KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Program prioritas yang dikembangkan Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa di sektor peternakan, menampakkan hasil. Lewat metode kawin suntik alias inseminasi buatan (IB) yang digencarkan, Konawe menargetkan populasi sapi IB mencapai 9.000 ekor. Bupati Kery punya obsesi menjadikan Konawe sebagai sentra penghasil daging sapi, selain sebagai daerah lumbung beras.
Untuk merealisasikan obsesi itu, Bupati Kery mengaku persoalan peternakan di Konawe masih menjadi prioritas. Menurutnya, permintaan pasokan daging tak bisa lepas dari tingginya kebutuhan masyarakat. "Inilah yang kita terus lakukan. Kelompok ternak sapi di Konawe ini jumlahnya ratusan. Ini yang akan kita bantu untuk program IB-nya," ujarnya kepada Kendari Pos, Rabu (13/7), kemarin.
Tak sampai disitu, Bupati Kery kembali menunjukkan kepeduliannya kepada peternak di otoritanya.
Kali ini, Bupati Kery menyiapkan pakan unggulan untuk ternak sapi milik warga dan peternak. Pakan itu berupa bibit unggul dari tiga jenis rumput, yakni rumput gajah, setaria dan rumput bede. Bupati Kery mengatakan, Pemkab Konawe menargetkan tahun ini bisa menghasilkan 9 ribu anakan sapi IB.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Konawe, Jumrin mengemukakan, pihaknya berkomitmen membantu semua peternak setempat. Entah itu terkait program IB, ataupun menyangkut program penyediaan pakan ternak berkualitas.
"Sebagian petani kita saat ini beralih menjadi peternak. Sawah atau ladang yang mereka olah selama ini, mengalami penurunan suplai air akibat perbaikan irigasi sekunder bendung Wawotobi," beber Jumrin.
Dirinya menuturkan, program penyediaan pakan ternak dimaksudkan agar peternak di Konawe tidak kesulitan dalam kesediaan pakan ternak. Pihaknya pun saat ini gencar melakukan sosialisasi penanaman rumput unggulan jenis rumput gajah, Setaria dan rumput bede. Dengan demikian, peternak tidak kesulitan mencari rumput sehingga perkembangan sapi bisa berkembang lebih pesat.
"Perawatan rumput tersebut sangat gampang. Yang penting bagaimana caranya kita menjiwai tanaman. Mulai dari proses tanamnya, menyiangi, serta memupuk sehingga bibit rumput dapat tumbuh dengan baik," imbuhnya.
Jumrin menjelaskan, pemilihan tiga jenis rumput untuk pakan ternak di Konawe, ditinjau dari kualitas rumput tersebut. Ia menyebut, rumput gajah memiliki ukuran besar serta nutrisi yang tinggi. Biasanya, rumput itu dijadikan sebagai pakan ternak seperti sapi, kambing, bahkan gajah. Rumput tersebut banyak dibudidayakan di Afrika karena ketahanannya terhadap cuaca panas.
Serupa dengan itu, rumput Setaria termasuk salah satu rumput unggul yang bisa hidup sepanjang tahun. Rumput tersebut sudah bisa dipanen utk pakan ternak saat berumur 30 hari semenjak bibit rumput disemai. Adapun rumput bede, merupakan rumput berumur panjang, dapat tumbuh dengan membentuk hamparan lebat dan penyebaran dengan melalui stolonnya.
"Itu tiga jenis rumput yang kita bagikan ke petani ternak di Konawe. Penyalurannya sudah kita sebar di beberapa peternak. Cuma jumlahnya saya tidak terlalu ingat. Yang pokok kita bantu dulu masyarakat," ungkap Jumrin.
Jumrin menerangkan, penyediaan pakan ternak itu juga sebagai motivasi warga agar tidak melepas ternaknya ditempat yang bukan peruntukannya. Jika hal itu tak dilakukan, sebutnya, nantinya dikawatirkan tidak ada lagi warga yang mau beternak. Apalagi, kalau cuma mengandalkan sistem lepas (mencari makanan sendiri).
"Justru itu kita bantu dengan rumput. Jadi petani bisa tanam ditempat yang subur. Kalau sudah ada rumputnya, pasti warga akan termotivasi untuk beternak. Pokoknya ada lahan luas atau sempit, kita upayakan supaya masyarakat mau beternak. Kalaupun belum ada rumputnya, kan ada limbah-limbah lain yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak," terangnya.
Terkait program IB, Jumrin menambahkan, pihaknya hanya mengambil sekira 50 persen dari jumlah populasi sapi betina produktif di Konawe. Katanya, tidak semua sapi betina produktif di Konawe bisa dijangkau metode kawin suntik tersebut. Terutama, ternak yang berada pada wilayah yang sulit dijangkau petugas IB. Diantaranya, ternak di kecamatan Asinua, Latoma dan Routa.
Kendati demikian Jumrin berasumsi, jika misalnya tahun ini ada 3-4 ribu ekor anak sapi IB yang lahir, hal itu dirasanya sudah memperlihatkan kontribusi yang baik untuk daerah. "Proses pembuntingan sapi itu makan waktu 9 bulan. Yang penting kita kasi bunting terus, nanti kita hitung juga berapa anakan sapi IB yang lahir," tandasnya. (adi/b)