Semester I, 155 Kasus dan 2 Meninggal
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Curah hujan yang meningkat turut berimbas kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kendari. Hanya berselang sepekan, wabah yang identik dengan penyakit musiman ini bertambah menjadi 12 kasus. Hingga semester pertama, DBD sudah menembus 155 kasus. Yang mana, dua pasien yang terpapar harus kehilangan nyawa. Padahal sepekan sebelumnya baru 143 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari, drg. Rahminingrum mengatakan jumlah kasus semester I tahun ini lebih besar dibanding periode yang sama tahun lalu. Yang mana, hanya tercatat 135 kasus dengan tiga kasus meninggal dunia.
Peningkatan jumlah kasus DBD disebabkan masih rendahnya kesadaran warga dalam menjalankan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). PSN yang dimaksud yakni menerapkan perilaku 3M atau menguras, menutup, dan mengubur. Menguras maksudnya membersihkan tempat penyimpanan air secara rutin agar mencegah nyamuk berkembang biak.
"Sebenarnya mudah sekali kita mencegahnya (DBD) cukup dengan 3M plus. Plusnya itu bisa diantaranya bisa menggunakan bubuk larvasida pada tempat penampungan air, menggunakan obat nyamuk, menggunaakan kelambu saat tidur agar terhindar dari gigitan nyamuk, dan masih banyak lagi," ungkap Rahminingrum, kemarin.
Selanjutnya, menutup maksudnya menutup rapat-rapat tempat penyimpanan air untuk mencegah masuknya nyamuk yang ingin berkembang biak didalam wadah. Sementara mengubur maksudnya menimbun sampah yang berpotensi menjadi sarang dan tempat berkembang biak nyamuk.
Selain karena kurangnya kesadaran warga terhadap PSN, meningkatnya jumlah kasus DBD juga dipengaruhi kondisi cuaca yang kurang bersahabat. Pasalnya saat ini Kota Kendari masih dalam musim penghujan. "Cuaca yang kurang bersahabat terkadang mempengaruhi kondisi tubuh manusia. Jadi sangat mudah terpapar penyakit yang disebabkan oleh virus seperti DBD," ungkap Rahminingrum.
Sebagai bentuk pencegahan, pihaknya tak henti melaksanakan edukasi kepada masyarakat agar tetap menggalakkan program PSN dengan cara menerapkan 3M Plus. Ia yakin, hanya cara itu yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit yang berasal dari gigitan nyamuk Aedes Aegyti itu.
"Sebisa mungkin kita menghilangkan jentik nyamuk yang ada disekitar kita. Kita upayakan juga agar tidak tergigit oleh nyamuk. Karena meskipun virusnya ada tapi jika tidak ada nyamuk itu kita tidak akan terkena DBD. Karena vektor (DBD) itu adalah gigitan nyamuk," pungkasnya. (b/ags)
Wabah DBD
-Semester I Tercatat 155 Kasus
-Dua Kasus Meninggal Dunia
-Lebih Tinggi Dibanding periode yang sama Tahun 2021
-Kurangnya Kesadaran Warga Menjalankan PSN
-Kondisi Cuaca (Mendukung Pengembangbiakan Nyamuk)
-Penyebab Kematian Disebabkan Keterlambatan Penanganan pasien
-Masyarakat Masih Anggap DBD Sakit Biasa
-Padahal Masa Inkubasi Cepat dan Resiko Kematian Tinggi
Kasus DBD Tiap Puskesmas
Mata 5 kasus
Kandai 3 kasus
Poasia 10 kasus
Kemaraya 22 kasus
Puuwatu 26 kasus
Labibia 3 kasus
Perumnas 18 kasus
Jati raya 17 kasus (1 Meninggal)
Wua-wua 15 kasus (1 Meninggal)
Mekar 11 kasus
Lepo-lepo 25 kasus
Benu-benua, Mokoau, Abeli dan Nambo Nihil Kasus