Kunjungan Wisatawan Melonjak, Sektor Wisata Berangsur Pulih

  • Bagikan
Pantai Toronipa. Pemprov berencana menjadikan kawasan wisata terpadu yang menghubungan objek wisata lain di Sultra

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Visi Ali Mazi-Lukman Abunawas (AMAN) membangun Sulawesi Tenggara (Sultra) mulai diwujudkan satu persatu. Capaian ini kinerja kabinet dalam menerjamahkan arahan pimpinan. Salah satunya di Dinas Pariwisata (Dispar) Sultra. Sejak ditukangi H Belli Harli Tombili, pesona Bumi Anoa kian mendunia. Di sisi lain, bisnis wisata yang sempat terpuruk akibat pandemi, kini mulai bangkit dan pulih kembali.

Mantan Pj Sekretaris Daerah (Sekda) Kolaka Timur (Koltim) ini terus bergerak dan bekerja. Arahan Ali Mazi dijabarkan melalui program kerja. Tidak hanya sekedar memberi arahan, pria ramah ini kerap turun memastikan pelaksanaan program di lapangan. Kerja kerasnya mulai menunjukkan hasil. Kunjungan wisata yang sempat anjlok 2020 lalu, naik sekitar 49.271 wisatawan.

Kepala Dispar Sultra H Belli Harli Tombili mengatakan terus melakukan berbagai inovasi dan terobosan untuk dapat menarik minat wisatawan asing dan wisatawan nusantara agar berkunjung ke Sultra. Dimana kunjungan wisatawan ke Sultra itu sudah menunjukkan trend yang positif. Pada tahun 2021, sebanyak 927.469 wisatawan berkunjung di Bumi Anoa. Tahun 2020, hanya sekitar 878.198 wisatawan.

"Kami akan berupaya mendorong jumlah kunjungan wisata. Paling tidak bisa menyamai capaian tahun 2019 lalu yang mencapai 2,5 juta wisatawan," ujarnya.

Penurunan kunjungan wisatawan di Sultra katas dia, sangat dipengaruhi oleh pandemi covid 19 yang menyerang seluruh negara di dunia. Akibat pembatasan kegiatan masyarakat, hal ini sangat memperngaruhi sektor pariwisata.

DESA WAWOANGI

"Dengan semakin terkendalinya pandemi, saya sangat yakin sektor pariwisata Sultra itu akan kembali bergeliat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini dikarenakan potensi yang kita miliki itu sangat beragam. Mulai dari wisata baharinya yang tidak kalah dengan yang ada di luar negeri maupun di dalam negeri. Selain itu kita juga punya potensi desa wisata yang sangat banyak dan memiliki keunikan tersendiri yang tidak ada samanya dengan daerah lain," jelasnya.

Tidak hanya wisata bahari sambung mantan Kepala Biro Administrasi Pembangunan Sekretariat Provinsi (Setprov) Sultra, jazirah Tenggara Sulawesi memiliki sejumlah event wisata nasional dan internasional. Seperti Festival Budaya Sultra, Festival Budaya Tua Buton, Festival Keraton Kesultanan Buton Bau-bau, Festival Tangkeno dan Wakatobi Wafe.

DESA WISATA SOMBU

"Potensi yang besar ini harus diakselerasikan dengan promosi dan pemasaran produk wisata kita di pasar mancanegara dan domestik. Saat ini, kita melakukan promosi dipasar potensial wisatawan, melalui pemanfaatan digital marketing strategi BAS (Branding, Advertising, dan Selling) dan POSE (Paid media, Owned media, Sosial media, Endorse). Kita harapkan dengan promosi dan potensi yang kita miliki wisatawan yang berkunjung di Sultra itu bisa meningkat, sehingga nantinya akan berdampak pada perekonomian daerah," ujarnya. (b/jib)

Desa Wisata jadi Trend Baru

Dinas Pariwisata (Dispar) Sulawesi Tenggara (Sultra) kini bergerak menggali potensi pariwisata yang ada di Bumi Anoa. Tidak hanya membenahi sarana dan prasarana objek wisata yang telah ada, lembaga yang dipimpin H Belli Harli Tombili ini mulai menggarap potensi di wilayah pelosok lewat program desa wisata. Apalagi Sultra memiliki desa dengan berbagai keunikan.

Kepala Dispar Sultra H Belli Harli Tombili mengatakan terdapat perubahan trend kunjungan wisatawan dari wisata massal ke wisata minat khusus. Menyambut tantangan dan peluang itu, pemerintah menggagas sekaligus mengembangkan desa wisata.

"Trend baru Pariwisata ini menunjukkan desa wisata memiliki potensi yang dapat dijadikan destinasi wisata alternatif. Desa wisata dengan keunikan yang ditawarkannya, wisatawan akan mendapatkan pengalaman beraktivitas dialam terbuka, mempelajari budaya dan kearifan masyarakat lokal. Di mana pengalaman tersebut yang tidak akan didapatkan di tempat lain. Karena tiap desa wisata akan menawarkan keunikannya," ujarnya.

Saat ini, sebanyak 236 desa telah dikembangkan menjadi desa wisata. Setiap desa memiliki potensi yang beragam dan berbeda-beda. Mulai dari wisata bahari, wisata alam, wisata kuliner, wisata kreatif, wisata sejarah dan masih banyak lagi.

"Tahun 2022, dua desa yang ada di Sultra itu masuk dalam 50 besar Anugrah Desa Wisata Indonesia (ADWI). Desa tersebut adalah Limbo Wolio Kota Bau-bau dan Air Terjun Moramo Desa Sumber Sari Konawe Selatan (Konsel). Desa wisata yang ada di Sultra itu menyimpan berbagai sumber daya yang cukup besar. Selain itu juga memiliki keunikan tersendiri yang dapat mendorong wisawatan untuk berkunjung," ungkapnya.

Untuk mengembangkan potensi desa melalui pariwisata, diperlukan kesiapan berbagai aspek. Namun modal awal yang paling penting dalam pengembangan Desa wisata yakni adanya komitmen seluruh elemen masyarakat yang ada di desa untuk mengembangkan potensi yang ada di desa tersebut.

"Inisiatif dan prakarsa yang kuat dari elemen masyarakat yang ada di desa menjadi modal awal yang baik untuk mendukung pembangunan Pariwisata berbasis masyarakat. Selain itu peningkatan SDM juga harus beriringan," Pungkasnya. (b/jib)

  • Bagikan