Harga Cabe Paling “Pedas”

  • Bagikan
Hj. Siti Saleha

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Harga sejumlah bahan pokok di pasaran Kota Kendari, merangkak naik. Dari sejumlah komoditas, harga cabe paling "pedas". Penyebabnya, curah hujan tinggi sehingga hasil panen cabe berkurang dan pasokan cabe dari Sulawesi Selatan (Sulsel) mulai minim, mengingat cabe Sulsel juga diorder oleh Maluku dan Kalimantan.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sultra, Siti Saleha, mengungkapkan hingga akhir Agustus, harga cabe rawit naik hingga 90 persen. Awalnya cabe rawit dijual Rp 35 ribu per kilogram (Kg), kini menjadi Rp 64 ribu per Kg.

Sementara harga cabe besar mengalami kenaikan 35 persen. Harga normal Rp 35 ribu per Kg, kini di pasaran dijual dengan harga Rp 44 ribu. Cabe keriting mengalami kenaikan 34 persen dari harga normal Rp35 ribu per Kg. Saat ini harganya Rp44 ribu.

"Kenaikan harga tersebut dipicu kurangnya pasokan dari dalam daerah karena tingginya curah hujan dan kurangnya pasokan dari Sulsel. Karena Sulsel juga memenuhi permintaan dari Maluku dan Kalimantan," ungkapnya.

Selain cabe, harga bawang merah juga meningkat 57 persen. Dari harga Rp 35 ribu per Kg menjadi Rp 50 ribu. Kenaikan tersebut dipicu kurangnya pasokan dari dalam daerah karena tingginya curah hujan. Juga kurangnya pasokan dari Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Bima karena sebagian petani gagal tanam dan gagal panen karena tingginya curah hujan.

"Harga telur juga naik. Dari Rp 27 ribu per Kg menjadi Rp 32 ribu. Disebabkan, tingginya permintaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang mendapat bantuan PKH salah satunya bantuan bahan pokok berupa telur ayam sehingga pasokan berkurang," ungkapnya.

Ia menambahkan harga ikan kembung juga naik, dari Rp 35 ribu per Kg menjadi Rp 55 ribu. Cuaca ekstrem di laut yang berdampak pada hasil tangkapan nelayan menjadi penyebabnya. Untuk mengurangi tingginya harga sejumlah bahan pokok, kata dia, pihaknya akan melakukan operasi pasar serta melakukan pengawasan.

"Kita akan melakukan pemantauan di pasar-pasar dan juga distributor, untuk memastikan tidak terjadi penimbunan. Selain itu seperti cabe yang mengalami kenaikan tertinggi, kita harapkan adanya komitmen pemerintah kabupaten/kota yang masih mempunyai lokasi atau lahan kosong yang bisa digunakan untuk melakukan gerakan penanaman cabe bersama masyarakat agar bisa dimanfaatkan. Dan kita sudah lakukan di Kota Kendari," paparnya. (jib/b)

  • Bagikan

Exit mobile version