REPORTER : SAHARUDDIN DM
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID, Makassar -- Alwi Hamu menjadi salah satu sosok di balik perjuangan PSM di pentas Liga Indonesia. Sejak masih era perserikatan Alwi Hamu sempat aktif menjadi bagian dari pengurus Pasukan Ramang. Saat tim sempat diterpa masalah finansial, Alwi bahkan rela menjual vespa kesayangannya. Julukan Pasukan Ramang yang kini tersemat kepada tim PSM juga tak lepas dari pemikirannya.
Syamsuddin Umar menjadi salah sosok yang terlibat saat menukangi PSM di era saat Alwi Hamu menjadi pengurus tim. Syam sapaannya begitu semarak mengingat masa-masa dirinya berjuang bersama PSM. Lahirnya slogan Pasukan Ramang juga tak lepas dari kebimbangan Alwi Hamu akan julukan yang awalnya melekat.
Julukan itu juga masih santer hingga saat ini yaitu tim Juku Eja. Bermakna ikan merah namun kurang pas jika dijadikan semangat perjuangan. Akhirnya kebimbangan itu kemudian melahirkan julukan Pasukan Ramang. Menggambarkan spirit anak-anak Makassar dari sosok legenda PSM, Ramang.
Alwi Hamu menjadi satu dari beberapa pemikir PSM kala itu. Ia terus mengumandangkan slogan Pasukan Ramang. Baginya, julukan pas yang bermakna memompa semangat kerja keras dan gambaran karakter Makassar.
"Seingat saya julukan Pasukan Ramang lahir dari beberapa pemikir. Salah satunya Pak Alwi Hamu. Ia ingin PSM memiliki jiwa semangat juang seperti torehan sang legenda kita, Ramang," ulasnya, Rabu 27 Juli, kemarin.
Syam yang saat itu melatih PSM era perserikatan 1991-1992 hingga berubah nama menjadi Liga Indonesia, tak akan lupa masa-masa dan perjuangan Alwi Hamu dalam histori PSM. Meski manajer PSM kala itu di bawah naungan wali kota, namun Alwi Hamu juga masuk dalam jajaran tersebut.
Semua aspek berada di situ. Tak seperti saat ini, ada manajer tim karena beralih menjadi badan usaha. Alwi Hamu pun kerap hadir tiap laga tak terkecuali try out PSM. Segala kesulitan baik pendanaan tim dan lainnya tentu juga menjadi keresahan baginya.
Apalagi PSM saat itu menjadi milik semua orang. Banyak pengorbanan yang telah diberikan. "Ke mana PSM berada, beliau pasti ikut. Makanya hampir sama dikatakan manajer. Jadi beliau memang terlibat langsung saat itu. Saya tidak bisa ingat lagi harapan banyak yang beliau keluarkan. Mungkin salah satunya, motor Vespa miliknya," sambung mantan asisten pelatih Timnas Indonesia ajang Piala AFF dan Piala Asia itu.
Rasa peduli Alwi Hamu akan klub kebanggaan masyarakat Sulsel, sangat besar. Momen terkesan bagi Syam, kala PSM tak lagi pernah memberikan trofi sejak 26 tahun.
Jiwanya yang pemikir berpadu akan pribadi yang memotivasi terus mengalir kepada suporter, pemain dan mereka yang awalnya tidak peduli namun kemudian berbalik cinta dengan PSM melalui media terbesar miliknya.
"Jadi media FAJAR itu semacam ujung tombak tentang keberhasilan bagi PSM, bagaimana kondisi yang dialami dan menjadikan tim sebagai satu kebanggaan. Alasan kenapa kami bisa meraih juara karena terus termotivasi lewat antusias masyarakat sehingga kami ikut terpacu," urai Syam.
Kendati Syam paham betul kondisi kesehatan yang dialami Alwi Hamu saat ini. Dirinya hanya berharap sosok yang sangat peduli dengan PSM, bisa segera beraktivitas sehingga memberikan ide-idenya bagi PSM. "Saya mohon teman-teman suporter dan masyarakat ikut mendoakan kesehatan Pak Alwi Hamu. Kiranya bisa kembali aktif," harapnya.
Saat Alwi Hamu tak lagi jadi pengurus PSM, namun beberapa pemain mengenang kontribusinya terhadap tim. Eks pemain PSM Yusrifar Djafar juga mengenang hal itu. "Saya tidak begitu akrab, tetapi saya tahu Pak Alwi juga pernah bersama PSM sebagai pengurus," ujarnya.
Legenda PSM yang menyumbang dua gelar juara 1992 dan 2000 bagi PSM, ingat masa di mana awal kejayaan sepak bola Makassar lahir berkat semangat yang menopang satu sama lain. Tak terkecuali mereka yang senantiasa selalu mendampingi pemain di tiap laga.
"Pak Alwi juga aktif dalam setiap laga. Seingat saya, dia sangat baik dan peduli dengan PSM. Jadi siapa pun yang ada saat itu, memang benar-benar ingin memajukan tim," tutup Yusrifar Djafar. (*)