KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat menjadi target mutlak yang selalu ingin dicapai Pemerintah Daerah. Pencapaian itu harus selalu beriringan dengan pelayanan optimal yang disuguhkan oleh instansi teknis. Layanan yang baik, harus pula ditunjang dengan sarana dan prasarana yang baik pula. Pj Bupati Buteng, Muhammad Yusup, punya komitmen besar mengangkat derajat kesehatan masyarakatnya. Sebulan pasca dilantik, Ia langsung meninjau fasilitas kesehatan di otoritanya. Yusup mengaku, perlu melihat secara langsung bagaimana pelayanan dan sarana prasarana di rumah sakit. Apa saja yang dibutuhkan untuk perbaikan ke depannya.
“Pembangunan dunia kesehatan mencakup beberapa hal penting, regulasi, sumber daya manusia, infrastruktur atau sarana dan prasarana. Saat ini saya tengah melihat kondisi, menampung aspirasi untuk melahirkan kebijakan yang membangun,” terangnya. Menurutnya, Buton Tengah adalah wilayah kepulauan. Akses dengan wilayah sekitar tentunya terbilang sulit dan menyita waktu. Sementara untuk urusan kesehatan masyarakat, butuh layanan cepat. Makanya, Buteng harus mandiri dalam ketersediaan layanan kesehatan. “Tapi kita harus lakukan bertahap. Kita butuh dukungan dan doa masyarakat dan elemen-elemen terkait. Pada prinsipnya kita tingkatkan sarana, supaya layanannya semakin optimal. Muaranya itu tadi, derajat kesehatan bisa ditingkatkan lagi dari waktu ke waktu,” tambahnya.
Untuk itu, sarana kesehatan akan dibenahi mulai dari Puskesmas hingga Rumah Sakit. Menurutnya, masih banyak terdapat kekurangan fasilitas Rumah Sakit seperti ruang IGD yang tidak layak pakai, ruang jaga dokter tidak ada dan beberapa fasilitas pendukung kenyamanan lainnya juga belum tersedia. “Yang datang disitu kan rata-rata orang sakit yang ingin sehat. Jadi fasilitasnya harus diberikan yang terbaik, jangan dibuat rumah sakit seperti terminal. Harus bersih, nyaman dan membuat orang merasa menjadi sehat,” gagas Yusup.
Ia mengungkapkan, penyediaan fasilitas serta pengadaan ruangan RSUD Buteng akan dianggarkan pada APBD Perubahan 2022. “Saya minta diselesaikan pada anggaran perubahan,” ulangnya, menegaskan.
Puskesmas PONED Tekan Angka Kematian
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Buton Tengah (Buteng) mendapat kucuran dana alokasi khusus (DAK) yang cukup besar pada tahun 2022 ini. Anggaran yang dikelola senilai kurang lebih Rp 15 miliar dan akan dialokasikan untuk memenuhi sejumlah kebutuhan dasar serta pembangunan gedung. Mulai dari pengadaan obat-obatan dan pembangunan sarana prasarana pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar (PONED) di dua Puskesmas. Selain itu untuk pengadaan alat-alat sistem informasi PSC 119, pengadaan antropometri yang berguna untuk penguatan penurunan stunting, serta pengadaan tiga unit ambulans Puskesmas.
“Khusus dua Puskesmas yang mendapatkan DAK untuk pembangunan gedung PONED adalah Puskesmas Gu dan Mawasangka Tengah. Anggarannya masing-masing sekitar Rp 1,4 miliar,” kata Kepala Dinkes Buteng, Kasman. Pemerintah mendorong hadirnya Puskesmas PONED untuk menekan angka kematian ibu dan bayi. Proses kelahiran sering kali menjadi kondisi darurat yang paling dikhawatirkan pasien dan keluarga. Hal itu dipicu tingginya angka kematian melahirkan tanpa bantuan bidan dan alat kesehatan yang memadai. Olehnya itu, jika pembangunan Puskesmas PONED itu tuntas, maka angka kematian bisa ditekan melalui pelayanan persalinan.
Siap Jadi Rumah Sakit Rujukan
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Buton Tengah (Buteng) bersiap diri menjadi rujukan bagi warga dari berbagai wilayah. Saat ini pihak RSUD sudah memantapkan kesiapan membuka pelayanan kesehatan penyakit Tuberkulosis Resistensi Obat (TB RO). Kesiapan itu ditegaskan oleh Ahli Paru, dr. Wiwi Pertiwi Darmawan, yang baru saja digandeng pihak Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara untuk meninjau kelayakan RSUD tersebut. Ia mengatakan, setelah tim melihat seluruh fasilitas penunjang sarana dan prasana, RSUD Buteng disebut layak dan terpenuhi membuka pelayanan kesehatan TB RO.
dr. Wiwi mengaku, berdasarkan catatan rekam medisnya, jumlah penderita penyakit Tuberkulosis (TBC) maupun TB RO di Kabupaten Buton Tengah masih cukup tinggi. Kata dia, penderita TBC berbeda dengan penderita TB RO. Salah satu perbedaannya adalah, penderita TBC hanya mengonsumsi obat selama enam bulan sementara penderita TB RO minimal mengonsumsi obat antara 11 bulan hingga 24 bulan atau dua tahun. Olehnya itu langkah rumah sakit untuk menghadirkan layanan itu perlu diapresiasi dan didukung penuh.
“Terbentuknya pelayanan TB RO di RSUD Buton Tengah juga dapat menambah semangat penderita TBC di Buton Tengah untuk berobat,” katanya. Direktur Utama RSUD Buteng, dr. Karyadi, mengatakan, pembukaan layanan TB RO bagi penderita batu berdahak diharapkan dapat membantu mengurangi kasus TB RO untuk disembuhkan. Dan ini juga salah satu upaya mempermudah akses warga khusus di Buteng untuk berobat. "RSUD Buteng telah memenuhi seluruh persyaratan pembukaan layanan TB RO seperti tersedia ruangan untuk pasien, ruang laboratorium, hingga ruang farmasi dan dilengkapi tenaga kesehatan serta memiliki dokter spesialis untuk menangani penderita TB RO," kata dr. Karyadi.
Dengan terpenuhinya seluruh persyaratan yang dibutuhkan, pelayanan pasien penderita TB RO, maka RSUD Buteng akan menjadi rumah sakit kelima di Sulawesi Tenggara setelah Rumah Sakit Bahteramas Kendari, Rumah Sakit Umum Baubau dan Rumah Sakit Umum Kabupaten Konawe yang akan melayani penyakit TB RO. (adv)