KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Anggota Komisi XI DPR RI Achmad Hafisz Thohir menilai, rencana pemerintah menaikkan harga BBM jenis pertalite dan solar belum perlu dilakukan. Pasalnya, kondisi ekonomi masyarakat yang belum pulih bisa menyebabkan dampak yang jauh lebih serius ketika BBM dinaikkan.
“Tidak baik kondisi saat ini (pemerintah) menaikkan harga BBM. Rakyat belum pulih secara ekonomi. Lalu kalau pemerintah menaikan BBM pasti ekonomi rakyat yang baru membaik tersebut akan jatuh lagi. Pada akhirnya ekonomi semakin berat,” kata Hafisz kepada wartawan, Senin (29/8).
Menurutnya, jika kenaikan BBM benar dilakukan, akibatnya sejumlah proyeksi ekonomi akan terdistorsi cukup dalam. “Kalau ekonomi berat maka transaksi/perdagangan akan terkontraksi. Kalau kontraksi maka target ekonomi akan tidak tercapai. Kalau target tidak tercapai maka penerimaan negara akan turun (tidak tercapai pula). Sehingga ini menjadikan kenaikan BBM menjadi sia-sia belaka. Upaya yang sia-sia,” kritik Hafisz.
Politukus Partau Amanat Nasional (PAN) ini menyebut, opsi menaikan BBM bukanlah pilihan yang rasional. Justru sebagai pilihan yang cukup terjal dan mengandung high risk (risiko tinggi). “Shortcut ini bukan terobosan yang baik. Kalau salah ambil langkah (naikkan BBM) bisa goncang perekonomian kita,” ucap legislator daerah pemilihan (dapil) Sumatera Selatan I tersebut.
Hafisz juga menilai kenaikan harga BBM bersubsidi itu menciderai amanat Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi, aemua yang ada di dalam dan di atas bumi dan segala sesuatunya dikuasai oleh negara untuk dipergunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan dan kemakmuran rakyat.
Karena itu, dirinya mengaku heran, jika Menteri Keuangan RI ‘ngotot’ minta harga BBM dinaikkan, padahal rate/harga ICP di pasaran dunia sedang turun. Namun, ia meyakini jika Presiden Joko Widodo tidak akan memberatkan rakyat Indonesia.
“Saya yakin Presiden Jokowi yang sangat pro rakyat tersebut, tidak akan mengambil keputusan yang tidak populis ini, yang pasti akan menambah beban rakyat,” pungkas Hafisz.(jpg)