Pemprov Sultra Mendorong Peningkatan Imunisasi Campak

  • Bagikan
Asrun Lio

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Angka imunisasi campak-rubella anak di Sulawesi Tenggara masih tergolong rendah. Fenomena tersebut memantik kekhawatiran penularan penyakit global yang rentan menyerang anak-anak seperti polio, campak, dan lain-lain. Atas dasar itu, Pemprov Sultra mendorong seluruh stakeholder khususnya lingkup yang membidangi kesehatan, agar target imunisasi anak memenuhi ekspekasi.

Penjabat (Pj) Sekda Sultra Asrun Lio melalui Asisten III Sukanto Toding mengatakan, pemerintah telah berkomitmen untuk mendukung agenda pengendalian penyakit global seperti eradikasi polio, eliminasi campak-rubela/crs, eliminasi hepatitis B, pengendalian difteri, penurunan insiden penyakit tuberkulosis dan eliminasi tetanus maternal dan neonatal.

Penyakit-penyakit tersebut masuk dalam kategori penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31). Upaya penting dalam mencapai eliminasi campak rubela/crs, tak hanya penguatan imunisasi rutin.

"Namun juga melaksanakan pemberian imunisasi tambahan campak rubela yang sifatnya massal dan tanpa memandang status imunisasi sebelumnya, bagi sasaran upaya prioritas yang telah ditetapkan," kata Sukanto Toding saat mewakili Pj.Sekda Sultra dan membuka pertemuan koordinasi lintas sektor dalam rangka Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) Provinsi Sultra di D'Blitz Hotel, Selasa (12/7) malam.

Pelaksanaan BIAN, kata dia, merupakan salah satu upaya strategis dalam rangka mencapai target eliminasi campak rubella tahun 2023 serta mempertahankan Indonesia bebas polio dan mewujudkan dunia bebas polio tahun 2026.

Pandemi Covid-19, yang diikuti pelaksanaan vaksinasi Covid-19, sebagai salah satu upaya pengendaliannya, mengakibatkan pelaksanaan imunisasi rutin tidak dapat berjalan optimal.

Data beberapa tahun terakhir menunjukan terjadinya penurunan imunisasi rutin baik itu imunisasi dasar maupun imunisasi lanjutan pada anak yang sangat signifikan.

"Hal ini menyebabkan jumlah anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi rutin lengkap sesuai usia semakin bertambah banyak. Dampak dari penurunan cakupan dapat dilihat dari adanya peningkatan jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31) dan terjadinya kejadian luar biasa atau KLB PD31 seperti campak, rubella, dan difteri," kata Sukanto Toding.

Mantan Kepala Badan Litbang Sultra itu menjelaskan, pada beberapa wilayah Sultra, update capaian imunisasi dasar lengkap Januari hingga April 2022 sebesar 24,8 persen. Capaian imuniasai campak rubella baru mencapai 26,6 persen dari target yang harus dicapai sekira 95 persen.

Pelaksanaan BIAN bertujuan untuk mencapai dan mempertahankan
kekebalan populasi yang tinggi dan merata sebagai upaya mencegah terjadinya KLB penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31).

"Dilaksanakan secara terintegrasi dengan pemberian imunisasi campak rubela pada usia 9 bulan 12 tahun dan pemberian imunisasi kejar pada usia 12- 59 bulan bagi yang belum lengkap status imunisasinya," jelas Sukanto Toding.

Upaya pencegahan PD31 melalui pemberian imunisasi rutin dan tambahan jika dinilai dari sisi ekonomi akan jauh lebih hemat biaya, apabila dibandingkan dengan upaya pengobatan.
Selain itu, salah satu hal yang tidak kalah penting adalah dari sesi kemaslahatan bagi masyarakat, mewujudkan generasi muda yang sehat dan produktif menuju Sultra sehat 2024. BIAN telah dilaksanakan selama dua bulan sejak Mei hingga Juni 2022. Akan tetapi target sasaran belum tercapai maka pelaksanan BIAN diperpanjang sampai 30 Juli 2022.

"Data terkini capaian Provinsi Sultra hingga tanggal 09 Juli untuk capaian imunisasi campak-rubella baru mencapai 227.763 suntikan atau sekitar 34,3 persen dari target sasaran sebanyak 663.958 yang harus dicapai. Begitupun dengan imunisasi kejar OPV baru mencapai 6,55 persen, imunisasi kejar IPV 3,13 persen, serta kejar dpt-hb-hib 14,73 persen," bebernya.

Sukanto Toding mengingatkan dan mengharapkan lintas sektor di kabupaten/kota khususnya untuk semangat ikut berpartisipasi dalam menyukseskan kegiatan BIAN. Tentunya sinergi Diknas, Kemenag, Dinkes dan seluruh stakeholder terkait di pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota serta seluruh komponen masyarakat, serta dukungan orang tua siswa, komite sekolah, dan guru.

Pastikan setiap sasaran mendapatkan imunisasi lengkap, sesuai dengan yang dianjurkan dengan kualitas pelayanan yang baik. Kabupaten/kota diharapkan terus melakukan upaya strategis meningkatkan capaian BIAN yang waktu pelaksanaannya tinggal 14 hari kerja.

"Sejak BIAN dicanangkan Mei 2022, berbagai upaya manajerial dan teknis telah dilakukan, mulai dari penerbitan Surat Edaran Gubernur tentang BIAN, pertemuan koordinasi dan kerjasama lintas sektor dalam pelaksanaan BIAN, pelibatan komite sekolah, orang tua, tokoh agama, tokoh masyarakat untuk dukungan pelaksanaan BIAN di berbagai tingkatan, hingga penyebarluasan informasi manfaat imunisasi bagi anak di berbagai media dan platform," tandas Sukanto Toding. (ali/b)

  • Bagikan