KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Angka penderita stunting atau anak malnutrisi di Kabupaten Buton Utara (Butur), masih cukup tinggi. Sebagai bentuk komitmen dalam upaya mencegah dan percepatan penurunan angka stunting di daerah berjuluk Lipu Tinadeakono Sara tersebut, Bupati Butur, Muh. Ridwan Zakariah, memimpin langsung pelaksanaan Rembuk Stunting dia Aula Bappeda, akhir pekan lalu. Turut hadir Ketua DPRD Butur, H. Muh. Rukman Basri, Ketua TP PKK, Hj. Muniarty M. Ridwan, Sekretaris Kabupaten, Muh. Hardhy Muslim, sejumlah kepala Organisasi Perangkat Daerah, camat, beberapa kepala desa pada lokus stunting dan kepala Puskesmas. Mereka kemudian bersepakat melakukan deklarasi penandatanganan komitmen bersama dalam upaya percepatan penurunan stunting terintegrasi di Butur.
Muh. Ridwan Zakariah mengharapkan, generasi penerus harus sehat, cerdas, kreatif dan produktif. Jika anak-anak terlahir sehat, tumbuh dengan baik dan didukung oleh pendidikan berkualitas, maka mereka akan menjadi generasi cemerlang dan ikut menunjang kesuksesan pembangunan bangsa. Sebaliknya jika anak-anak terlahir dan tumbuh dalam situasi kekurangan gizi kronis atau biasa disebut stunting, sudah pasti mereka akan mengalami gangguan pertumbuhan, lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Kondisi tersebut, berdampak buruk terhadap masa depan anak dan bangsa.
"Data hasil survei status gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di Kabupaten Buton Utara masih tergolong tinggi, yaitu 26,8 persen. Sekalipun lebih rendah dibandingkan Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 30,2 persen, namun Butur masih di atas angka nasional yang telah mencapai 24,4 persen," ujar Ridwan Zakariah, akhir pekan lalu. Tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS) Kabupaten Buton Utara harus memberikan kontribusi nyata terhadap penurunan angka stunting di daerah, serta menjawab tantangan dalam upaya mendukung target pencapaian nasional menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Menurut Butur-1 itu, penyebab stunting dipengaruhi oleh banyak faktor dan sangat kompleks. Mulai dari rendahnya akses terhadap makanan bergizi, minimnya asupan vitamin dan mineral, serta buruknya keragaman pangan dan keterpenuhan air bersih, termasuk pemahaman seorang ibu dalam pola asuh yang kurang baik, terutama pada perilaku dan praktik pemberian makanan. Bahkan di masa kehamilan dan teknis menyusui (laktasi).
"Kalau faktor penyebab ini diabaikan, maka tentu akan berpengaruh pada pertumbuhan fisik dan otak anak. Karena permasalahannya yang kompleks, maka penanganannya juga harus terpadu lintas Organisasi Perangkat Daerah. Tim bersama para pihak terkait, termasuk kecamatan dan desa serta kelurahan, terutama yang menjadi lokus stunting tahun 2022, agar melakukan rembuk. Harapannya, Rembuk Sunting yang dilakukan ini menjadi forum evaluasi program dan penyusunan rencana strategis daerah dalam melakukan pencegahan dan penurunan stunting di Kabupaten Buton Utara," tandas Ridwan Zakariah. (c/had)