Penunjang Kawasan Wisata Strategis Nasional
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Upaya mewujudkan Kabupaten Buton sebagai kawasan bisnis dan budaya terdepan masuk dalam rencana pembangunan jangan menengah daerah (RPJMD) tahun 2017-2022. Memajukan pariwisata menjadi salah satu dari pengejahwantahan ‘budaya terdepan’ dalam visi tersebut.
Di bawah komando La Bakry-IIs Elianti, Buton terus berbenah membangun dan meningkatkan objek-objek wisata potensial yang ada. Kegetolan La Bakry mengurusi wisata sudah berwujud karya nyata di penghujung kepemimpinannya. Dengan segala potensi, Buton mampu menjawab tantangan dan harapan berbagai pihak yakni menjadi penunjang pariwisata Wakatobi, kawasan wisata strategis nasional.
Bupati Buton La Bakry mengatakan pariwisata Buton memiliki semua objek yang bisa menjadi magnet bagi wisatawan. Jaraknya yang dekat dengan Wakatobi, menjadi nilai plus karena membuka peluang dijadikan rute kunjungan wisata bagi turis asing. La Bakry optimis keindahan terumbu karang Banabungi yang dilengkapi dengan Dive Centernya, Pantai Topa yang dilengkapi dengan tenun khas Wabula dan wisata kuliner, serta bentangan pasir putih di Pantai Koguna akan menjadi objek wisata besar seiring dengan sentuhan fasilitas publik dari pemerintah.
"Jadi kita punya semuanya, komplit, wisata alam, wisata budaya dan wisata kuliner ada semua. Apa yang ada di Wakatobi, bisa kita temukan juga di Buton, yang penting kita lakukan peningkatan terus," terangnya. La Bakry tanpa henti membangun komunikasi dengan Kementerian Pariwisata agar Buton bisa terus mendapat perhatian khusus. Salah satunya dengan kucuran Dana Alokasi Khusus (DAK) setiap tahunnya. Hasilnya, Buton benar-benar dikunjungi oleh Menteri Pariwisata Sandiaga Salahuddin Uno.
Sang menteri sejatinya akan berkunjung ke Wakatobi pada Juni 2022 lalu untuk mendampingi Presiden Joko Widodo. Mantan wakil gubernur DKI Jakarta itu memilih melewati jalur darat dari Kota Baubau-Kabupaten Buton-Wakatobi. Kesempatan itu dimanfaatkan Pemkab Buton untuk memperkenalkan dari dekat potensi wisata negeri seribu benteng itu.
Dari sisi pelayanan pariwisata, Pemkab Buton juga memberikan sentuhan pelatihan untuk mendongrak kualitas SDM dalam hal ini warga yang berkecimpung di bisnis sektor wisata. Sebut saja pelatihan pengelolaan home stay. Sebab, di Buton ketersediaan hotel sangat terbatas. Hanya di pusat ibu kota yang jaraknya cukup jauh dari titik wisata unggulan daerah.
Nah untuk menyiasati itu, Dinas Pariwasata melatih warga mengelola rumahnya menjadi "hotel" bagi wisatawan yang datang dari luar kota. Hasilnya pun cukup signifikan, di Wabula misalnya, sejumlah rumah sudah disulap menjadi home stay, dan mulai digunakan pada pengunjung. "Sudah ada di Wubula, ada yang hanya kamar yang disiapkan ada pula yang 1 buah rumah. Kita sudah latih bagaimana mendesain rumah untuk tamu yang datang untuk tujuan wisata, hanya karena masalah pandemi jadi masih terhitung yang datang," jelas Rusdi Nudi Plt. Kepala Dinas Pariwisata Buton. Selain kemampuan mengelola rumah, warga juga dilatih untuk menyiapkan makanan khas daerah dengan standar nasional.
Budaya Lokal Dikenal Global
Budaya Buton memang salah satu peradaban negeri yang cukup tua. Dulu, Buton menjadi rute peedagangan rempah yang paling ramai. Selain itu, Buton juga pusat kesultanan yang cukup berpengaruh di nusantara. Hingga saat ini, peninggalan dalam dalam wujud struktur, benda dan tradisi masih sangat mudah ditemui. Modal sejarah membuat Buton cukup dikenal secara nasional.
Pada perkembangannya, budaya Buton pun mendunia lewat kegiatan Pemerintah Kabupaten Buton. Diinisiasi oleh pasangan duet Umar-Bakry (Bupati dan Wakil Bupati) kala itu, Festival Budaya Tua Buton perdana sukses menggaet wisatawan. Sejak 2013 festival itu pun menjadi masuk kalender rutin tahunan bagi Pemkab. Hingga kemudian menembus 100 event tahunan Kementrian Pariwisata. Di zaman kepemimpinan duet La Bakry-Iis Elianti, prestasi terus dipertahankan.
Sayangnya, serangan covid-19 lalu membuat aktivitas tersebut tak bisa diselenggarakan pada tahun 2020. Meski begitu, nilai-nila budaya tetap dilestarikan di kalangan masyarakat. Festival budaya tua digelar dengan skala kecil.
"Kita terus mendorong pelestariannya. Memang sejak pandemi agenda seperti pesta adat, kande-kendea dan lainnya itu tetap digelar tapi skalanya kecil misalnya tiap desa," ungkap La Bakry.
Bukti jika budaya Buton sudah dikenal global adalah padatnya kunjungam wisatawan asing saat pagelaran festival budaya tua buton. Setiap tahun jumlah kapal asing yang berlabuh di Buton bertambah. Pada tahun 2018 misalnya, ada 38 kapal Yacht yang berasal dari 9 negara merapat ke Teluk Pasarwajo. Tahun 2019, bertambah menjadi 66 kapal Yacht.
Wisatawan yang datang selalu dilengkapi dengan peralatan potret dan vidio yang memadai. Dalam sekejab beranda media sesial mereka dipenuhi dengan aktifitas kebudayaan masyarakat Wolio. Di waktu yang bersamaan promosi budaya pun menembus layar internasional.
Dalam urusan budaya, Pemkab Buton juga sudah menetapkan puluhan situs budaya menjadi cagar budaya. Dengan begitu, pelestarian dan pemeliharaannya menjadi tanggung jawab bersama dan terlindungi dari klaim mengklaim kepemilikan oleh masyarakat atau pun kelompok. (lyn/adv)