Jangan Biarkan Teluk Kendari “Ambyar”

  • Bagikan
Sitya Giona Nur Alam (Ketua Garda Wanita Malahayati NasDem Sultra)

Catatan : Sitya Giona Nur Alam (Ketua Garda Wanita Malahayati NasDem Sultra)

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- ”Sedimentasi di Teluk Kendari mencapai 5 juta kubik per tahun. Sejak 1960, volume sedimen sudah mencapai 55 juta kubik. Separuh lebih sedimen tersebut berasal dari material pembangunan infrastruktur. Sisanya dari material erosi dan sampah. Kami mendorong revitalisasi agar Teluk Kendari bisa selamat dari kehancuran. Fasilitas penting seperti pelabuhan dan aktivitas masyarakat bisa terancam. Revitalisasi menyangkut pengerukan dan penjaringan lumpur di muara sungai serta reklamasi untuk dijadikan kawasan ekonomi strategis,” Nur Alam (6 November 2014).

Tidak ada salahnya jika saya memimpikan Kendari bisa setara dengan San Fransisco di Amerika Serikat sana. Ada harapan Kendari bisa seperti San Fransisco. Kendari dan San Fransisco sama-sama kota yang memiliki teluk. San Francisco dengan Teluk San Francisco-nya yang di sekitarnya merupakan pusat kegiatan ekonomi global, seni dan ilmu pengetahuan.

Mengapa saya membayangkan San Fransisco sebagai rujukan Kendari di masa mendatang? Ada banyak persamaan antara Kendari dan San Fransisco dari kondisi geografisnya. Mulai dari kawasan pantai yang lengkap dengan teluk dan tanjung serta kawasan perbukitan. Satu lagi kesamaan Kendari dan San Fransisco, yakni adanya jembatan yang menghubungkan sisi kota yang terpisah oleh teluk. Jembatan Bahteramas di Kendari dan Jembatan Golden State di San Fransisco.

Teluk Kendari merupakan salah satu landmark dan aset Kota Kendari. Di Teluk Kendari terdapat beragam area untuk publik. Teluk ini mengitar Kecamatan Kendari Barat, Mandonga, Poasia dan Abeli. Banyak hal positif yang bisa dilakukan di Teluk Kendari. Pariwisata, tempat konservasi alam, hingga pelabuhan. Saya yakin semuanya bisa.

Memang persoalan yang ada di Teluk Kendari bukan hal yang mudah untuk dipecahkan. Selain berpikir tentang manfaat Teluk Kendari bagi masyarakat Kendari dan sekitarnya, kita juga harus memikirkan tentang permasalahan lingkungan di Teluk Kendari.

Saya pernah membaca salah satu artikel tentang Teluk Kendari. Sedimentasi dan serakan sampah di sekitaran Teluk Kendari menjadi hal pertama yang harus dibereskan sebelum melangkah lebih lanjut.

Teluk Kendari merupakan muara dari sekitar 13 sungai yang mengalir di Kota Kendari. Sungai Wanggu menjadi sungai terbesar yang bermuara di Teluk Kendari. Para pakar lingkungan merekomendasikan untuk melakukan pengerukan di daerah muara dan pembangunan jetty di antara mulut Sungai Wanggu.

Secara panorama, Teluk Kendari memang memiliki keindahan yang luar biasa. Cobalah berdiri di atas Jembatan Bahteramas saat matahari terbit di pagi hari atau jelang matahari terbenam. Pemandangan indah di sekeliling arah memanjakan indera pengelihatan. Menjorok agak ke tengah teluk, terdapat bangunan Masjid Al Alam yang dibangun pada masa Gubernur Nur Alam.

Selain bisa dioptimalkan sebagai tempat wisata bahari, Teluk Kendari menjadi penopang perekonomian masyarakat Kendari. Teluk Kendari memiliki potensi yang kuat untuk menarik investor dari pihak swasta jika dikelola dengan baik. Teluk Kendari tidak bisa dipisahkan dengan sejarah perdagangan masa lampau karena dulu menjadi tempat singgah para pedagang dari penjuru Nusantara dan bangsa Eropa sebagai jalur persinggahan perdagangan laut dari dan menuju Ternate atau Maluku.

Teluk Kendari, khususnya di kawasan Kendari Beach semakin ramai sejumlah pedagang. Bermula dari kebijakan Pemkot Kendari yang mengizinkan pedagang berjualan di bahu jalan saat malam hari. Ekonomi masyarakat memang berkembang, tapi ada problem baru yang timbul di sana, yakni kekumuhan. Ada yang menyebut Kendari Beach kini lebih mirip pasar malam karena pedagang kaki lima berjejal “menguasai” bibir pantai. Akhirnya fungsi kawasan ini berubah dari kawasan kuliner dan area publik menjadi pasar malam.

Problem lain di Teluk Kendari yang mendesak adalah sampah. Teluk Kendari bak jadi ‘tong sampah’ raksasa bagi beragam sampah, terutama sampah plastik. Sampah-sampah ini memenuhi perairan, hutan bakau, bertumpuk dan bercampur lumpur. Butuh perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat karena sampah-sampah di Teluk Kendari ini sering terbawa hingga Pulau Bokori.

Masalah Teluk Kendari memang beragam, kompleks, dan membutuhkan pemikiran serius untuk menemukan solusi pemecahannya. Jika dikelola secara optimal akan mendatangkan keuntungan bagi masyarakat.

Semoga pemimpin Kendari yang sekarang dan di masa mendatang lebih peka dan fokus memperhatikan Teluk Kendari sebagai ikon kota agar menjadi kebanggaan bersama. Sebagaimana Jacques Nicholas Vosmaer dulu jatuh cinta pada keindahan Teluk Kendari seperti tertulis dalam catatan perjalanannya, Korte Beschrijving van het Zuid-Oostelijk schiereiland van Celebes. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version