Oleh : Sitya Giona Nur Alam (Ketua Garda Wanita Malahayati NasDem Provinsi Sultra)
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) sudah saatnya memberlakukan “siaga satu” dalam persoalan stunting. Sultra merupakan salah satu dari 12 provinsi prioritas yang memiliki prevalensi stunting tertinggi di tanah air.
Berdasar data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, lima wilayah di Sultra berstatus “merah” alias memiliki prevalensi stunting di atas 30 persen. Artinya 30 dari 100 anak di wilayah tersebut mengalami stunting.
Meski Kota Kendari tidak masuk dalam status "merah" tersebut, tapi kita tetap harus waspada. Kendari dan beberapa kabupaten lain tergolong dalam status "kuning".
Ada 12 kabupaten/kota di Sultra yang berstatus “kuning” dengan prevalensi 20 hingga 30 persen. Daerah berstatus "kuning" tersebut meliputi: Konawe Utara, Kolaka Utara, Muna Barat, Konawe Selatan, Baubau, dan Bombana. Selain itu, Buton Utara, Kolaka, Konawe, Wakatobi, Kota Kendari dan Kolaka Timur. Sisanya masuk dalam status "merah".
Tidak ada satu pun daerah di Sultra yang berstatus “hijau” dan “biru”. Status hijau dengan berpravelensi 10 sampai 20 persen. Status biru untuk prevalensi di bawah 10 persen.
Presiden Joko Widodo menargetkan penurunan angka stunting nasional hingga 14 persen di tahun 2024. Artinya, laju penurunan stunting per tahun harus berada pada kisaran 3,4 persen.
Dengan melihat kondisi aktual yang terjadi saat ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Kendari memiliki "utang" menurunkan angka prevalensi agar stunting di Kendari berkurang. Kalau perlu bisa lepas dari status "kuning".
Data SSGI 2021 menyebutkan, persentase kasus stunting di Kendari mencapai 24 persen. Angka ini sedikit di bawah angka maksimal kasus stunting nasional sebesar 24,4 persen.
Pemkot Kendari menargetkan penurunan prevalensi stunting di tahun 2022 menjadi 20 persen dan untuk 2023 mendatang menjadi 15 persen.
Kita harus mendukung program pemerintah untuk mengentaskan kasus stunting ini. Upaya yang dilakukan Pemkot Kendari harus mendapat bantuan maksimal agar target menurunkan angka prevalensi segera tercapai. Jika hal ini terwujud, Kendari mampu memberikan kontribusi maksimal dalam penurunan angka stunting nasional.
Persoalan stunting sendiri bukanlah karena “kutukan”. Stunting merupakan sebuah kondisi gagal pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak-anak akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu lama, infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang tidak memadai terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan.
Stunting ditandai dengan pertumbuhan yang tidak optimal sesuai dengan usia anak. Anak stunting yang tergolong biasanya bertumbuh pendek (walau pendek, belum tentu stunting) serta gangguan kecerdasan.
Dengan ancaman kesehatan dan kecerdasan, maka generasi yang terkena stunting akan mengalami berbagai permasalahan dalam menghadapi tantangan kehidupan yang semakin beragam ke depannya.
Kota Kendari dengan segala potensinya seharusnya bisa mengakselerasi penurunan stunting. Saya sangat sedih mengetahui Indonesia menduduki peringkat teratas untuk penduduk terpendek atau stunted di dunia, dengan ukuran rata-rata tinggi 1,58 meter.
Stunting merupakan sebuah kondisi gagal tumbuh dan berkembang yang dialami anak-anak akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu lama, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan.
Probematika stunting akan menyebabkan kesenjangan kesejahteraan yang semakin buruk. Bahkan stunting dapat menyebabkan kemiskinan antargenerasi yang berkelanjutan.
Selain itu, stunting dapat menyebabkan meningkatnya risiko kerusakan otak dan menjadi pemicu penderitanya terkena penyakit metabolik seperti diabetes dan penyakit yang berkaitan dengan jantung di masa dewasa si anak.
Perlu konvergensi semua pihak untuk menangani permasalahan stunting ini. Pencegahan stunting tidak saja menjadi tugas Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) semata.
Andai kala itu Kahlil Gibran sudah mendapatkan informasi mengenai stunting, pasti akan menciptakan untaian kalimat indah. “Aku ingin generasiku dan generasimu tanpa stunting. Lakukanlah pemeriksaan kesehatan sebelum menikah agar tidak ada kata sesal di kemudian hari”.
Jangan biarkan stunting menerpa generasi muda kita. Jangan ada stunting di antara kita ! Berencana itu keren. (*)