Jembatan Tona Menuju Realisasi

  • Bagikan
Bupati Buteng, Muhammad Yusup (kedua dari kanan) usai mengikuti pertemuan bersama Gubernur, Ali Mazi (kelima dari kiri) serta pihak Komisi V DPR RI membahas rencana pembangunan jembatan Tona

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Perekonomian daerah dipastikan akan tumbuh pesat jika Pulau Buton dan Muna, bisa terkoneksi. Solusinya membangun jembatan penghubung antara kedua pulau tersebut. Wacana itu pun sudah lama berembus. Bahkan sudah beberapa kali berganti pucuk pimpinan. Namun upaya segenap pimpinan daerah untuk mewujudkan mega proyek tersebut tak pernah surut. Baru-baru ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra), menerima kunjungan Komisi V DPR RI. Pj Bupati Buton Tengah, Muhammad Yusup turut menghadiri pertemuan itu.

Kini, jembatan Buton-Muna atau yang mulai dipopulerkan dengan sebutan jembatan Tona itu diambang realisasi. Pihak-pihak terkait sudah menegaskan komitmennya untuk mewujudkan jembatan dengan panjang kurang lebih 800 meter itu, termasuk di dalamnya Pj. Bupati Buteng Muhammad Yusup. Pada kesempatan itu, Muhammad Yusup mempresentasikan beberapa poin penting. Salah satunya kesiapan pembebasan lahan seluas 35 hektare di sekitar pembangunan jembatan penghubung Pulau Buton-Muna (Tona) di Desa Baruta, Kecamatan Sangia Wambulu.

“Salah satu kewajiban daerah adalah menyiapkan lahannya. Itu kita sanggupi. Saat ini kita perhitungkan anggarannya. Kita coba input ke APBD Perubahan,” katanya Muhammad Yusup. Menurutnya, terwujudnya konektivitas darat antara Buton Tengah dan Kota Baubau menjadi harapan besar masyarakat. Hal itu semakin bersemangat untuk ikut mendorong suksesnya pembangunan mega proyek tersebut. Terlebih komitmen itu juga dipegang oleh Gubernur Sultra, Ali Mazi. “Artinya kalau sudah seiring sejalan Pemerintah Pusat hingga Daerah, sisa tunggu waktu saja. kita ikhtiarkan terus,” harap Buteng-1 tersebut.

Konektivitas Antar Pulau Semakin Lancar

Kabupaten Buton Tengah terdiri dari tujuh kecamatan. Enam kecamatan berada di satu wilayah daratan. Sementara satu lainnya yakni Kecamatan Talaga Raya berada di pulau terpisah. Untuk menjangkaunya, butuh waktu kurang lebih empat jam melalui angkutan laut. Aksesnya dari Kota Buubau atau Kecamatan Masangka. Armadanya pun hanya kapal kayu atau besi dengan daya tampungnya terbatas. Kendaraan yang bisa diangkut hanya sepeda motor. Sementara, aktivitas masyarakat di daerah itu cukup tinggi dengan adanya kegiatan pertambangan. Namun, kurangnya armada transportasi laut menyebabkan kegiatan mereka sedikit terhambat.

Keluhan itu disuarakan Pj. Bupati Buteng, Muhamad Yusup, dalam berbagai forum bersama Pemerintah Pusat. Termasuk kepada pihak Komisi V DPR RI saat bertandang ke Sultra beberapa waktu lalu. Pertemuan itu dimanfaatkan Muhammad Yusup untuk memaparkan kondisi otoritanya.
"Saya mengusulkan jika memungkinkan disinggahi feri yang menghubungkan Talaga dengan Kota Baubau," ujarnya.

Usulan itu langsung diamini pihak terkait. Gubernur Sultra, H. Ali Mazi dijadwalkan akan meresmikan rute perdana penyeberangan feri dari Baubau ke Talaga Raya. Muhammad Yusup optimis, kehadiran kapal feri itu akan menjadi momentum kebangkinan perekonomian mayarakat Talaga dan sekitarnya. Lebih dari itu, Kepala BPBD Sultra tersebut juga mengusulkan pengaktifan kembali Dermaga Lombe dan perluasan kawasan, sehingga kapal cepat bisa melepas sauh di sana. Dengan harapan aktivitas perekonomian bisa kembali bergeliat jika mobilitas masyarakat didukung dengan infrastruktur yang memadai.

"Ini untuk menunjang aktivitas ekonomi masyarakat yang ada di sana. Apalagi kegiatan perekonomian cukup tinggi utamanya sektor perikanan dan perdagangan," pungkasnya. (adv)

  • Bagikan

Exit mobile version