KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Sejak dibangun pada tahun 2008 lalu, sampai sekarang, Pasar Tomia belum juga difungsikan. Padahal dalam beberapa tahun, pasar yang lokasinya dinilai cukup strategis tersebut telah mendapatkan suntikan dana dari Pemerintah Pusat. Baik melalui dana alokasi khusus (DAK) hingga tugas pembantuan (TP) dari anggaran pendapatan dan belanja nasional (APBN).
Pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Wakatobi sudah melakukan berbagai upaya, mulai dari pendekatan persuasif hingga perjanjian dengan masyarakat setempat bahkan pernah disetujui untuk segera memanfaatkan pasar itu. Sayangnya, usaha tersebut sia-sia saja.
Kali ini, setelah mendapatkan TP tahun 2022 sebesar Rp 2,68 miliar lebih, Disperindag berharap tahun depan, sentra perkulakan rakyat tersebut sudah bisa difungsikan. Kendati belum maksimal seperti pasar lainnya, tapi setidaknya dapat dimanfaatkan pedagang dan masyarakat sekitar untuk bertransaksi. Bahkan Disperindag Wakatobi belum menargetkan pemasukan melalui pendapatan asli daerah (PAD) melalui pasar ini. Melainkan pemanfaatan terlebih dulu.
Kepala Disperindag Wakatobi, Safiuddin, menjelaskan, upaya untuk memanfaatkan pasar tersebut sudah dilakukan jauh-jauh hari. Apalagi biaya yang digelontorkan untuk mendirikan konstruksi yang kini telah berusia kurang lebih 14 tahun ini tidak sedikit. “Tahun 2018 mendapatkan DAK sebesar Rp 800 juta. Tapi karena tidak ada kesepakatan untuk dimaksimalkan, sehingga anggaran tersebut dialihkan ke Pasar Rakyat Waiti’i, Kecamatan Tomia. Nah, tahun ini pun kita mendapatkan anggaran melalui TP lebih Rp 2 miliar untuk Pasar Sentral Tomia,” jelasnya, Rabu (24/8).
Safiuddin enggan membahas terkait penarikan retribusi agar menjadi salah satu sumber PAD bagi instansinya. “Kita belum bicara soal PAD, asalkan pasar ini dimanfaatkan dulu. Nanti setelah kondisi ramai dan baik, barulah kita akan sosialisasi tentang retribusi,” pungkasnya. (c/thy)