KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Universitas Halu Oleo (UHO) dan Basarnas Kendari memperkuat sinergi. Kemarin, kedua lembaga kolaborasi menggelar kuliah umum transformasi sosial. Tema diangkat: Budaya Mahasiswa Sadar Bencana Berbasis Kolaborasi di Era Society 5.0. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Fakultas Teknik UHO dan diikuti beberapa organisasi UKM UHO. Secara teknis, kegiatan digagas UKM- Search and Rescue (UKM-SAR) UHO bersama UKM-Penalaran UHO.
Kegiatan dibuka langsung Wakil Rektor III UHO, Nur Arafah. Dia mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya, menumbuhkan kesadaran mahasiswa sadar bencana sangat penting. Lebih penting lagi kalau ada kolaborasi dengan lembaga lain. Terutama Basarnas. Ada dua nilai penting didapatkan, yakni menjadi lebih efisien dan efektif. "Namun tak kalah penting, dibutuhkan kesadaran mahasiswa, bahwa bencana itu bisa terjadi kapan dan dimana saja," pesan Nur Arafah.
Dia menambahkan, tema yang diusung dalam giat ini memiliki kelebihan. Memberikan penyadaran, bahwa bencana setiap saat terjadi. Bisa diakibatkan kelalaian manusia atau faktor alam. Sehingga, mengakibatkan banyak korban. Mulai korban harta dan jiwa. "Melalui kegiatan ini, pengurus lembaga dapat menularkan kepada mahasiswa lain tentang pentingnya sadar bencana. Terutama dalam hal mitigasi dan menghindarinya," jelasnya.
Kepala Seksi (Kasi) Sumber Daya Kantor Pencarian dan Pertolongan Basarnas Kendari, Rudi mengaku sangat mengapresiasi giat ini. Pihaknya bisa langsung mengedukasi mahasiswa mengenai SAR. Apalagi, saat ini mahasiswa sudah melek terhadap bencana. Kususnya mahasiswa di Sultra. "Kami selalu mencoba memberikan edukasi mendalam dan detail terkait kebencanaan," ujarnya.
Menurut dia, langkah terbaik dalam mengedukasi mahasiswa adalah, mengajak mereka turun langsung ke lapangan, agar mengetahui situasi sesungguhnya. "Seperti halnya UKM SAR UHO, yang sudah berulang kali berpartisipasi aktif dalam setiap giat operasi SAR di wilayah kerja Kendari, Konawe, Konsel, dan Konut, " bebernya.
Ketua Umum UKMSearch and Rescue UHO, Muhammad Matin Adhiddia mengatakan, di era society 5.0, mahasiswa tidak boleh apatis, tidak boleh asosialis maupun hedonis. Transformasi kinerja mahasiswa di mata masyarakat sebagai agent of change artinya mahasiswa harus menjadi agen perubahan, dengan menghadirkan solusi di setiap lika liku kehidupan bermasyarakat. "Bak sebuah virus, tentunya perubahan itu harus kita mulai dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar," terangnya.
Ketua Umum UKM Penalaran UHO, Abdullah Al Hayad A menambahkan, pihaknya menyadari di era society 5.0 tidak bisa lepas dari kolaborasi. Sebab dunia yang lebih maju saat ini, menuntut semua bukan lagi bersifat esklusif, tapi diperlukan membangun kolaborasi antara satu lembaga dan lembaga lainnya. "Sehingga, pekerjaan bisa terwujud secara efisien dan efektif," pungkasnya. (b/rah)