KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Tekad Bupati Konawe Selatan (Konsel), H. Surunuddin Dangga dalam mengembangkan potensi daerahnya dilakukan berkesinambungan. Salah satu program yang tengah direalisasikan adalah melahirkan desa devisa dengan produk lokal dipasarkan tak hanya skala domestik, namun hingga mendunia. Surunuddin mengatakan, desa devisa merupakan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing komoditas. Program ini, dikembangkan pada produk yang berorientasi ekspor. "Kami selaku Pemerintah Kabupaten siap mewujudkan desa devisa di Konsel. Kini kami terus mempersiapkan lahan dan insfrastruktur agar program ini sukses sesuai yang diharapkan," kata Surunuddin saat ditemui usai penandatanganan nota kesepahaman "Klaster Desa Devisa" Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tenggara bersama Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Indonesia Eximbank, Kamis (4/8).
Ia kembali menegaskan, Pemkab menyiapkan kebun dan insfrastrukturnya dan terus dilakukan pembenahan. Untuk pasar, dibantu pihak Bank Indonesia. Konsel memang masuk sebagai salah satu daerah binaan Bank Indonesia. Produk yang didorong Konsel yakni Kopi Tolaki, bersentral di Kecamatan Landono dan dikembangkan UMKM setempat. Surunuddin bertekad mengembangkan di wilayah lain, seperti di Andoolo, untuk memenuhi kebutuhan pasar yang sangat besar.
"Dengan penandatanganan MoU, artinya Pemkab menunjukkan kesiapannya. Dengan komitmen berapapun permintaan pasar, harus siap. Saya juga sudah meminta agar kelompok tani kita dibawa studi banding ke Jember. Karena ekspor di daerah tersebut terbilang sukses. Harapannya daerah kita mencontoh desa devisa yang sudah berhasil," ujarnya.
Sementara itu Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tenggara, Doni Septadijaya, mengungkapkan, melalui program Desa Devisa, produk bisa dipasarkan di skala global. Caranya dengan meningkatkan kapabilitas. Bank Indonesia, sebenarnya sejak lama telah melakukan pembinaan terhadap UMKM Kopi Tolaki di Konawe Selatan.
"Untuk menembus pasar global makanya digandeng Eximbank sebagai spesialisasi pembiayaan ekspor dan memiliki peran strategis dalam mewujudkan proses ekspor ke luar negeri," jelasnya. Saat ini, Konsel jadi satu-satunya wilayah di Sulawesi Tenggara yang menggalakkan desa devisa. Pihaknya tak menampik daerah lain dapat melakukan hal serupa, asal memenuhi indikator yang telah ditentukan. "Bukan kami yang mengembangkan, kami yang menciptakan champion. Kalau daerah lain bisa menduplikasi, silahkan. Pasti kami bantu. Tapi tak bisa serta merta berpindah-pindah, harus fokus. Kami mendorong kemandirian daerah lain yang terinspirasi dari Konawe Selatan," jelas Doni Septadijaya. (b/ndi)