KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Di musim penghujanan seperti sekarang ini, ancaman demam berdarah dengue (DBD) semakin besar. Genangan air menjadi wadah yang potensial pengembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti. Tak heran, jumlah warga yang terjangkit semakin bertambah.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari Ellfi mengungkapkan kasus DBD di Kota Kendari terus meningkat. Dari 155 kasus, 2 orang dinyatakan meninggal lantaran terlambat ditangani.
"DBD itu bukan demam biasa. Jadi, jangan anggap sepele. Kalau ada tanda-tandanya, segera di puskesmas terdekat. Agar segera dilakukan tindakan. Begitupun jika ada anggota keluarga terpapar DBD. Sebab penyakit ini bisa menular," pinta Ellfi saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (18/7).
Fogging kata dia, tidak terlalu efektif dalam pencegahan DBD ini. Sebab hanya memberantas nyamuk dewasa saja dan tidak untuk jentik. Untuk itulah, warga diminta menerapkan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) termasuk menggalakkan 3 M yakni menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air dan mengubur barang bekas (sampah).
"Masyarakat untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan. Sebagai langkah awal dalam mencegah DBD, kami kan terus menyosialisasikan hal ini ke masyarakat. Itu penting dilakukan untuk menghilangkan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti," jelasnya.
Penyebab utama penyebaran virus DBD saat ini kata dia, disebabkan faktor cuaca. Saat ini, perkembangan nyamuk jenis tersebut sangat baik karena didukung kondisi cuaca yang kurang bersahabat. Untuk mengurangi penyakit yang terjadi akibat perubahan cuaca, kesadaran menjaga lingkungan. " Faktor cuaca sekarang ini sangat mendukung perkembangan biakan nyamuk," ujarnya.
Sejauh ini, kasus tertinggi dicatat Puskesmas Puuwatu dengan 26 kasus. Disusul Lepo-lepo 25 kasus dan Kemaraya 22 kasus. Sementara Puskemas Benu-benua, Mokoau, Abeli dan Nambo masih nihil (lengkapnya lihat grafis). (b/m1)
Kasus DBD Tiap Puskesmas
Mata 5 kasus
Kandai 3 kasus
Poasia 10 kasus
Kemaraya 22 kasus
Puuwatu 26 kasus
Labibia 3 kasus
Perumnas 18 kasus
Jati raya 17 kasus (1 Meninggal)
Wua-wua 15 kasus (1 Meninggal)
Mekar 11 kasus
Lepo-lepo 25 kasus
Benu-benua, Mokoau, Abeli dan Nambo Nihil Kasus