Nikel Sultra Primadona Cina, AS dan India
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Komoditas nikel Sultra menjadi primadona Cina, Amerika Serikat (AS) dan India. Indikatornya, ekspor Sultra sepanjang tahun 2022 didominasi komoditas nikel. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Sultra, Hj. Sitti Saleha mengatakan ekspor nikel Sultra sebagian besar ditujukan di Tiongkok (Cina).
"Tiongkok menjadi salah satu negara dengan investasi pertambangan terbesar di Sultra. Nilai ekspornya mencapai USD 558,79 juta. Lalu, diikuti nilai ekspor Amerika Serikat (AS) sekira USD 3,14 juta, dan India USD 1,39 juta," ujarnya Sitti Saleha, kepada Kendari Pos, kemarin.
Mantan Pj.Bupati Bombana itu menambahkan, nikel masih menjadi komoditas unggulan ekspor Sultra. Berdasarkan data yang dihimpun lembaganya, periode Januari - April 2022, nikel berada pada urutan pertama dari komoditas yang sering diekspor. Nilai ekspor nikel menembus angka USD 1.674,80 juta. "Ekspor nikel paling tinggi," ungkap Sitti Saleha.
Sitti Saleha mengungkapkan, tingginya ekspor nikel tak lepas dari cadangan nikel Sultra yang cukup melimpah, sekira 100 miliar ton. Di sisi lain, tingginya permintaan pada komoditas tersebut menjadi salah satu faktor dominasi nikel dalam pasar ekspor Sultra.
"Nikel sudah menjadi kebutuhan dunia karena bisa diolah menjadi berbagai produk seperti stainless, bahan baku pembuatan baterai dan masih banyak lagi. Kita bersyukur Sultra menjadi salah satu wilayah dengan cadangan nikel terbesar di Sultra bahkan di dunia," kata Sitti Saleha.
Meski nikel masih menjadi primadona dalam pasar ekspor Sultra, Sitti Saleha mengaku terdapat empat komoditas ekspor unggulan Sultra lainnya, yaitu ikan segar yang berada diurutan kedua dengan capaian USD 12,87 juta. Lalu minyak USD 0,17 juta, kayu 0,08 juta dan produk IKM dan UKM USD 0,01 juta.
"Kami terus memacu agar ekspor komoditas lainnya meningkat. Kami sudah melakukan pendampingan terhadap pelaku usaha, kemudian memberikan bantuan permodalan, bahkan menawarkan kemudahan perizinan berusaha melalui kerja sama dengan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP) Sultra," beber Sitti Saleha.
Disperindag Sultra mencatat ekspor 171 kilogram kepiting bakau hidup pada bulan Juni ini. Negara tujuan ekspor adalah Singapura. Pelepasan ekspor dilakukan Disperindag Sultra bersama Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Kendari, Stasiun Karantina Ikan Kendari, dan Garuda Indonesia. Nilai devisa ekspor yang dihasilkan sekira 684 dolar Singapura.
Sitti Saleha merinci sampai periode Juni, pihaknya telah melepas beberapa kali ekspor ke luar negeri. Sebut saja, 126 kilogram komoditas ikan tenggiri segar ke Singapura. Ekspor 112 ton komoditas daging rajungan kalengan ke Amerika Serikat.
Terpisah, Anggota Komisi III DPRD Provinsi Sultra, Sudirman meminta pemerintah agar proaktif menggenjot ekspor nonnikel. Menurutnya, meski Sultra saat ini diuntungkan dengan cadangan nikel yang melimpah, bukan berarti perhatian fokus pada industri pengolahan tersebut.
"Sulawesi Tenggara punya potensi perikanan, pertanian, UMKM dan lainnya yang bisa kita kembangkan. Kita dorong masyarakat untuk berproduksi. Berikan pendampingan, pelatihan, modal sehingga bisa produksi. Kalau program seperti ini yang dijalankan kami sangat mendukung," kata Sudirman.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera ini juga meminta masyarakat untuk tidak segan mengajukan pendampingan kepada pemerintah. Itu penting agar menjadi prioritas pemerintah pada saat penyusunan anggaran. "Kami siap kawal," ujar Sudirman.
Sudirman yakin, jika seluruh sektor (potensi) dikelola dengan maksimal, produktivitas masyarakat akan terjamin sehingga peluang untuk ekspor pada komoditi lainnya lebih besar. "Kalau ekspornya besar maka akan menambaj devisa negara. Kalau penerimaan meningkat otomatis kesejahteraan masyarakat terjamin," pungkasnya. (ags/b)