H.M. Radhan Algindo Nur Alam
Ketua (Karteker) MPC Pemuda Pancasila Kab.Konawe Selatan
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- “Pemuda Pancasila harus menjadi panutan bagi pemuda-pemudi Indonesia dalam menjaga dan mengamalkan ideologi bangsa. Pemuda Pancasila akan selalu menjadi benteng Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika”.
Dua larik kalimat dari Presiden Joko Widodo saat menghadiri Peringatan Hari Ulang Tahun ke 58 Pemuda Pancasila di Solo tahun 2017 silam begitu membekas dalam benak saya. Pidato presiden yang akrab disapa Jokowi tersebut sangat relevan dengan kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara kita di saat ini maupun di masa mendatang.
Disaat krisis identitas kerap melanda kaum muda, rasa kebangsaan dan nasionalisme kaum muda begitu mudah "digugat". Kebangsaan dan nasionalisme tidak bisa dilepaskan dari Pancasila. Sejarah mencatat proses lahirnya Pancasila dilalui dengan dialog yang sangat serius.
Sebagai landasan keberlangsungan NKRI, semua warga Indonesia wajib mengamalkan Pancasila sebagai konsekuensi hidup di atas tanah Indonesia.
Dalam perjalanan bangsa Indonesia, beberapa kali kalangan tertentu ingin mengubah Pancasila sebagai dasar negara. Sejarah mencatat mereka berniat mengganti ideologi negara dengan paham selain Pancasila. Bahkan di era saat ini, seruan mengganti Pancasila dengan ideologi lain masih kuat berkumandang.
Pemuda Pancasila hadir sebagai salah satu elemen yang ingin turut serta dalam membentengi dan menjaga eksistensi Pancasila sebagai satu-satunya ideologi bangsa Indonesia.
Sejak awal didirikan pada 28 Oktober 1959, Pemuda Pancasila telah melaksanakan berbagai konsolidasi sesuai dengan perubahan dan perkembangan era yang berlangsung.
Mengikuti perkembangan zaman dan arus modernisasi, Pemuda Pancasila telah berupaya mengembangkan visi ke masa depan serta memosisikan eksistensialitas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan cara membuka peluangnya terhadap potensi pengembangan diri secara otonom dan profesional.
Nasionalisme merupakan manifestasi kesadaran nasional yang mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut kemerdekaan atau mengenyahkan penjajah maupun sebagai pendorong untuk membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.
Sosiolog Inggris Anthony David Stephen Smith menyebut nasionalisme adalah doktrin dan gerakan ideologis sehingga anggota bangsa bertekad membentuk bangsa aktual dan potensial. Dari pernyataan Smith dapat dikatakan bahwa Pancasila merupakan gerakan ideologis untuk membentuk sebuah bangsa yang kuat.
Pemuda Pancasila memiliki peran besar dalam menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi muda Indonesia. Tindakan yang dilakukan dan diambil anggota Pemuda Pancasila harus selalu didasarkan nilai-nilai Pancasila yang diantara sila satu dan yang lain saling menjiwai dan dijiwai serta menunjukan satu kesatuan yang utuh, memiliki makna yang sangat dalam untuk menjadi landasan bersikap, bertindak dan bertingkah laku.
Berbagai tantangan sudah dialami bangsa Indonesia dari pihak lain yang ingin menggantikan ideologi Pancasila. Namun semuanya tidak mampu menggoyahkan keyakinan kita bahwa Pancasila adalah satu-satunya ideologi yang cocok dan tepat sebagai dasar negara dan sebagai ideologi sejati di Indonesia.
Setiap warga negara merupakan generasi penerus yang eksistensinya sangat menentukan langkah kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia ke depan. Sebagai warga negara, diharapkan mampu memberikan kontribusi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Peran warga negara sangat menentukan dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia.
Perubahan kualitas generasi muda Indonesia telah memasuki taraf mengkhawatirkan yang ditandai dengan melemahnya identitas dan ketahanan budaya. Lemahnya ketahanan budaya tersebut tercermin antara lain dari lemahnya kemampuan dalam menyikapi dinamika perubahan sebagai akibat dari tuntutan zaman yang secara kental diwarnai oleh derasnya serbuan budaya global.
Kebudayaan nasional yang diharapkan mampu sebagai filter dalam mengadopsi nilai-nilai universal yang luhur dan sekaligus sebagai filter terhadap masuknya budaya global yang bersifat negatif ternyata belum mampu berfungsi sebagaimana mestinya.
Tanpa adanya sikap untuk menyeleksi nilai-nilai luar, maka adopsi budaya negatif, antara lain: sikap konsumtif, individualis-hedonis, akan lebih cepat prosesnya dibandingkan dengan adopsi budaya positif-produktif.
Untuk itu generasi muda perlu menempatkan perilaku dan perannya dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila. Selain itu, pemuda harus memberikan peranan yang lebih aktif dalam membumikan Pancasila terutama di tengah berbagai persoalan masyarakat yang mulai terlepas dari jati diri dan identitas sebagai bangsa Indonesia. Pemuda Pancasila harus berperan dalam menjaga eksistensi Pancasila sebagai satu-satunya ideologi bangsa Indonesia.
Selamat ber-Muswil ke VII MPW Pemuda Pancasila Provinsi Sulawesi Tenggara di Kota Kendari. Sekali layar terkembang, surut kita berpantang…! (*)