Giona Terpanggil Pimpin Kota Kendari

  • Bagikan
Sitya Giona Nur Alam


-Menata Kota, Menata Hati

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Pepatah ini cocok disematkan ke sosok Sitya Giona Nur Alam. Putri sulung mantan Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Nur Alam ini mulai menunjukan kemampuannya sebagai calon pemimpin masa depan. Wanita yang akrab disapa Giona ini punya mimpi besar menata dan membangun Kota Kendari.

Baginya, Kendari bukan sekadar kota tempat bermukim, tetapi telah memberi filosofi hidup. Lahir dan besar di Kendari menjadikan udara dan air Kendari adalah pelengkap kehidupan. Tidak menjejak sekian waktu di Kendari serasa ada rasa yang “hilang” di hati. Kendari selalu membuat kita semua untuk selalu kembali, kembali dan kembali.

"Kota kita tidak memerlukan kata pujian yang berlebihan. Dia hanya perlu sentuhan kasih dari hati nurani kita," kata Giona Nur Alam mengutip perkataan Sri Sultan Hamengkubuwono X

Petugas kebersihan mengangkut sampah di TPS

Entah apa yang dirasakan Vosmaer saat membuat menjejakkan kaki di tanah ini. Sebagai pembuat peta, Vosmaer yang berkebangsaan Belanda pasti paham akan keindahan dan keelokkan Kendari di tahun 1831. Bahkan di tanggal 9 Mei di tahun yang sama, Vosmaer membangun Istana Raja Suku Tolaki di sekitaran pelabuhan Kendari yang kemudian hari diberi nama Tebau.

Dengan luas kota mencapai 217,8 kilometer persegi dengan berpenduduk 345.107 jiwa (2020) kata Ketua DPD Garda Wanita Malahayati Sultra, Kendari bukan sekadar ibu kota Provinsi Sultra, tetapi menjadi “rumah” bagi semua warga. Rumah yang memberi kehidupan dan penghasil nafkah.

Membahas kemajuan Kendari kata politisi Partai NasDem ini, tentu sudah banyak yang berubah. Pertambahan jumlah penduduk memberi konsekuensi untuk penyediaan fasiltas umum bagi warga kota.

Berapa jumlah ruang terbuka hijau yang ada di Kendari? Apakah sudah memadai? Berapa jumlah pusat kesehatan masyarakat atau Puskemas yang ada di Kendari? Apakah sudah mencukupi?

"Berapa jumlah pedagang kaki lima yang tidak tertampung di pasar-pasar bersih dan layak? Berapa jumlah lampu lalu lintas di perempatan jalan yang tidak berfungsi? Berapa jumlah truk pengangkut sampah di Kendari yang masih layak beroperasi sehingga banyak sampah yang tidak terangkut?,"lanjutnya.

Menelisik satu per satu problema di Kendari memang tidak ada habisnya. Tetapi semua itu harus dilakukan oleh wali kota yang mendapat amanah dari warga.

Masyarakat harus mendapat layanan first class seperti tamu Very Very Important Person (VVIP). Warga tidak boleh hanya menjadi penonton dan tidak terlibat dalam proses pembangunan kotanya.

Di Kendari, permasalahan sampah menjadi salah satu yang harus menjadi fokus utama untuk segera dibenahi. Salah urus permasalahan sampah akan berdampak pada kesehatan masyarakat Kendari secara keseluruhan.

Sampah memenuhi selokan. Jika hujan turun, drainase tersumbat dan menyebabkan genangan air

Lingkungan tempat tinggal yang bersih dan sehat tentunya bebas dari tumpukan sampah. Pengelolaan sampah yang baik tidak akan menimbulkan tumpukan sampah yang dapat mengganggu kesehatan dan kehidupan masyarakat.

Pengelolaan sampah masih menjadi permasalahan serius. Kurangnya kesadaran serta keterbatasan sumber daya manusia dalam pengelolaan sampah serta kurangnya tempat pembuangan sampah yang tersedia di Kendari, termasuk alur pembuangan dan pemanfaatannya membuat permasalahan ini menjadi semakin rumit.

September 2015, Sidang Umum Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyepakati komitmen global tentang Sustainable Development Goals (SDG’s) atau tujuan pembangunan berkelanjutan dengan 17 tujuan, 169 target dan 241 Indikator yang tercantum dalam empat pilar. Yakni pembangunan sosial, pembangunan ekonomi, pembangunan lingkungan serta pembangunan hukum dan tata kelola.

Kurang tempat sampah membuat masyarakat membuang sampah sembarangan.

Menurutnya, SDG's memiliki target mengurangi dampak lingkungan perkotaan per kapita yang merugikan, termasuk dengan memberi perhatian khusus pada kualitas udara, termasuk penanganan limbah/sampah kota. Sejauh ini pengelolaan sampah di Kendari belumlah efektif dan belum bisa dikatakan baik.

Di Kecamatan Wua-Wua, masih ada warga mengeluhkan minimnya jumlah tempat pembuangan sampah umum di sekitar tempat tinggalnya. Juga terbatasnya petugas kebersihan yang berkewajiban mengambil sampah di setiap rumah warga.

Seorang ibu menceritakan, suaminya memiliki tugas membuang sampah rumah tangga mereka ke tempat pembuangan sampah sementara yang letaknya agak jauh dari rumah mereka dengan cara dikemas ke dalam tas plastik besar dan dicantolkan di belakang mobilnya.

Persoalan petugas kebersihan dan tempat pembuangan sampah di sekitar permukiman warga ini sangat berdampak bagi kehidupan warga sekitar. Tidak bisa dipungkiri, aktivitas warga menjadi terganggu. Tempat pembuangan sampah umum yang tidak memadai menyebabkan warga menumpuk sampah hingga beberapa hari di sekitar tempat tinggal mereka sebelum membuangnya.

Di sisi lain, warga juga tidak mengizinkan ketika lahan kosong di sekitar rumahnya dijadikan tempat pembuangan sampah umum. Alasannya, akan mengakibatkan bau tidak sedap dan membuat lingkungan mereka menjadi tidak sehat.

Persoalan-persoalan seperti ini harus lebih diperhatikan Pemkot Kendari agar pengelolaan sampah lebih dioptimalkan dan tidak menjadi problem susulan, yakni mengganggu kesehatan warga.

Saya memimpikan pengelolaan sampah di Kendari bisa seperti Surabaya.

Sampah basah dan sampah kering dipisahkan. Sampah kering dipisahkan lagi menjadi sampah yang bisa didaur ulang dan sampah yang tidak bisa didaur ulang dikonversi menjadi bahan baku Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). PLTSa Benowo di Surabaya merupakan yang pertama di Indonesia yang menggunakan konsep Zero Waste. PLTSa ini dibangun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo, Surabaya.

Menggunakan teknologi gasifikasi, PLTSa Benowo menghasilkan listrik dengan kapasitas 12 MW melalui pengolahan 1.000 ton sampah per hari.

Dari kapasitas tersebut, sebesar 9 MW dijual kepada PLN sebanyak, kemudian 2 MW digunakan untuk kebutuhan operasional PLTSa, dan 1 MW sisanya menjadi redundant. Kapasitas 9 MW ini dapat dialirkan untuk sekitar 5.885 rumah tangga dengan daya 1.300 VA di wilayah Surabaya dan sekitarnya.

Sampah yang selama ini “disia-siakan” selama ini ternyata bisa menjadi alternatif penyediaan energi. Semoga Kendari di 2024 bisa menemukan sosok pemimpin yang bisa mewujudkan cara Surabaya yang cerdas dalam mengolah sampah di Kendari. (adv)

  • Bagikan