KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Sejumlah wilayah di Kabupaten Buton dilanda banjir pada Juni lalu. Wilayah terdampak cukup parah ada di Kecamatan Lasalimu. Sedikitnya tiga desa terendam air dengan ketinggian satu hingga 1,5 meter. Kerusakan infrastruktur jalan, pemukiman hingga pertanian dirasakan warga Desa Lasembangi, Togo Mangura dan Lawele. Penyebab banjir karenah meluapnya air sungai, seiring dengan tingginya intensitas hujan. Atas bencana tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) sudah melakukan langkah strategis dalam aktifasi fungsi koordinasi maupun komando semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Bantuan tanggap darurat telah diberikan, mulai dari Sembako hingga sarana air bersih. Namun itu semua bersifat jangka pendek. Masalah akan kembali muncul jika curah hujan meninggi lagi.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buton, Manafu, tak menampik kondisi itu. Kata dia, kemampuan daerah sangat terbatas. Sehingga penanggupanan banjir belum bisa dilakukan maksimal. "Soal rendaman sudah aman. Yang paling utama kemarin itu keluhannya distribusi air bersih yang bermasalah. Kami hanya bisa berikan bantuan tandon, enam di Lasembangi dan masing-masing dua unit di Togo Mangura serta Lawele," katanya, Senin (8/8).
Untuk solusi jangka panjang, ia pun mengku sudah mencoba melakukan lobi ke Pemerintah Pusat dengan membidik dana siap pakai (DSP) di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Besaran dana yang diusulkan yakni kurang lebih Rp 54 Miliar. "Kita normalisasi sungai dan pembuatan talud," target Manafu. Jika tak ada kendala, proyek fisik itu bisa dikerjakan pada awal 2023 mendatang. Namun lebih rincinya, Manafu menyebut itu sudah menjadi kewenangan Dinas Pekerjaan Umum sebagai OPD teknis. "Nanti di PU. Tapi itu 2023 sudah bisa dikerja karena DSP APBN 2022," pungkasnya. (b/lyn)