KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID-Dalam sepekan terakhir, perhatian Radhan Algindo Nur Alam terfokus ke dunia sepak bola. Selain kompetisi di sejumlah negara Eropa mulai bergulir, kompetisi sepak bola Indonesia juga sudah memasuki pekan ketiga. Tim Nasional U-16 tengah berjuang di AFF Cup U-16 yang digelar di Yogyakarta.
Ucapan selamat patut diberikan kepada skuad Tim Nasional U-16 yang sukses melaju ke semifinal, setelah menjadi juara grup A mengangkangi Vietnam, Singapura, dan Filipina. Dukungan, doa, dan apresiasi harus diberikan kepada M. Iqbal Gwijangge dkk atas perjuangannya.
Kebanggaan bangsa Indonesia di kancah sepak bola saat ini, berada di pundak 28 pemuda terbaik tanah air yang diasuh Coach Bima Sakti. Merekalah yang akan menjadi pilar Tim Nasional Indonesia di masa mendatang.
"Sayangnya, tidak ada satupun dari 28 Skuad Garuda Muda U-16 yang berasal dari Sulawesi Tenggara (Sultra). Khususnya dari Kabupaten Konawe Selatan, tempat saya berasal," ungkap Radhan Algindo, Ketua Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Sulawesi Tenggara (Sultra) kepada KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID, Selasa, 9 Agustus 2022.
Seperti sebagian besar rakyat Indonesia lainnya, kata Radhan, juga termasuk orang yang menggilai sepak bola. Dirinyapun ingin sepak bola di Kabupaten Konawe Selatan, bisa berbicara banyak di gelanggang tanah air.
"Saya kira tidak salah, jika memimpikan ada anak-anak Konawe Selatan yang mengenakan jersey merah-putih dengan lambang Garuda di dada, seperti Yazid Randaula dalam film Garuda 19. Yazid Randaula yang nyata. Bukan sosok fiktif karangan sutradara film semata," tegasnya.
Seperti diketahui, dalam film garapan sutradara Andibachtiar Yusuf itu digambarkan, Yazid Randaula adalah pemuda asal Desa Torobulu, Kecamatan Lainea, Konawe Selatan. Saat persiapan tim jelang kualifikasi Asian Cup U19, Yazid mengalami cedera bahu kanan sehingga dicoret dari tim.
Radhan menambahkan, Sulawesi Tenggara, khususnya Konawe Selatan, tidak boleh tertinggal dari provinsi lain di Sulawesi. Terutama dalam menghasilkan bibit-bibit pesepak bola handal.
"Kita tahu, saat ini hanya ada satu pemain Tim Nasional Indonesia asal Sulawesi Tenggara, yakni Saddil Ramdani. Dia berasal dari Raha, Kabupaten Muna. Belum ada lagi sosok yang muncul sebagai penerus Saddil Ramdani. Kita harus rajin mencari dan menemukan bakat itu," optimisnya.
"Saya sudah memulai dari hal-hal kecil untuk memunculkan Yazid Randaula yang nyata. Yang kelak akan mengharumkan nama Indonesia dan Konawe Selatan dari lapangan sepak bola," sambungnya.
Turnamen sepak bola RNA Cup di Kecamatan Moramo, akhir bulan Juli lalu, menjadi salah satu wujud kepedulian Radhan terhadap perkembangan sepak bola di Konawe Selatan. Memang tidak besar, hanya diikuti klub-klub lokal kecamatan. Tapi dampaknya cukup signifikan.
"Ada beberapa pemain yang langsung dilirik sejumlah klub untuk perhelatan kompetisi liga 3 tahun 2022," jelasnya.
Di skala nasional, mungkin tidak banyak yang mengetahui jika Radhan adalah pemilik sebagian kecil saham klub RANS Nusantara FC. "Harapan saya, kelak ada pemain sepak bola asal Sulawesi Tenggara, khususnya Konawe Selatan yang bisa direkrut bermain di Liga 1," harapnya.
Lebih jauh Radhan menjelaskan, tidak ada tim kuat yang dibangun hanya dalam satu malam. Semuanya butuh proses. Tidak ada pemain yang langsung menjadi bintang, butuh latihan dan kerja keras untuk sukses.
"Itu yang dikatakan Coach Indra Sjafri saat membawa Tim Nasional Indonesia U19 menjuarai AFF Cup U19 tahun 2013 silam," ujarnya.
Coach Indra Sjafri benar. Perlu latihan yang intens dan serius untuk menjadi pemain berkelas. Tidak bisa hanya berlatih asal-asalan dan sekenanya. Semua harus disusun dan ditata secara sistematis.
Mantan pelatih Manchester United Alex Ferguson pernah mengatakan, kerja keras akan selalu mengalahkan bakat alami. Ketika bakat alami tidak bekerja cukup keras.
Sepak bola juga bisa menjadi alat promosi suatu daerah. Daerah bisa menjadi lebih dikenal secara positif berkat sepak bolanya. "Kita bisa belajar dari Madura United terkait soal ini," ucapnya.
Dalam tesis berjudul: Komodifikasi Madura United Football Club dalam Pemberitaan Harian Pagi Kabar Madura" yang ditulis Rosnindar Prio Eko Rahardjo, sejak ada Madura United, jika menyebut nama Madura, khalayak langsung teringat dengan sepak bola. Dampak positifnya sangat banyak untuk Madura.
"Saya yakin, Konawe Selatan juga bisa. Konawe Selatan di masa depan akan menjadi penghasil bibit-bibit pemain sepak bola hebat kelas wahid, jika pembinaan usia muda dimulai dari sekarang," imbuhnya. (*)