Anna Amatullah Terbitkan Jurnal Nasional Tentang Pendidikan Inklusi Anak Berkebutuhan Khusus

  • Bagikan
Anna Amattulah, Duta Peduli Kesehatan Jiwa Sultra, saat sedang membersamai anak - anak berkebutuhan khusus di sebuah SLB di Kendari

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Anna Amatullah, usianya baru 17 tahun, tapi dirinya sudah menyandang sebagai Duta Peduli Kesehatan Jiwa Sulawesi Tenggara. Bahkan baru-baru ini Anna begitu disapa, sukses menulis sebuah jurnal yang berjudul Analisis Implementasi Pendidikan Berbasis Inklusif, Sebagai Upaya Mencegah Diskriminasi Anak Berkebutuhan Khusus.

Dari Jurnal Anna yang telah dipublikasikan oleh SINTA 5, dia telah mendapatkan sertifikat sebagai salah seorang penulis terpilih. Duta Peduli Kesehatan Jiwa ini,memang memiliki kecerdasan diatas rata-rata, lantaran sejak sekolah dari tingkat dasar hingga jenjang SLTA selalu masuk program akselerasi. Tidak heran bila di usianya yang baru menginjak 17 tahun sudah masuk semester 5 di Fakultas Hukum Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Demikian melalui karyanya tersebut, Anna berhasil menemukan cara bagaimana membuat anak berkebutuhan khusus agar bisa setara dengan siswa pada umumnya. Seperti kita ketahui mereka yang berkebutuhan khusus tidak bisa disamakan dengan mereka anak-anak normal.

Namun saat ini pemerintah membuat program pendidikan inklusi, dimana anak berkebutuhan khusus juga bisa bersekolah di sekolah umum. Tapi kenyataannya tidak sedikit yagn mendapat bulying bahkan diskriminasi dari teman-teman dan lingkungannya. Nah melihat hal tersebut, untuk menyelamatkan jiwa mereka, Anna sebagai Duta peduli kesehatan Jiwa, terpanggil, untuk menemukan cara agar anak berkebutuhan khusus bisa sama dengan anak pada umumnya. Lalu bagaimana pemikiran Anna yang telah diterbitkan dalam sebuah Jurnal ? "Dalam Jurnal saya, mereka anak berkebutuhan khusus harus diberikan format khusus. Misalnya dalam pembelajaran harus memperoleh tambahan waktu pembelajaran. Perhatian guru atau pengajar kepada mereka harus lebih banyak, dibandingkan mereka anak pada umumnya," tegas Anna.

Bila hal itu dilakukan, Anna yakin, mereka bisa mengejar ketertinggalan, sehingga kasus Bulying atau istilah 'bodoh' pada anak tidak terjadi. Lantaran mereka mendapat perhatian khusus sehingga mereka juga bisa bersaing dengan yang lainnya. "Hal ini tentunya harus mendapat perhatian dari pemerintah terkait. Bagaimanapun mereka yang berkebutuhan khusus adalah anak bangsa yang harus kita bimbing menjadi generasi yang cerdas," papar Remaja dengan rambut sebahu ini.

Sebelum Jurnal ini diterbitkan Anna pun sudah melakukan beberapa program, terkait statusnya sebagai duta. Seperti menemui beberapa Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) serta anak didiknya. (lis/adv)

  • Bagikan