Mantapkan Sarpras Pendukung Pemanfaatan Asbuton

  • Bagikan
Bupati, La Bakry (kiri) memerlihatkan sampel aspal Buton kepada Kepala Pusat Pengembangan Wilayah III Kementerian PUPR, Dr. Manggas Rudi Siahaan ketika mengunjungi lokasi tambang di Desa Lawele, Kecamatan Lasalimu.

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Sejak dulu, Kabupaten Buton tersohor dengan kekayaan alam tambang aspal. Deposit aspal Buton mencapai 650 juta ton. Itu membuat Indonesia menjadi negara dengan kekayaan aspal alam terbesar di dunia. Cadangan aspal Buton setara dengan menyuplai jalan nasional selama 330 tahun dengan asumsi kebutuhan 2 juta ton per tahun. Kementerian PU-PR mencatat, sejarah aspal Buton atau Asbuton dikelola pertama kali pada era Hinda Belanda oleh perusahaan Buton Asphalt (Butas) milik Belanda sejak tahun 1925. Memasuki era kemerdekaan, Asbuton dikelola Badan Usaha Miliki Negara (BUMN) dengan nama Perusahaan Aspal Negara (PAN). Pemanfaatan Asbuton untuk proyek-proyek ruas jalan di Indonesia sudah dilakukan di tahun 1970, lebih tepatnya pada ruas Cimahi–Padalarang, Jawa Barat sepanjang tiga kilometer. Asbuton memasuki puncaknya di era 1980. Sayangnya kejayaan tersebut berangsur menurun dan produksi aspal mulai berkurang setelah PAN mengalami akuisisi oleh PT. Sarana Karya pada tahun 1987.

Turunnya produksi Asbuton disebabkan kurangnya pemanfaatan aspal alami yang dipergunakan untuk proyek pembangunan ruas jalan nasional, provinsi, serta kabupaten/kota. Oleh karena itu, pemerintah kembali mencoba mengembalikan kejayaan Asbuton melalui pengelolaan dan pemanfaatan Asbuton dengan menerbitkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 35 tahun 2006 tentang peningkatan pemanfaatan aspal Buton untuk pemeliharaan dan pembangunan jalan. Pemerintah Kabupaten Buton masih terus membenahi seluruh sektor-sektor penunjang untuk pemanfaatan Asbuton itu. Bahkan kejayaan Asbuton masuk dalam visi utama Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) periode Bupati, La Bakry dan Wakilnya, Iis Elianti (2017-2022). Yakni menjadikan Buton sebagai kawasan bisnis dan budaya terdepan. Pemanfaatan Asbuton menjadi ladang bisnis yang bisa mendongkrak ekonomi daerah dan maskyarakat.

La Bakry sudah memantapkan kesiapan sarana dan prasarana pemanfaatan aspal buton melalui berbagai cara. Pertama membangun konektivitas antar pusat pabrik aspal menuju pelabuhan pengangkutan. Lawele menurut Ketua Partai Golkar Buton ini akan menjadi pusat evakuasi aspal, sehingga material dari Kabungka tidak lagi melalui Pasarwajo. Kendaraan tambang tidak boleh memasuki wilayah ibu kota kabupaten. “Jalan tembus Lawele ke Mantowu yang mencapai kurang lebih 29 kilometer, memotong panjang jalan mengitari Kabupaten Buton dari Lasalimu ke Pasarwajo yang berjarak sekitar 103 kilometer. Sehingga pengangkutan aspal bisa dilakukan dengan cepat dan lebih singkat,” ungkap La Bakry.

Lebih dari itu, La Bakry juga sudah menyiapkan lokasi pengembangan Pelabuhan Lawele agar lebih luas dan representatif bagi kapal pengangkut aspal. Pengembangan Pelabuhan Lawele itu sudah mendapat restu dari Kementerian Perhubungan dengan ditandatanganinya SK Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Lawele. "Pelabuhan bisa kita bangun dan diperluas, sehingga kapal tidak akan lagi antre dan bisa diakses oleh kapal-kapal sesuai standar pengangkut aspal," kata bupati.

Sejauh ini, La Bakry juga sudah sukses mendatangkan sejumlah pejabat penting dari pusat untuk melihat potensi aspal Buton. Mulai dari Kemenko Marves, Kementerian PU-PR, Kementerian Penanaman Modal, Bappenas dan lembaga lainnya. (lyn/adv)

Rancang Industrial Park di Kapontori

Demi memaksimalkan kemajuan daerah, Pemkab Buton membuka keran investasi seluas-luasnya bagi pemilik modal. Kebijakan itu kini semakin menunjukan hasil positif. Bukan hanya aspal dan hasil perikanan sebagai sumbe daya alam (SDA) unggulan daerah, kekayaan seperti nikel dan mangan juga mulai dilirik investor. Tak tanggung-tanggung, untuk pengembangan dua objek tambang itu, pemerintah sudah merancang kawasan industri atau industrial park. Lokasinya di Kecamatan Kapontori. Pengembangannya akan dimulai dengan pembangunan pabrik baterai lithium.

Rencana itu sudah dibahas Pemerintah Kabupaten Buton bersama sejumlah pihak terkait. Diantaranya, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Bea Cukai dan calon investor asal Cina. Hasilnya, potensi pembangunan industrial park itu cukup besar. China Machinery Engineering Corporation (CMEC) sudah menyampaikan rencana membangun pabrik kepada Pemerintah Daerah. "Kapontori itu rencana akan menjadi sentra industri juga, sudah ada investor yang tertarik untuk mengelola sumber daya alam kita di sana," kata Bupati Buton, La Bakry.

Konsepnya, kawasan itu akan dinamai Buton Industrial Park. Semua aktivitas industri akan tersentralisasi di satu kawasan. Soal lahan, tersedia cukup luas di sana. "Deposit nikel kita menjanjikan, tidak akan habis dalam waktu singkat. Dengan modal itu kita cukup siap menjadi mitra investor," tambahnya. Pembangunan pabrik itu kata La Bakry, akan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar, temasuk saat beroperasi. "Ini peluang besar untuk kita, karena bisa menyerap tenaga kerja yang banyak. Sebab investor juga berencana membangun PLTU di lokasi yang sama," jelasnya. Ketua DPD Golkar Buton ini menambahkan, tim sudah berkunjung ke Buton beberapa waktu lalu melihat secara langsung kawasan industri tersebut. Peluang investasi terbuka lebar. Olehnya itu, Ia berharap pelanjut kepemimpinannya nanti bisa mengawal mega proyek tersebut, hingga bisa terealisasi dan memberi manfaat bagi masyarakat Buton dan sekitarnya. (lyn/adv)

  • Bagikan