatan perekonomian akan bergeliat jika prasarana dan sarana transportasi yang baik tersedia. Aksesibilitas ini dapat memacu proses interaksi antar wilayah sampai ke daerah yang paling terpencil sehingga tercipta pemerataan pembangunan.
Semoga keinginan luhur ini segera terwujud di kota tercinta ini sehingga kita bisa dengan bangga mengatakan #kusukakendari. (*)