Dorong Promosi Daerah, Optimalisasi Potensi Perikanan

  • Bagikan
Pj Bupati Buteng Muhammad Yusup bersama anggotanya melihat kondisi lahan yang akan dimanfaatkan untuk pengembangan ekonomi daerah

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Hasil tangkap para nelayan Butong Tengah (Buteng) sejatinya telah lama merambah pasar nasional. Meski sudah dijual kemana-mana, hasil perikanan itu belum mampu mengangkat promosi daerah. Misalnya, kekayaan laut Buteng akan ikan teri.

Tangkapan nelayan mencapai ribuan ton pertahun. Lalu mengapa Buteng tak dikenal sebagai penghasil ikan teri? Alasannya sederhana, kekayaan alam itu belum dikelala dengan baik. Nelayan menjual terinya secara gelondongan. Tak ada branding lokal yang disematkan, sehingga daerah pun tak terpromosikan.

Kahadiran Pj. Bupati Buteng Muhammad Yusup seperti gayung bersambut. Pria yang karib Joker itu menempatkan pengembangan sektor perikanan sebagai program unggulan ke depannya. Muhammad Yusup yakin promosi daerah bisa didorong melalui optimalisasi potensi perikanan. Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Buteng mulai mengejawantahkan visi sang bupati itu.

Kepala DKP Buteng Muh Rijal mengatakan peluang pasar ikan teri Buteng yang begitu besar harus didukung dengan political will pemerintah. Untuk memperkuat brand ikan teri Buteng di kancah domestik, maka diperlukan langkah-langkah yang terstruktur mulai dari hulu hingga hilir.

Dari sisi hulu, sejak tahun 2021 DKP Buteng mendorong kemandirian nelayan ikan teri di berbagai kecamatan dengan bantuan alat tangkap. Harapannya, bantuan tersebut dapat meningkatkan produktivitas nelayan yang selama ini sudah cukup baik.

"Kita beri bantuan bagan sebanyak 220 unit. Alat tangkap ini tersebar mulai dari Kecamatan Mawasangka sampai Mawasangka Timur. Semua alat yang tersebar ini sudah cukup untuk penangkapan teri," ujar Rijal, kemarin. Selanjutnya dari sisi hilir, pihaknya berupaya menggenjot pemasaran komoditas ikan teri melalui pendekatan ekonomi kreatif. Langkah awal yang akan ditempuh yakni memberikan pelatihan kepada masyarakat agar mampu mengolah ikan teri menjadi produk bernilai ekonomi tinggi.

"Kita akan melapor kepada Pak Bupati agar diberikan dukungan anggaran untuk pelatihan kepada masyarakat. Akan kita ajukan di anggaran perubahan. Jika tidak disetujui berarti kita mulai di tahun 2023," imbuhnya.

Sejauh ini, lanjut dia, produksi teri Buteng cukup tinggi. Setiap tahunnya, rata-rata mencapai 1.200 ton dengan daerah tujuan didominasi oleh Pulau jawa. Dengan potensi yang besar ini, DKP Buteng berupaya untuk membangun brand sendiri sehingga teri Buteng semakin dikenal hingga mancanegara.

"Penjualan rata-rata dilakukan dalam bentuk gelondongan. Jadi kami ingin memberikan masukan ke Bapak Bupati agar teri yang dikirim memiliki label Buteng. Kita berharap kedepan ini bukan hanya Kota Medan yang punya brand teri, tapi kita juga di Buteng bisa manfaatkan sebagai produk unggulan," tandasnya.

Pihaknya setahun ini menggenjot desain kemasan yang di dalamnya akan disertakan BPOM dan Depkes untuk menjadikan produksi tersebut tidak diragukan lagi oleh masyarakat. Sebab dengan adanya Pengawasan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan dapat menjadi kekuatan penuh untuk produksi ikan teri memasuki persaingan pasar.

“Kita harus mengirim dan mendatangkan pelatih khusus kemasan yang menyertakan BPOM dan Kemenkes. Karena harapan kami produk ini nanti tidak hanya berlaku di Buteng tetapi dapat diekspor ke seluruh nusantara dan itu sudah kami lakukan langkah-langkah. Tindak lanjutnya itu tinggal dukungan anggaran pemda karena hal ini membutuhkan anggaran yang agak besar untuk melatih semua orang yang ingin berusaha di bidang perikanan,” pungkasnya.

Gandeng Peneliti ITB

Komitmen Pj Bupati Buteng, Muhammad Yusup untuk mengembangkan potensi daerah bukan isapan jempol semata. Pada 3 Juni 2022, ia melakukan kunjungan kerja di gedung Lembaga Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Bandung (ITB). Salah satu bahasan dalam pertemuan itu yakni pengembangan potensi perikanan Buteng.

"Kami melakukan komunikasi dengan LPPM ITB dalam rangka pengembangan UMKM di Buton Tengah. Khususnya usaha sumberdaya perikanan yang melimpah di Buton Tengah yaitu teri nasi di Kecamatan Mawasangka," ujar Muhammad Yusup, kemarin.
Ia berharap, kedepannya akan ada kegiatan pengkajian mengenai usaha sumberdaya perikanan yang ada di Buteng dengan melibatkan koperasi dan UMKM yang ada sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat.

Selain membahas potensi perikanan, pertemuan itu juga dalam rangka melakukan koordinasi kegiatan kajian potensi ancaman, kerentanan, potensi dampak tsunami pada wilayah pesisir Pulau Buton dan Pulau Muna, serta analisis potensi yang rencananya akan dilakukan oleh tim peneliti dari LPIK ITB. Lokasi kegiatan yaitu di Kabupaten Buton, Buton Selatan, dan Buteng.

"Kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat serta pemerintah daerah terkait potensi tsunami di daerah tersebut dan dapat memberikan edukasi serta solusi dalam mengantisipasi apabila terjadi tsunami," pungkasnya.

Untuk diketahui, pertemuan itu dihadiri oleh Ketua Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB, Ir. R. Sugeng Joko Sarwono, MT., Ph.D, Sekretaris Bidang Kewirausahaan Lembaga Pengembangan Inovasi (LPIK) ITB, Dr. Irwan Gumilar, ST., M.Si, Kepala Pusat Pengembangan Wilayah Pesisir dan Laut (PPWPL) LPIK ITB, Mohammad Farid, S.T., M.T., Ph.D, Asisten 1 PPWPL, Muhammad Rizki Purnama, S.T., M.T, dan Asisten 2 PPWPL, Ahmad Nur Wahid, S.T., M.T. .

Lobster Buteng Dijajal Investor

Budidaya lobster akan menjadi salah satu fokus utama Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Buteng tahun ini. Lembaga yang dipimpin Muh. Rijal itu telah bekerjasama dengan Halim Kalla Group, salah satu investor dalam negeri, untuk menjalankan pilot project budidaya lobster di Teluk Liana Banggai.

Kepala DKP Buteng, Muh Rijal, mengatakan budidaya lobster bisa menjadi penggerak ekonomi masyarakat Buteng. Lobster memiliki harga jual yang tinggi. Di samping itu, wilayah perairan Buteng sangat potensial untuk tempat berkembang biak hewan yang tergolong Crustacea atau udang-udangan itu.

"Menurut para ahli, jenis laut sangat cocok untuk budidaya lobster. Dengan harga jual yang tinggi, mestinya lobster bisa menjadi penggerak ekonomi masyarakat," ujar Rijal kepada Kendari Pos, kemarin.
Dirinya memastikan bahwa kehadiran investor di Buteng tidak akan menutup ruang eksplorasi para nelayan. Sebaliknya, dengan masuknya Halim Kalla Group, akan memberikan peluang bagi nelayan lokal untuk belajar mengenai metode budidaya lobster yang tepat. Apalagi, kata dia, nelayan biasanya takut bereksperimen atau mencoba hal baru karena akan menghabiskan biaya, tenaga, dan waktu.

Pj Bupati Buteng Muhammad Yusup bersama Sekab Buteng H Konstantinus dan Ketua DPRD Buteng Bobi Ertanto saat menikmati lobster tangkapan nelayan lokal.

"Saya pikir ini kesempatan yang sangat bagus bagi nelayan kita untuk belajar langsung kepada yang paham tentang budidaya lobster. Istilahnya, alih teknologi. Mereka yang punya teknologi, kita yang siapkan sumber dayanya, kemudian kita belajar dari cara kerja mereka. Nelayan akan mencontoh dan mengambil pembelajaran dari pola kerja pembubidaya lobster ini," terangnya.

Kata Rijal perusahaan tersebut akan mulai beroperasi tahun ini namun belum pasti kapan tepatnya. Nantinya ketika beroperasi, Teluk Liana Banggai akan menjadi tempat budidaya lobster sedangkan penangkapan bibit di selat Sperman sekitar Mawasangka."Konsep daerah yang maju adalah yang tidak tertutup. Daerah yang bisa berkembang cepat dan ekonominya tumbuh adalah yang membuka peluang berinvestasi namun tetap menentukan batasan-batasan yang wajar," pungkasnya. (uli/adv)

  • Bagikan

Exit mobile version